Dia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara
Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku.
"See u ninja," pamitnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lanara menatap Farel bingung, pikirannya terlalu kusut untuk bisa langsung memahami maksud lelaki di hadapannya itu. Sedangkan Farel malah tersenyum smirk, menatap Lanara penuh maksud.
"Maksud gue ... "
"Lanara!" seru Gemya, tiba - tiba muncul. Wajahnya panik melihat ada Farel di sana.
"Lo ngak apa - apa, Lan?" tanya Gemya khawatir.
"Dan lo, atas dasar apa lo berani naik ke sini ?" lanjut Gemya tak senang, yang ditujukan pada Farel.
"Nggak ada. Gue cuma kangen aja, sama tempat ini," jawab Farel sok asik.
"Bacot banget lo."
Gemya meraih tangan Lanara, menuntunnya untuk pergi dari sana. Namun Lanara langsung melepaskan genggaman itu, membuat Gemya bingung.
"Tunggu Gem, urusan gue belom selesai."
Lanara kembali beralih pada Farel.
"Sekarang lo kasih tau gue. Maksud lo bilang kalau mereka jauh lebih hina dari lo itu apa?" tanya Lanara serius, membuat Gemya yang mendengar itu bingung. Kemudian menatap Farel, bertanya-tanya apa yang sudah dikatakan lelaki itu.
Farel terkekeh kecil, seolah ada yang lucu di sana.
"Gue nggak bisa jawab lo, karena salah satu dari orang-orang yang gue maksud. Ada di sini sekarang," jawab Farel tiba - tiba serius ketika ia menuju akhir kalimatnya, sembari sekilas melirik kearah Gemya.
Gemya yang merasa itu adalah dirinya, mulai terpancing. Dengan jijik, dimakinya lelaki itu.
"Lo di diemin ngelunjak ya bangsat!"
Gemya segera mendekat, ingin langsung menghajar wajah tidak tau malu itu.
"Gem."
"Apa Lan ? Lo percaya sama omongan dia ?" tanya Gemya, jengkel. Menatap Lanara tak sabar, menunggu jawaban.
Jawab gue Lan
Namun tampaknya tak akan ada jawaban yang keluar dari mulut Lanara. Membuat Gemya sedikit merasa kecewa, merasa Lanara tidak berada di pihaknya. Padahal ia sudah setengah mati mencari Lanara karena khawatir akan gadis itu.
"Lan ?" panggil Gemya pelan dengan harapan terakhirnya. Namun Lanara masih tetap diam.
"Lama-lama lo bakal lihat kok, Lan. Gimana sifat asli mereka." Farel kembali berulah, dengan sengaja memancing Gemya agar ia terlihat buruk.
"Bahkan sekarang juga mulai kelihatankan."
Gemya sudah kehabisan akal, dengan satu tarikan nafas. Gadis itu melangkah pasti ke arah Farel dan langsung melayangkan satu pukulan kuat diwajahnya.
"Udah gue bilang, lo diem ya bangsat!"
Farel jatuh tersungkur, walau sebenarnya pukulan Gemya tak sekuat itu. Lelaki itu sengaja, memulai drama yang tak tau tujuannya apa. Sedangkan Lanara yang melihat itu, hanya bisa bergeming di tempatnya. Ia seolah kehilangan sisi lain dari dirinya. Kepalanya masih sakit, dan kian sakit semakin ia paksakan untuk berpikir.