Lanara sudah dipindahkan ke ruang rawat, dengan alat bantu pernafasan yang terpasang padanya.
Dia ditemani oleh Zeylan di sana. Yang kini masih tak percaya dengan apa yang telah dialami oleh gadis itu. Di tatapnya Lanara teduh, memperhatikan setiap inti wajah gadis itu.
"Gimana gue mau benci lagi sama lo Lan. Kalau hidup lo aja semenyedihkan itu," batinnya.
Sedangkan disisi lain Zuan dan Sarah sedang bersama dokter Veni. Ada hal yang harus dibahas mengenai Lanara.
Dengan hati-hati dokter Veni memulai pembicaraan. "Sepertinya, ingatannya mulai terbuka," katanya yang membuat Sarah tambah khawatir.
"Tapi seperti yang dilihat, Lanara masih menolak untuk mengingatnya. Bahkan ..." Dokter Veni terhenti, menatap lekat-lekat mata Sarah.
"Lanara sempat sengaja menghentikan nafasnya sendiri." Sarah melemas, jiwanya seolah baru saja direnggut dari tubuhnya. Dan Zuan berusaha menguatkan istrinya itu.
"Karena itu, untuk sementara, kami pasangkan alat bantu pernafasan. Jaga-jaga jika dia melakukannya lagi," ujar dokter Veni yang tak sanggup lagi ditanggapi oleh Sarah.
"Untuk itu, saya mohon agar Lanara benar-benar diawasi saat dia sudah sadar nanti."
"Baik dok, terimakasih," kata Zuan mewakili.
Setelah selesai, mereka berdua kembali ke ruangan. Zeylan segera bangkit, dan dibuat bingung dengan ekspresi kedua orangtuanya itu.
Sarah menatap putri kecilnya yang sekarang sedang terbaring lemah. Matanya berkaca-kaca, Ia kembali menangis, air matanya masih saja jatuh.
"Ngak papa sayang, kamu udah ngelakuin yang terbaik," kata Zuan menenangkan, memegang erat bahu yang tampak lemah itu. Namun Sarah menggeleng tidak setuju, ia merasa kesal pada dirinya sendiri.
"Ngak mas."
"Aku ngak ngelakuin apapun." Suaranya parau.
"Aku udah janji waktu ngadopsi dia. Aku akan buat dia sembuh .... Tapi yang ada ... aku malah terus aja hampir kehilangan dia." Sarah mulai terisak. Emosinya tak terkendalikan lagi.
"Kamu juga denger tadikan, dokter bilang dia sengaja berhenti nafas. Dia ... dia sengaja mas!" Sarah lepas kendali,
Zeylan tertegun mendengarnya, ia tak menyangka akan separah itu. Dadanya terasa sesak, hatinya sakit.
Sarah menatap Zuan, ia kalut. "Aku udah gagal jadi ibu dia mas." Zuan menggeleng tidak setuju, tatapannya sedih.
"Ngak, kamu hebat. Kamu itu ibu terbaik buat Lanara. Dan dia pasti bakal sedih kalau denger kamu ngomong gini," ujarnya, dengan suara yang serak.
Dipeluknya istrinya itu, membiarkan istrinya meluapkan semua beban yang mengganjal di hatinya.
Zeylan yang melihat itu semua, membuat amarahnya semakin mencuat. Dadanya benar-benar penuh sekarang. Dikepalkannya tanganya kuat, hingga memampakkan urat-urat di tangannya. Emosinya mulai tak terkendali, ia langsung pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milikku Zeylan
RomanceDia terlalu fokus menyembuhkanmu, sampai lupa kalau dirinya juga sakit -Lanara Jika trauma adalah penderitaan paling nyata bagi korban. Maka rasa bersalah dan penyesalan adalah hukuman paling nyata bagi pelaku. "See u ninja," pamitnya.