Lima puluh sembilan

132 30 0
                                    

Selamat hari minggu!
Selamat membaca

Jangan lupa jejaknya ><
---

Aya menatap gaun pernikahannya yang sangat mewah, rambutnya disanggul dengan sangat cantik di cermin yang ada dihadapannya. Wajah Louise yang tampak lebih muda dari padanya kini seperti pernah Aya lihat di suatu tempat saat masih ada di kehidupan normalnya dulu-- dimasa depan.

Kenapa dirinya mulai mencintai menjadi Louise? Seakan akan dirinya sudah berhasil mengubah sikap buruk Louise, dan bahkan citra gadis yang sebelumnya belum pernah Aya kenal, tapi  Aya tau pergumulan apa saja yang didapat saay Aya masuk kedalam tubuh anak usia tujuh belas tahun itu.

Aya bukan seorang pejalan waktu seperti Lami, bahkan dirinya sendiri tidak tau bagaimana dirinya bisa terbangun disini.

Tentang Lami yang pernah berkata kalau gadis itu rela menyangkal pulang demi bersama Andi, maka Aya sedang merasakan hal yang sama. Dirinya sangat rela kalau malam ini dirinya menemani Andi, meminta maaf pada pemuda itu, mengulur waktu untuk tidak pergi dari abad ini.

Tentang Ayu yang mulai hidup dan menerima kenyataan apa yang ada di hidupnya sekarang ini. Aya bahkan takjub dengan gadis itu bagaimana bisa seseorang bisa bangkit dari pukulan keras yang menimpa sekaligus?

Seandainya Aya menjadi Ayu bukan menjadi Louise, mungkin Aya tidak bisa bersenang senang atau bahkan dirinya akan mengeluh terus menerus untuk pulang ke rumah orangtuanya yang asli.

"Louise cantik."

Louise menolehkan kepala, menatap Ayu yang ada di depan pintu sambil membawa beberapa rangkaian bunga yang menjadi hiasan kepalanya.

"Terima kasih." Kata Aya.

"William kalau masih hidup pasti akan mengejekmu habis habisan, padahal dia sangat menyukaimu." Ujar Ayu sambil memasangkan mahkota bunga itu keatas kepala Aya.

Aya menatap Ayu yang memakai kebaya berwarna merah terang, dengan riasan yang tidak kalah cantik dibandingnya.

"Dia lebih menyukaimu, Ayu." Aya menoleh kepada Ayu, "dan caramu melepasnya untuk bangkit sangat hebat. Bagaimana caranya?"

"Karena manusia lebih menyukai menyambut pertemuan dibanding menyambut perpisahan, kan?" Lanjut Ayu.

"Tepat."

"Dan aku melakukan itu, menyambut perpisahan, berdamai dengan duka." Jelas Ayu lagi.

Ayu memilin roknya dengan gugup, "William menulis di catatannya, gagal mencintai seseorang sesekali itu tidak apa. Dan yang di maksud dia adalah kamu."

"Pantas dia menyukaimu, kamu bukan seo-

"Aku pribumi dikehidupan selanjutnya,  mungkin? Atau mungkin kelak kamu bisa menjadi seorang Netherland, di Netherland- kan." Potong Aya membuat Ayu terkekeh.

"Tidak ada yang namanya di Netherland-kan, Louise." Ujar Ayu.

Aya mengambil satu mahkota bunga yang tersisa dari keranjangnya, dan memasangkannya ke kepala Ayu. "Kenapa kita harus membahas William? Pemuda konyol itu pasti akan besar kepala kalau mendengar ini semua." Kata Aya.

"Maaf kalau aku menghancurkan hari pentingmu saat ini." Kata Ayu.

Keduanya tampak terdiam, Aya sudah mempersiapkan diri untuk rencana yang sudah di susun oleh Lami, dirinya sendiri tidak tahu apa maksud gadis itu. Apa Lami akan menyiapkan kapal pesiar untuk berlabuh ke Netherland untuk nanti malam? Atau mungkin Lami sudah memperisapkan hal mustahil seperti merelakan mesin waktu yang sudah ditemukannya untuk Aya.

Kalau mesin waktu itu bisa berfungsi, Aya tidak bisa memakainya, bagaimanapun Lami lebih membutuhkan.

Ayu menatap kearah jendela, "kenapa hari ini kecepatan anginnya sangat besar?" Tanya Ayu.

Alih alih melihat apa yang temannya lihat, Aya melihat kereta kuda yang entah dari kapan terparkir di halaman rumahnya. Kereta kuda milik keluarga Hasselt, bahkan Aya dapat meluhat didalam sana ada mantan kekasihnya sedang membaca buku dengan tenang.

Seakan akan acara Aya ini tidak berpengaruh kepadanya.

Kriet...

Pintu ruangannya lagi lagi terbuka.

Kali ini ada Lami disana, tersenyum dengan banyak makna, bahkan Aya sendiri tidak tau makna dari senyuman temannya ini.

"Jangan aneh aneh, Lami." Kataku.

"Tidak." Lami membawa salah satu kotak sedang kepada Aya, "selamat melepas masa lajang, teman." Kata Lami sambil terkekeh.

"Aku akan sangat merindukanmu." Ujar Ayu sambil tersenyum.

Aya memeluk kedua temannya itu, banyak lika liku yang dirinya dapat di masa ini. Aya juga berterima kasih pada Lami atau Dereck yang sudah membuatnya tidak kesepian di zaman ini.

Gambaran yang mereka berikan beberapa hari yang lalu adalah, dirinya akan pulang hari ini. Menjejakan kaki lagi di Jakarta, bukan di Batavia. Entah dengan apa.

"Louise cantik deh! Jangan nangis!" Seru Ayu.

"Apa Andi datang?" Tanya Aya.

Lami menatap Aya lagi, kini senyumnya tipis. "Ya, maaf kalau itu membebanimu. Tapi, dia akan ambil peran penting disini. Louise, izinkan dia melepasmu untuk pergi, entah pergi ke tempatmu pulang atau pergi menjalani hidup baru dengan Jayden." Jelas Lami.

Aya mengangguk, lagipula kalau boleh jujur Aya masih mencintai Andi. Kalau saja orangtuanya tidak cepat cepat mengambil keputusan untuk memaksanya bertunangan dengan Jayden yang sudah mati matian menyangkal kalau pemuda itu tidak mencintai Aya, mungkin tidak akan seperti ini.

Tapi, kalau malam ini dirinya bisa bertemu dengan Andi lagi. Mungkin ini bisa menjadi kesempatannya untuk mengatakan ribuan maaf untuk pemuda itu.

Lami mendekatkan mulut di telinga Aya, "di dunia ini ada dua macam. Isekai atau tersesat karena berpindah zaman, dan kalaupun memang kamu isekai aku akan berdoa banyak kalau hal ini bisa membantumu untuk kembali."

NETHERLAND, 1860 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang