#55

1.2K 98 11
                                    

Pagi baru telah kembali, di awali munculnya mentari dengan berani. Langit membiru dengan sempurna menyapu angkasa. Mengawali hari ini dengan baik yang disemogakan akan berakhir baik pula.

Di karenakan hari ini akhir pekan, sekolah libur.

Zeylan datang membawa sarapan di tangannya. Ia mendapati Ryn masih tertidur pulas di sofa, sedangkan Sarah tengah membersihkan sedikit demi sedikit tubuh Lanara dengan menggunakan kain yang di basahkan. Membuat Zeylan sedikit kaget dan langsung memalingkan pandangannya. Begitupun dengan Sarah yang dengan cepat segera menyelesaikan kegiatannya itu.

Ia merapikan kembali pakaian Lanara. Kemudian mencuci kain yang tadi ia gunakan, agar nanti bisa digunakan kembali.

"Papa mana?" tanya Zeylan karena tak mendapati Zuan di sana.

"Ke kantor bentar, katanya mau ngambil berkas biar bisa di kerjain di sini."

Zeylan mengangguk paham. Kemudian segera meletakkan sarapan di tangannya ke atas meja.

"Emmm ... Zeylan?" panggil Sarah sedikit ragu.

Zeylan menoleh, menunggu Sarah. Sarah menghentikan sejenak aktivitasnya.

"Maafin mama ya," ucap Sarah begitu terasa tulus.

"Mama udah ngecewain Zeylan," sesalnya.

Zeylan diam, ia paham maksudnya. Dan ia juga tau bagaimama rasanya.

"Mama nggak perlu minta maaf ke Zeylan. Karena seharusnya Zeylan yang minta maaf ke mama ... " Sarah teralih, manatap Zeylan penuh.

"Karena sebelumnya Zeylan udah bersikap kasar ke mama. Padahal Zeylan juga paham gimana sulitnya ada di posisi itu—Tapi ma, Zeylan cuma nggak tega ngelihat Lanara harus semenderita itu, Zeylan aja capek ngelihatnya ma. Apa lagi dia yang harus ngalamin itu semua." Zeylan memandang Lanara, tatapannya sedih. Kemudian kembali menatap Sarah lekat.

"Dan mama tau, dia bahkan pernah bilang ke Zeylan kalau mama satu-satunya alasan kenapa dia bisa bertahan sampai sekarang." Zeylan menggelengkan kepalanya pelan, lelaki itu terhanyut dalam rasa. 

"Mama juga pasti taukan, Lanara bukan orang yang lemah. Jadi ngelihat gimana kondisinya saat ini, Zeylan bahkan nggak bisa bayangin gimana hancurnya Lanara sekarang ma." Air mata Sarah jatuh, menatap getir ke arah putrinya itu.

"Mama yang salah ... " Sarah menggigit bibirnya menahan amarah pada diri sendiri. Kemudian tertunduk tak sanggup lagi, memegang washtapel sebagai penopang agar ia tetap berdiri.

Zeylan segera menghampirinya, memegang erat tubuh Sarah.

"Mah?"

Sarah menggeleng.

"Mama yang salah Zeylan, mama yang salah ... " isak Sarah begitu sakit.

Zeylan menatapnya sedih.

"Nggak seharusnya mama nyembunyiin apa yang terjadi 12 tahun yang lalu ... Tapi, mama ngelakuin itu karena kalau Lanara tau apa yang sebenarnya terjadi saat itu, dia pasti nggak akan mau diadopsi sama mama Zeylan. Dan mama nggak punya cara lain buat nebus kesalahan mama selain ngerawat Lanara ... rasa bersalah yang dulu mama rasa, sekarang udah berubah lebih dari itu—Mama nggak mau kehilangan Lanara Zeylan. Mama sayang banget sama dia ..." tangisan Sarah pecah.

Zeylan segera memeluk Sarah, memejamkan matanya. Dan dari sudut mata Zeylan, setetes air mata mulai jatuh, ia turut rasakan sakit.

"Bahkan bagi mama, Lanara juga satu-satunya alasan kenapa mama bisa bertahan sampai sekarang. Cuma Lanara yang mama punya Zeylan, cuma Lanara ..."

Ryn terbangun dari tidurnya, suara tangisan Sarah berhasil mengusik Ryn dalam mimpinya.

"Mama?" panggil Ryn dengan suara seraknya.

Milikku Zeylan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang