Dua puluh tiga

164 41 0
                                    

Hai aku kembali! Ada yang kangen Louise gak?

Ehehehe, jangan lupa jejaknya ya

---

Andi melihat Louise yang sedang berbincang dengan Jayden di bawah pohon. Louise akhir pekan ini berkunjung ke rumah Hasselt, ingin mengunjungi Jayden katanya. Menurut Andi sepertinya itu benar, karena pemuda itu satu satunya alasan Louise memijakan kaki disini.

"Hampiri saja sana."

Andi hampir saja lompat dari tempatnya karena Lami yang tiba tiba muncul sambil membawa nampan berisi beberapa buah dan susu. Gadis itu tampak seperti biasa, kali ini menggunakan atasan putih dan rok panjang berwarna hijau pirus, kini rambutnya di kepang dan diikat dengan pita berwarna hijau.

"Kamu mengagetkanku." Kata Andi membuat Lami menyunggingkan senyumnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Andi.

"Ke ruang kerja Cornelius, kami akan membicarakan sesuatu yang penting."  Andi menaikan sebelah alisnya. "Y-ya aku harap itu pembicaraan yang penting." Lanjut Lami lalu berjalan melewatinya.

Andi melihat punggung Lami yang mulai menaiki tangga dan menghilang dari pandangannya. Dirinya merasa bersalah kepada Lami, membuat gadis itu berlaku kasar dengan Louise atas suruhannya, hanya agar hidupnya aman. Andi paham itu tindakan yang sama sekali tidak bermoral, dan egois, dan jahat.

Dirinya kembali menatap tempat dirinya melihat Louise duduk sambil menulis surat, barangkali(?). Menurut Andi, Louise sedang menulis surat. Tidak ada gadis itu disana, membuat Andi mengedarkan pandang keseluruh tempat disekitarnya.

Andi tidak tau harus berbuat apa. Kalau misalnya Louise menghilang kapan dirinya akan meminta maaf. Dirinya tidak ingin berhutang budi kepada Louise ataupun Jayden.

"Sepertinya ada pembicaraan yang seru tadi.. kalian membicarakan apa?" Tanya seseorang membuat Andi menoleh dan terhuyung kebelakang.

"Maaf mengejutkanmu."

Andi terpaku, wajahnya serasa panas melihat Louise yang kini berdiri di undakan batu untuk biasanya anak anak asuh dan anak anak didik Hasselt beristirahat untuk duduk atau merebahkan diri. Andi tidak tau dirinya malu karena hampir teriak atau marah karena dikejutkan kedua kalinya oleh seorang gadis.

Dihadapannya gadis itu menatapnya, menunggunya berbicara.

"Akumemintamaafataskesarkasanku."

Louise tercengang. "Woah woah.. kita bisa bicara santai tanpa terburu buru, bagaimana sambil menikmati teh dan kue?" Tawar Louise.

"Baik, tapi aku harap jangan berlama lama." Kata Andi. Rasanya aneh berduaan dengan Louise, dan aneh saja Louise masih berbaik hati untuk berbicara baik baik dengannya.

Louise melompat untuk turun dari undakan batu, Andi heran kenapa gadis itu hanya mempunyai sedikit sisi feminim daripada gadis gadis diluar sana. Tanpa aba aba, Andi ditarik oleh Louise yang sedang setengah berlari dengan semangat.

Dirinya takut takut kalau ternyata Louise mempunyai niat jahat sekarang.

***

Tapi ternyata, Louise membawanya ke taman belakang dapur sambil menikmati teh dan kue. Dirinya menatap gadis itu yang sibuk makan kuenya, sedangkan dirinya sedang berusaha susah payah  merangkai kata untuk mengucapkan permintaan maaf.

"Louise- maksudku, Godilieve-

"Lou, Louise, pujaan hati juga boleh." Kata Louise sambil tersenyum riang.

"Tapi aku lebih senang kamu panggil pujaan hati." Lanjut Louise sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Aku minta maaf atas kekasaranku selama ini, Louise." Kata Andi.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan tatapan yang kecewa membuat Andi menunduk, pikirannya mulai mengoreksi apa yang salah dari kata kata yang keluar, mungkin ada yang kurang.

"Kamu tidak memaafkanku. Dengan penuh penyesalanku, kamu boleh meminta ayahmu mengeksekusiku. Tapi, tolong jaga ibuku, kalau bisa minta pada Beatrix agar merawatnya disini." Lanjut Andi.

Louise menatapnya lalu tergelak. "Mengeksekusimu? Yang benar saja! Masa aku mengeksekusimu karena kamu tidak memanggilku dengan pujaan hati?"

"Apa?"

"Apa?"

"Kamu memaafkanku?" Tanya Andi.

"Ya." Jawab Louise.

"Aku yang menyuruh Lami untuk mengancammu, kamu masih ingin memaafkanku?" Tanya Andi lagi.

"Iya." Jawab Louise lagi.

"Kamu seriu-

"Kamu cerewet ternyata, pantas Lami sangat mencintaimu." Potong Louise sambil terkekeh.

Kamu juga mencintaiku. Kata Andi dalam hati.

"Begini saja, asal kamu ada didekatku ya? Ingin jadi temanku, kan?"

Andi terdiam sebentar, tawarannya mengandung banyak resiko yang besar. Tapi, karena Louise juga dirinya melihat kalau seorang Netherland tidak semuanya keji. Karena Louise juga Andi berteman dengan Jayden- disaat saat tertentu.

Dirinya lalu mengangguk, dan menyesap tehnya sambil melihat kearah taman yang berpagar di belakang Louise.

"Jadi kita teman!" Seru Louise dengan riang.

Dan ini adalah situasi yang paling canggung yang pernah Andi jalani seumur hidupnya. Andi bahkan tidak tau ingin berbicara apa didepan gadis penuh tenaga ini.

"Ingin tambah teh?" Tawar Louise sambil menuangkan teh ke cangkir miliknya sendiri.

"Boleh." Jawab Andi membuat Louise menuangkan teh kedalam cangkirnya.

Andi melihat Louise tampak lebih diam sekarang. Gadis itu sekarang memilih untuk membuka bukunya dan mulai menulis sesuatu disana. Andi memilih untuk diam, dan tidak ingin tau. Dirinya ingin cepat cepat keluar dari situasi canggung ini.

NETHERLAND, 1860 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang