Zeylan menyusuri koridor kembali menuju kelasnya. Aura dingin begitu terpancar darinya. Langkahnya pasti saat memasuki pintu, mencari seseorang yang ternyata adalah Gemya. Orang yang paling tau tentang pembullyan yang dilakukan oleh geng Regan.
Ia mendekat, menghampiri Gemya yang baru saja datang dan sedang merapikan bukunya ke laci.
"Siapa target Regan sebelum gue ?"
Gemya menoleh, menatap Zeylan bingung. Namun tatapan dingin lelaki itu tak memberi waktu baginya untuk berpikir.
"Emm, Farel anak IPS 5."
"Alasan dia jadi target ?" tanya Zeylan lagi.
"Dia suka ambil foto siswa perempuan sembarangan."
Mendengar itu, Zeylan menaikkan sebelah alisnya, ia tampak kesal. Kemudian langsung kembali pergi, namun setibanya di pintu kelas, Lanara sudah datang menghadang.
"Lo mau kemana ?"
Zeylan mencoba menerobos, namun langsung di tahan oleh Lanara. Diraihnya lengan Zeylan, memegangnya erat agar tak pergi.
"Kalau ditanya itu dijawab kali."
Zeylan menghela nafas singkat, dan langsung menerjang Lanara dengan tatapan sinisnya.
"Gue mau ke toilet."
"Ck! Gue serius."
"Yaudah kalau ngak percaya, ayo ikut aja," balas Zeylan dan kini berbalik menggenggam tangan Lanara. Namun langsung ditepis oleh Lanara tak suka.
"Igh apaan sih lo."
Zeylan tersenyum tipis, menggelengkan kepala dua kali lalu kembali pergi. Dan Lanara tak bisa menahannya lagi. Namun ia tak kehabisan ide. Karena kini matanya melirik ke arah Gemya yang sedari tadi ikut menyaksikan perbincangan mereka. Dan dari sorot matanya Gemya, Lanara dapat melihat bahwa ada jawaban di sana. Lanara tersenyum smirk.
Segera dihampirinya Gemya. "Gem, kasih tau gue."
"Gue gak tau apa - apa Lan, Zeylan tadi cuma nanyak siapa target Regan sebelum dia dan apa alasan orang itu jadi target. Gitu doang."
Lanara mulai paham, kemana Zeylan akan pergi.
"Lo tau kelasnya dimana ?"
Gemya mengangguk bingung.
"Emangnya ada apaan sih Lan ?"
"Nanti gue cerita, sekarang bawa gue ke sana."
Gemya kembali mengagguk, kemudian mulai menuntun Lanara ke kelas Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.