#51

1.2K 106 12
                                    

Dunia mengecam pendosa tapi lupa untuk menghukum mereka. Sehingga kejahatan lain dengan sangat berani ia lakukan lagi, bahkan kian kejam seperti hatinya yang semakin dipenuhi oleh titik hitam, rusak.

Sedangkan mereka yang menjadi korban dari kejahatan itu, hanya bisa meratapi nasib, menyalahkan takdir, bahkan terkadang tuhan sekalipun turut disalahkan.

Hati kecil mereka yang tak seberapa itu sudah dihancurkan, pandangan mereka akan dunia sudah berbeda. Setiap nafas yang terhembus begitu menyiksa, seolah ingin berhenti saja.

Mereka seolah dipaksa mengalah, tanpa bisa memilih. Senyumannya dirampas, air matanya kian diperas. Membuat mereka lupa bagaimana caranya bahagia.

Hidup semelelahkan itu.

-○●○-

Hujan yang setia membasahi bumi kala itu, menemani Lanara dalam sedihnya. Gadis itu masih terbaring lemah dalam keterperukan.

Ia menangis dalam ketidak sadaran. Menjerit, meronta-meronta meminta kebebasan. Namun yang orang lihat, Lanara hanya tertidur diam dalam pengaruh obat bius.

Seperti hujan, Sarah juga ikut setia menemani Lanara. Perasaannya kalut, rasa bersalahnya tertumpuk.

"Maafin mama sayang," lirih Sarah begitu tarasa sakit.

Sarah menggenggam tangan Lanara erat.

Air matanya tak kunjung berhenti, terus saja jatuh membasahi pipi.

"Maafin mama."

Wanita itu sesenggukan.

Zuan yang baru saja masuk, mendapati istrinya masih menangis tersedu-sedu.

Dihampirinya Sarah. "Sayang."

Zuan meraih Sarah, menyentuh lembut bahu istrinya itu. Sarah menoleh, menatap Zuan sedih.

"Maass ..." panggilnya begitu tak kuasa. Sarah perlahan mulai kembali terisak.

Zuan mengangguk paham, menatap teduh ke arah Sarah, menenangkan.

"It's okey, inget, dokter Veni bilang masih ada harapan. Jadi kita harus kuat, karena kalau kita juga ikut terpuruk. Gimana Lanara bisa semangat untuk sembuh. Okey, tenang ya. Kamu nggak sendiri, kita hadapi ini sama-sama."

Sarah mengangguk pelan, mulai kembali berharap. Mencoba menguatkan diri, berusaha untuk berpikir positif. Walau dengan air mata yang terus saja menolak untuk berhenti jatuh.

Perlahan, dengan lembut, Zuan mengarahkan kepala Sarah ke dalam pelukannya. Membiarkan Sarah menumpahkan air mata yang tersisa.

Zuan begitu terasa hangat.

Hanya diam, membiarkan suara hujan menyamarkan isak tangis istrinya. Memeluknya dengan penuh kasih.

Mereka saling beruntung, memiliki satu sama lain.

-○●○-

Kembali pada Regan, ia masih berada di bangunan 2 lantai itu. Mencari tau siapa sebenarnya Rama dan apa alasannya meneror Lanara.

Ia menatap tajam ke arah monitor milik Gino, sedangkan lelaki yang sudah menginjak usia 20 itu benar-benar fokus meretas beberapa situs resmi hanya untuk mencari data Rama si peneror.

Milikku Zeylan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang