Perjalanan mereka yang kian lama mulai menjauh dari kota. Seoalah masuk ke dunia lain yang cukup berbeda dari yang pernah mereka lihat sebelumnya, terutama Lanara. Ia memperhatikan serius apa yang ada di tepi jalanan yang mereka lewati. Ia melihat rumah dengan halaman yang di penuhi dengan tilam atau bahkan jemuran. Anak kecil yang bermain-main, berlari ke sana kemari. Ibu-ibu yang berkumpul dan asik mengobrol di teras rumah dan ada banyak hal lainnya, yang Lanara rasa itu cukup akrab dengan dirinya.
Lanara terus memperhatikan sekitarnya, ia menikmati setiap hal yang mereka lewati. Bahkan tanpa disadari mereka sudah tiba di tempat yang mereka tuju.
Motor Regan berhenti, diikuti dengan Zeylan. Regan tersenyum senang, kemudian menatap ke arah yang lainnya seolah sedang memamerkan tempat yang ia maksud.
Zeylan menatap tempat itu, dahinya berkerut. "Ini tempatnya?"
Regan mengangguk sembari menatap Lanara, ia ingin melihat reaksi gadis itu. Namun tak sesuai dengan apa yang Regan harapkan, Lanara hanya menatap datar tempat itu.
Lanara dan Gemya turun dari motor sedangkan Zeylan dan Regan segera memarkirkan motor mereka.
"Gimana? Nyesel nggak?" tanya Gemya sembari berjalan mendekat ke arah Lanara. Berdiri di sebelah gadis itu, Lanara menoleh menatap Gemya. Kemudian secara bersamaan mereka menatap papan besar yang sudah siap menyambut mereka.
'Bungee Jumping'
-○●○-
Mereka berempat berjalan memasuki sebuah warung, sebelum menuju tempat di mana wahana yang akan mereka mainkan menanti. Mengingat hari sudah siang dan sebelumnya mereka belum sempat makan. Tampak ramah, penjaga warung menyambut mereka. Dari caranya ia seolah sudah kenal dengan Regan karena ia tampak sedikit kaget saat melihat Regan ada di sana, ditambah lagi kali ini ada 3 kurcaci yang ikut bersamanya.
"Pesen 4 porsi ya pak."
Penjaga warung mengangguk paham dan tak butuh waktu lama, pesanan mereka sudah datang.
"Tumben bawa temen?" tanya penjaga warung itu yang membuat ketiga mata kurcaci yang bersamanya menatap Regan bingung.
Regan terkekeh kecil, "iya pak, biar rame."
Penjaga warung itu tersenyum sembari mengangguk, meletakkan nampan berisikan makanan di meja kemudian menepuk pelan bahu Regan lalu lanjut pada aktivitasnya.
"Lo sering ke sini?" tanya Gemya penasaran.
"Lumayan," jawab Regan sembari membagikan makanan untuk setiap orang.
"Makanya Lan, kalau lo nanti lagi sedih. Bilang gue, nanti gue ajak main ke tempat-tempat yang bagus."
"Bagus nggak, bahayain iya," sindir Zeylan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.