Happy Valentine Days, Happy Jaehyun Days jugaa
(Untuk part ini pasang lagu apa aja buat nambah feel)
---William menatap langit sore diatas rumah pohon, disebelahnya ada Ayu yang sedang menatap boneka kayu milik sepupu kecil William dulu.
William tidak pernah tau kalau dirinya akan sejatuh jatuhnya kepada Ayu, William tidak pernah tau kalau dirinya bisa menghilangkan rasa jijik yang sudah hampir 17 tahun di terapkan oleh ibunya tentang bangsa Hindia Belanda.
Kesalahan, William tau.
"ik houd van je, Serayu." Ujarnya membuat Ayu menoleh kepadanya sambil tersenyum.
(Ily, serayu)
"Serayu Eerens..." lanjut William yang pelan, Ayu tidak bisa mendengarnya.
Gadis itu menggenggam tangannya, menunjuk salah satu bangunan besar yang berwarna hitam karena siluet dari cahaya senja.
"Apa kita nanti bisa tinggal ditempat seperti itu, Will?" Tanya Ayu.
Dengan mata cekungnya William tersenyum sampai menunjukan eyes smile terbaiknya, mengangguk sambil mengelus kepala Ayu dengan lembut. Membuat Ayu menatap William dengan penuh pertanyaan.
"Jangan menatapku seperti itu." Kata Ayu.
"Kenapa? Kamu ini gadis cantik-
"Gadis pribumi."
"Tidak. Kamu gadis cantik yang ingin ada disisiku, Ayu. Menemaniku dengan keadaanku yang menjijikan ini." Ujar William.
"Kamu tidak menjijikan, Will." Kata Ayu.
William menghela nafasnya, lalu menatap Ayu lagi. "Ya, dengan kondisi lembab karena mengeluarkan muntahan tiap harinya, terbatuk, rambutku tambah berminyak." Balas William membuat Ayu menggelengkan kepalanya.
"Perkataanmu, bukan dirimu." Jawab Ayu membuat William menganggukan kepalanya.
Bisakah Tuhan memberi waktu lebih lama untuk bersama Ayu? Seharusnya Tuhan mempertemukan dirinya dengan Ayu sebelum ini, sebelum dirinya menjadi orang sakit yang terus terusan merepotkan banyak orang.
Kalau ada tempat yang lebih baik dari ini, atau mungkin William ingin membawa Ayu kesana.
Tidak mungkin rasanya membawa Ayu ke Netherland, kota indah yang hanya William nikmati 5 tahun disana selama hidupnya, lagipula apa ibunya akan mengizinkan pelayaran Ayu dengannya menuju negeri Eropa? Ibunya tidak akan pernah membiarkan seorang pribumi seperti Ayu menginjakan kaki kesana.
Tuhan, saya sudah terlanjur nyaman dengan gadis ini, bisakah beri waktu lebih lama? Saya ingin bersamanya tanpa rasa sakit. Kata William dalam hati.
Ayu menyandarkan kepalanya ke pundak William, membuat pemuda itu berjengit takut kalau gadis itu jijik atau merasa tidak nyaman dengan bau yang menempel di tubuhnya.
Dirinya sudah tidak sepadan dengan Ayu, gadis itu tampak manis, rambutnya tebal, bisa bernyanyi- gadis itu pernah menyanyikan lagu pengantar tidur sewaktu kondisi William sedang kritis, dirinya tau dari Andi.
Wajah William sudah tidak ada sisi ningrat sama sekali. Rambutnya tipis, dan lembab, badannya kurus- William yakin ini hanya tulang, daging sedikit dan kulit, bahkan orang orang bisa melihat pembuluh darah atau nadi berwarna biru di lengan atau sekitar lehernya.
Dan hanya Ayu yang mengerti dirinya, mungkin mau berdekatan dengannya tanpa merasa mual atau muntah.
"Kamu tidak merasa jijik, Ayu?" Tanya William.
"Kamu sudah mengatakan ini ratusan kali Will, dan jawabanku tetap sama." Jawab Ayu kini menggenggam tangan William.
"Ayu, kamu tau bukan kalau kita tidak akan bisa bersama? Aku bukan seorang bangsawan lagi, Ayu, bahkan mama menatapku seakan akan aku makhluk paling menjijikan diseluruh dunia."
Ayu menoleh kepadanya, masih menyunggingkan senyum. "Jangan terlalu keras, Will. Mau bangsawan atau tidak, menjijikan atau tidak, mau mama mu melihatmu dengan tatapan jijik atau tidak. Dia ibumu, dia seharusnya menerimamu." Kata Ayu.
"Kamu mau pergi ke Netherland denganku di kehidupan selanjutnya, Ayu?" Tanya William.
"Kenapa aku?"
"Karena kamu pantas melihat Netherland, negara itu tidak sebagus Hindia Belanda. Tapi percaya padaku Ayu, kita akan hidup bahagia disana, kalau tidak saat ini mungkin di kehidupan selanjutnya." Jawab William yakin.
Mata Ayu berkaca kaca membuat William mengkoreksi diri apa yang salah dari perkataannya.
"Kenapa harus kehidupan selanjutnya, Will? Apa tidak ada kemungkinan untuk sembuh?" Ayu menatapnya seakan akan William adalah dunianya. "Kamu tidak akan pergi secepat itu, aku tidak akan membiarkanmu."
"Aku lelah."
"Aku ada disini Will, kamu tidak lelah sendiri. Lihat ada Andi, Jayden, Louise," Ayu menitikan air matanya, "lihat ada aku." Katanya pelan.
Ayu memeluknya tanpa ragu, membuat William terdiam seribu bahasa, memaku. "Jangan pergi. Aku ingin egois kali ini, kamu tidak boleh pergi, kamu salah satu orang penting setelah ayah dan ibu."
"Ayu,"
"Gak boleh, Will!"
"Ayu, nanti kita menikah pakai Adatmu, ya? Adat Jawa." Kata William sambil tersenyum, membuat Ayu merenggangkan pelukannya.
"Bodoh, William kamu bodoh, bebal, otak udang." Ujarnya sambil terisak tapi sesekali ada senyum di wajahnya.
"Aku tau." William berusaha tersenyum, "tapi ini tidak bercanda, Ayu. Aku tidak peduli mama ingin kita pisah setelah ayah meninggal atau bagaimana, aku ingin tetap bersamamu." Lanjutnya.
Selagi waktu masih ada. Tambahnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETHERLAND, 1860 [✓]
Random[Park Jisung fanfict] ©ariadne Ayara atau biasa dipanggil dengan sebutan Aya adalah seorang mahasiswi Sastra Belanda yang harus pusing dengan segala macam hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Belanda yang sangat berkaitan erat dengan Sejarah...