#39

1.4K 144 2
                                    

Penjaga warung terus menatap wajah Zeylan dan Regan secara bergantian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penjaga warung terus menatap wajah Zeylan dan Regan secara bergantian. Ia tampak familiar dengan kedua wajah itu.

"Tunggu, ini Zeylan sama Regankan?"

Lanara ikut menatap kedua lelaki di sampingnya secara bergantian.

"Ibu kenal mereka?" tanya Lanara penasaran.

"Ya kenal lah, toh dulu hampir tiap hari makan di sini. Cuma karena ..." penjanga warung itu terhenti, kemudian menatap ke arah Zeylan sedih.

"Zeylan ... Mungkin udah telat, tapi ibu turut berduka cita ya nak." Ibu penjaga itu meraih tangan Zeylan, menggenggam erat seolah memberi kekuatan.

"Ibu tau, Zeylan anak yang hebat. Kamu pasti bisa ngelewati semua ini ... Terima dan ikhlas, semua pasti baik-baik aja." Nasihat penjaga itu dengan sangat tulus. Disambut dengan anggukan oleh Zeylan.

"Makasih ya bu."

Ibu penjaga itu mengangguk dengan senyuman hangat yang di wajahanya.

"Oh iya, ibu sampai lupa. Kalian mau makan apa?"

Zeylan menatap sebentar ke arah Lanara dan Regan sebelum akhirnya ia membuat keputusan.

"Yang biasa aja bu."

Ibu penjaga mengangguk paham.

"Yaudah duduk dulu aja." Ia kembali ke tempatnya, segera menyiapkan pesanan.

Zeylan memimpin jalan mencari tempat untuk mereka. Mereka duduk di salah satu meja tempat biasa Zeylan duduk dulu.

Ia cukup mengenang tempat itu, seandainya waktu bisa di putar. Zeylan tersenyum tipis.

"Jadi dulu kalian sering makan di sini?" tanya Lanara membuka pembicaraan.

Zeylan dan Regan dengan kompak mengangguk.

"Terus kenapa tiba-tiba berhenti? Karena nyokap lo? Makanya kalian ..."

"Lan, stop." tegur Zeylan memberi peringatan agar gadis itu tidak melanjutkannya lagi.

"Kenapa? Kalau lo nggak bisa jawab, Regan bisa jawab kok."

Regan yang disangkut pautkan pun mendadak menatap Lanara bingung dengan sesekali ia melirik ke arah Zeylan.

"Jadi, kalian musuhan karena apa? Karena nyokapnya Zeylan? Karena lo yang udah buat nyokapnya Zeylan meninggal?"

"Lanara! Jangan ngelewati batas." Suara Zeylan mulai meninggi dengan penuh penekanan.

"Batas? Batas mana yang lo maksud. Bukannya Regan sendiri yang bilang itu. Lagian gue cuma mau memperjelas semuanya. Supaya lo nggak perlu ngerasa bersalah kayak gitu dan Regan nggak perlu ngaku-ngaku jadi pelakunya." Lanara membuang nafas kasar, ia terbawa suasana. Karena yang ia tau, kedua lelaki itu telah memberikan harapan besar untuknya. Mengetahui bahwa mereka sendiri juga memiliki masalah membuat Lanara merasa tidak tau malu karena mulai berharap pada mereka.

Milikku Zeylan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang