Aya mengambil buku Max Havelaar diam diam atas izin dari keluarga Hesselt yang baik hati mengizinkannya untuk dirinya bawa pulang. Tatapan Lami seperti normal, bahkan gadis itu tidak mempedulikannya lagi. Gadis itu lebih memilih menghabiskan waktu dengan Andi. Pemuda tampan itu.
"Gak waras, ya?" Desis Aya dicermin.
Aya ditinggalkan oleh orang tuanya, harus menginap di rumah kediaman Hasselt satu minggu. Aya membaca baca halamannya, mencoba memahami akrasa dan tata bahasa zaman ini yang sangat sulit. Kalau misalnya pada zamannya masih menggunakan kata kata ini, mungkin Aya yakin dirinya tidak akan banyak bicara. Kalau perlu membungkam mulutnya untuk tidak berinteraksi.
Biasanya kalau Aya membaca pemutar musik dirumah atau playlist nya dipenuhi dengan lagu lagu slow milik 5 second of summer. Aya salah satu fans mereka. Tapi, kali ini Aya memaksakan diri untuk membaca tanpa mendengarkan lagu. Apalagi lagu mirip 5sos, Aya yakin group band itu belum terbentuk saat ini. Jangankan terbentuk, personilnya saja belum ada.
"Max Havelaar, Dowes Dekker.. dimana laki laki itu sekarang." Gumam Aya menatap paragraf demi paragraf dibuku yang dirinya baca.
Bugh'
Aya langsung melihat kearah pintu yang berbunyi benturan keras itu. Bukan sekali tapi kini berkali kali, bahkan ada suara pekikan. Aya memilih untuk berdiri dan melihat, siapa tau ada sesuatu yang memerlukannya. Aya lelah dijadikan seperti tuan putri disini, padahal biasanya Aya malas di suruh ibunya kalau sehabis pulang kuliah.
Beruntungnya Louise. Tapi, sekarang Louise adalah dirinya.
"Kalian ada ap- APA APAAN?!" Seru Aya setengah memekik melihat Andi yang sudah meringkuk dengan tubuh yang biru biru, pelakunya adalah William yang sudut bibirnya juga membiru.
Andi berdarah, babak belur, meringkuk sambil meringis seperti tubuhnya tidak bisa digerakan untuk meluruskan atau meregangkan tubuh. Pemuda itu diam diam menyeringai, Aya takut takut kalau pemuda itu berteriak dan tambah menerjang William dalam keadaan pemuda itu yang nyaris sekarat- bukan nyaris, tapi sudah sekarat.
Tubuh pemuda itu beberapa menetes dilantai putih kediaman Hasselt, sebagian diri Aya yang sudah terbiasa dengan Louise ingin rasanya terhenyit sambil menyumpah nyumpah Andi. Aya tidak tau apa semakin lama dirinya sepenuhnya akan menerima menjadi Louise Caroline Van Godilieve yang angkuh?
Aya memilih untuk merobek ujung gaunnya, lalu berjongkok mengikat erat ke luka Andi, tapi pemuda itu menepisnya dengan tatapannya yang tajam, sedangkan Lami yang berdiri disana dengan gugup mengangkat Andi yang bobotnya lebih besar dari gadis itu, mereka berdua berjalan menjauh menyisakan dirinya dengan William yang menyeka bibirnya.
Aya mengukurkan robekan gaunnya kepada pemuda itu untuk menghapus noda darah dari bibir yang berdarah itu. Dirinya bersandar di dinding, tidak peduli dengan gaun bunganya yang robek separuh dan tidak peduli juga bagaimana pembuatannya. Aya hanya ingin berpakaian murah seperti pelayan pelayan inlander dirumah manapun. Kebaya lebih cocok daripada harus menggunakan korset berpakaian ketat disekitar dada dan pinggangnya.
"Aku menyimpan tanaman Hemlock." Ujar Aya membuat William mengangkat sebelah alisnya.
"Lalu?"
"Oenanthe crocata, kamu mau aku buatkan teh dari bunga itu? Agar kamu bisa mati dengan tersenyum, sama seperti tadi kamu menindas Andi." Kata Aya.
"Kamu pasti tau tentang itukan? Ayahmu itu ahli botani, pasti pernah menguji tanaman itu." Tambah Aya membuat senyum William kini luntur.
"Kamu tau apa dengan keluarga kami? Yang jelas si anak pelacur itu tidak mau mengembalikan apa yang sudah dia ambil, tapi tenang saja bendanya sudah ada ditanganku sekarang." Sahut William dengan logat aneh, kaku. Seperti sedang membaca buku teks.
"Karena kamu dan aksi penindasanmu, aku terganggu mengerjakan sesuatu!" Seruku.
"Untuk apa?"
"Untuk apa, maksudmu?"
"Orangtuamu memintamu kesini karena mereka ingin menjodohkanmu. Orang dari benteng Willem I akan datang seminggu lagi, melamarmu. Perempuankan hanya hidup dibawah derajat laki laki."
Oh seandainya sekarang ada sebuah buku teks tentang surat surat R.A Kartini, rasanya Aya ingin sekali menimpuk pemuda itu dengan buku tentang perjuangan wanita. Atau mungkin kalau Aya tidak ingin merubah masa depan, Aya ingin sekali menyampaikan banyak sekali penemu penemu dan wanita wanita hebat yang mengalahkan laki laki.
Tapi, pada zaman ini Aya bisa apa? Aya tau kalau usia 13 tahun saja disini seorang gadis harus menikah dengan pilihan orang tua. Mungkin yang bisa Aya harapkan adalah saat hari pernikahan dirinya dibawa kembali ke rumah lamanya bersama kedua orang tua aslinya menjadi Ayara Carisaa si Mahasiswa Sastra Belanda semester 3.
"Kamu tau lebih banyak dariku, apa dia mantan pacarmu?" Tanya Aya.
"Apa maksudmu, Louise?"
"Aku hanya membuat kemungkinan kalau kamu ini sebenarnya penyuka sesama jenis." Jawab Aya lalu pergi.
HAI
NUNGGUIN GAK?
Maaf ya slow update, jarang buka wattpad soalnya :')
KAMU SEDANG MEMBACA
NETHERLAND, 1860 [✓]
Random[Park Jisung fanfict] ©ariadne Ayara atau biasa dipanggil dengan sebutan Aya adalah seorang mahasiswi Sastra Belanda yang harus pusing dengan segala macam hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Belanda yang sangat berkaitan erat dengan Sejarah...