Suara ribut yang benar - benar menarik perhatian, membuat banyak siswa yang berkerumun di sekitar tiga pentolan SMA Anak Bangsa itu . Walau tentu dengan jarak aman, karena takut terlibat dan berurusan dengan mereka. Dan di antara kerumunan itu, ada Bagas yang kini menatap dingin ke arah mereka, terutama ke arah Regan.
Bagas hanya berdiri di sana, mengamati dengan seksama. Dan suara ribut mereka tadi, juga terdengar hingga ke dalam ruangan UKS. Membuat buk Asri yang baru saja selesai mengecek kondisi Lanara, terpaksa keluar dan meninggalkan Lanara yang sudah dalam pengaruh obat.
"Eh! kalian ini ngapain ? Ibu suruh kalian tunggu, bukan berantem," omel buk Asri.
Buk Asri mendekat ke arah Zeylan, meraih dagunya untuk mengecek luka yang ada di wajah siswanya itu.
"Ck, Regan kamu ini memang ya-liat ini muka Zeylan."
Buk Asri menggeleng - menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Lain kali, kalau ada masalah itu diselesaikan baik - baik. Bukan malah berantem kayak gini," nasehat buk Asri yang langsung menarik memori Zeylan untuk menusuknya.
"Kan mama selalu bilang, kalau ada masalah itu selesaikan baik-baik. Bukan malah berantem."
"Ngak mempan buk kalau sama dia," jawab Regan kesal, yang ikut menarik memori Zeylan kembali.
"Ngak mempan ma kalau sama mereka."
Mata Zeylan membulat, ia berusaha keras menahan perasaanya. Memori itu seketika membuatnya sadar betapa ia begitu membenci dirinya sendiri. Zeylan bergeming di tempatnya. Rasa bersalahnya kian menyeruak, dan perlahan naik mulai mencekik.
Dan Regan yang melihat ekspresi Zeylan, kembali mulai menggila.
"Lo! Gue bil ..."
"Regan udah!" tahan Gemya cepat, sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.
Dan Zeylan yang sedari tadi hanya diam, kini mulai berjalan pergi. Kakinya melangkah, perlahan mulai bergerak. Mengabaikan semua orang yang ada disana, dan pergi begitu saja.
"Zeylan mau kemana ?" tanya buk Asri khawatir. Namun Zeylan masih mengabaikan semuanya dan tetap berjalan pergi.
Gemya yang masih menahan Regan agar tetap di tempatnya. Dan buk Asri yang tak mengerti akar pemasalahannya, kini menatap mereka yang tersisa dengan tatapan bingung.
"Lepasin gue Gem."
"Ngak."
"Gemya! Gue gak main - main sekarang," bentak Regan sembari memberikan penekanan dalam setiap ucapannya. Yang langsung membuat Gemya takut dan tidak bisa berbuat apa - apa lagi. Sehingga mau tak mau, perlahan ia mulai menyingkirkan tangannya dari tubuh Regan.
Regan akhirnya pergi menyusul kepergian Zeylan tadi. Tapi anehnya, Bagas yang berada di antara kerumunan. Kini tersenyum menyeringai penuh maksud. Namun tidak ada yang menyadari hal itu, karena semua orang kini hanya fokus pada Regan yang baru saja pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.