Semua orang berkumpul di meja makan kecuali Lanara yang masih berada di kamarnya.
"Nara ngak sekolah?" tanya Zuan pada Sarah, dan Sarah menggeleng menidakkan.
"Tadi aku udah izinin dia sama wali kelasnya," ujar Sarah.
"Dan siap nganter Ryn, aku mau nemenin Nara berobat," sambungnya.
"Udah ma, Ryn biar aku aja yang nganter," kata Zeylan yang sedari tadi mendengarkan obrolan orangtuanya itu.
"Ngak papa?" tanya Sarah memastikan dan Zeylan mengangguk mengiyakan, walau terlihat Ryn tidak setuju.
Zeylan tiba di depan sekolah dasar itu, menurunkan Ryn yang masih memasang wajah masam, Zeylan tersenyum tipis melihat tingkah adiknya itu.
"Se enggak suka itu dianter sama kakak?"
"Bukan gitu," jawab Ryn tak bersemangat.
"Terus?"
"Aku ngak suka sama Lanara. Dia cari perhatian mulu sama mama," keluhnya.
"Tapikan itu emang ibunya."
"Tapi mereka beda, mama Sarah itu baik banget, ngak kayak Lanara nyebelin," pungkas Ryn kesal.
"Setuju sih." Zeylan mengangguk setuju.
"Yaudah, masuk sana," perintah Zeylan dan Ryn berjalan lesu memasuki gerbang sekolahnya, lalu Zeylan langsung pergi setelahnya.
Lanara duduk, menunggu di koridor rumah sakit. Sedangkan Sarah, pergi mengambilkan minum untuknya. Lalu secara kebetulan ia bertemu lelaki ninja yang lewat saat itu. Mereka saling tatap, bingung.
"Lo ngapain di sini?" tanya lelaki itu penasaran.
Lanara diam sesaat baru kemudian menjawab,"Piknik." Lelaki itu terkekeh, dengan jawaban absurd dari Lanara.
"Lo sendiri?" tanya Lanara balik.
"Mau cari temen main, tapi ngak ketemu," jawabnya tak mau kalah.
Sarah datang dengan 2 botol minuman di tangannya. Menghampiri mereka berdua. Sarah menatap lelaki itu heran.
"Siapa kak?" tanya Sarah penasaran dan Lanara tersenyum lucu kemudian menjawab.
"Ninja ma." Membuat Sarah bingung mendengarnya.
"Hai tante," sapanya.
"Ah iya." Sarah masih bingung.
"Nama kamu ninja maksudnya?" sambung Sarah yang masih dilanda kebingungan. Lelaki itu tersenyum lucu mendengarnya, ia menggeleng.
"Bukan tante, nama saya Re..."
"Lanara Megabiru," panggil perawat yang menghentikan Lelaki itu.
"Ah, kak giliran kamu tuh," ujar Sarah pada Lanara yang masih duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.