#22

2.3K 225 25
                                    

Seharusnya aku yang mati malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya aku yang mati malam itu.
-Zeylan Neo Syn Rabu-

3 tahun yang lalu, tepat disaat hujan badai sedang malanda kota. Sebuah mobil yang melaju kencang, menerobos begitu saja. Mobil itu dikendarai oleh seorang wanita paruhbaya yang baru saja menjemput putranya.

"Mama udah bilang berapa kali coba, jangan berantem - berantem lagi," cicit wanita itu namun diabaikan oleh putranya.

"Ini kamu udah kelas 9 loh, bentar lagi ujian. Kalau berantem terus, kapan belajarnya cobak," lanjut wanita itu lagi, membagi fokusnya antara putranya dan jalanan di depan.

"Kayak gini, udah malem bukannya pulang malah berantem. Alasannya ada kelas tambahan. Untung aja tadi mama ada ketemu sama temen kamu, jadi mama tau kalau kamu bohong."

Putranya masih saja diam tak menanggapi ocehan ibunya itu.

"Zeylan, kamu dengerin mama ngak sih?"

"Iya ma," jawabnya malas.

"Tu kan, kamu kalau dibilangin bilangnya iya terus. Tapi tetep aja di ulangi."

Zeylan mendengus kesal.

"Lagian Zeylan berantem juga karena mereka yang cari masalah deluan ma," ujarnya membela diri.

"Kan mama selalu bilang, kalau ada masalah itu selesaikan baik-baik. Bukan malah berantem."

"Ngak mempan ma kalau sama mereka."

"Emangnya udah dicoba?" tanya ibunya itu yang tak mampu dijawab oleh Zeylan. Karena faktanya, ia memang tak pernah mencobanya.

"Tu kan, kamu ini kebiasaan. Kal-"

BRAAKK!!!!!

Suara yang begitu menggelegar, bak guntur yang sedang mengamuk. Tepat di sebuah tikungan, dua buah mobil menghantam satu sama lain. Kondisi hujan yang teramat deras membuat keduanya berantakan di jalanan. Mobil yang ibunya Zeylan kendarai berputar 360° dari posisinya semula. Melontarkan orang-orang yang ada di dalamnya. Yang kini sudah terkapar di jalan.

Sedangkan mobil yang satunya juga tak jauh berbeda, di mana mobil itu terbalik berulang kali hingga akhirnya berhenti menabrak pohon di tepi jalan.

Zeylan yang setengah sadar, tak bisa melakukan apa-apa selain terbaring tak berdaya di bawah hujan malam itu. Matanya tertuju pada ibunya yang terhempas tak cukup jauh darinya. Mencoba meraih wanita itu, tapi nyatanya ia tak pernah berhasil. Karena tenaganya sudah tak ada lagi yang tersisa.

Air hujan yang sejatinya bening, kini berubah menjadi merah ketika melewati tubuh dingin itu. Aliran darah yang terus keluar dari balik kepala ibunya, perlahan menyebar dan meluas. Sedangkan Zeylan terus merasakan sesak dan sakit pada dadanya yang tertusuk pecahan kaca mobil. Kesadarannya mulai menurun.

Milikku Zeylan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang