Tubuh Lanara yang mulai kejang-kejang, membuat semua orang yang ada di dalam mobil semakin panik. Pikiran mereka tak bisa lagi dicegah untuk kemungkinan yang terburuk. Tangisan Rasca kembali pecah, kian mengeras membuat situasinya begitu krusial.
Harapan bahwa Lanara akan bertahan. Dan bisa melewati masa ini seperti yang sudah pernah ia lakukan, begitu Zeylan pegang teguh. Karena ia tau, gadis itu sangat hebat bahkan lebih dari dirinya.
'Lanara, please'
—○●○—
Zeylan mendekap tubuh Lanara yang sudah begitu dingin, menjaganya agar tak jatuh dari kursi. Sedangkan Rasca membantu menyangga kepala Lanara dengan tangannya sesuai arahan Zeylan. Dengan air mata yang bercucuran, mereka terus menjaga gadis itu.
Harapan sebesar debu membuat mereka tak menyerah. Walau sejatinya, itu karena rasa takut akan kehilangan dan rasa bersalah.
Sampai tiba saat dimana tubuh Lanara tak kejang lagi dengan kondisi yang tak sadarkan diri. Zeylan menatap Lanara getir, dadanya sesak, ia takut. Pikiran buruk, terus mengarah pada kemungkinan bahwa ia akan kehilangan saudara tirinya itu.
Zeylan perlahan mulai mengarahkan jari telunjuknya ke hidung Lanara. Berharap masih bisa merasakan deru nafas Lanara di sana.
Deg!
Zeylan tak merasakan deru nafas gadis itu.
'Lanara'
"Lan, Lanara!" panggil Zeylan menguncang tubuh Lanara, berharap gadis itu akan segera bangun.
"Lanara bangun Lan, LANARA!!"
"Zeylan kenapa, La-Lanara kenapa?" Rasca kian menangis, ia begitu takut.
"PAK TOLONG CEPAT PAK!" isak Zeylan berharap masih ada kesempatan.
"Lan, Bagun!" Zeylan mengguncang tubuh gadis itu lagi.
"Lo bakal sembuh! gue udah janji, inget." Zeylan menatap Lanara penuh harap.
"Please, tunggu sebentar lagi. Gue bakal nepatin janji gue. Please Lan," pinta Zeylan begitu putus asa.
Rasca menggigit bibir bawahnya, dadanya terasa sakit. Hatinya terluka, kecewa akan diri sendiri. Andai saja ia tidak menunjukkan isi link dari notifikasi itu, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Amarahnya memuncak, ia begitu emosional. Tangisannya mengguyur habis pipinya, kian deras. Bahkan ia tak sanggup untuk melihat ke arah Lanara lagi.
"Maafin gue Lan," lirih Rasca tanpa suara. Namun dengan harapan Lanara dapat mendengarnya.
Keheningan yang hanya berpacu dengan suara isak tangis yang sengaja diredam. Laju mobil yang kian kecang, membelah jalanan menuju rumah sakit. Bahkan semesta seolah tau sedang terjadi sesuatu di bawah sana. Karena langit tampak mendung, awan hitam mulai menutupi hamparan langit biru. Mencoba menyampaikan kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.