Lima puluh

135 29 5
                                    

HAI! BARU SEMPET MEGANG HP 😭😭😭.

Chapter kali ini aku kasih warn ya, soalnya agak sedikit darah sama kekerasan
----

"Aku menerima surat tentang istrimu itu, dan aku kemari." Andi menjinjing salah satu orang Netherland yang bersimbah darah ditangannya, orang pertama yang dirinya bunuh selama hidupnya. "Dan selama aku disini, tidak ada lagi anjing dan ular peliharaan Rosè." 

Andi menaruh kepala orang Netherland itu keatas meja, dan menginjak kepala orang tidak bernyawa itu didepan Jeffery  membuat Jeffery bergidik ngeri menatap Andi yang kini tampak lebih brutal.

"Andi..."

"Tidak ada lagi Andi. Mereka yang  membunuh etensi Andi, mebunuh pemuda naif yang hanya berani menggertak, seorang yang hanya tau dirinya adalah seorang pribumi. Sekarang aku Andrew, aku menagih hak lahirku, hak untuk dihargai dan hak setara dengan orang Netherland, karena aku sebagian dari mereka. Tidak ada yang bisa menghalangi jalanku lagi." Ujar Andi sambil menginjak kencang kepala orang mati itu sampai terdengar nyaring.

Kepala mayat itu patah. Untung saja Jeffery sukses menahan mualnya karena itu sungguh menjijikan, bahkan darah dari hasil tembakan itu masih mengalir segar disana.

Andi menatap mayat itu sambil tersenyum, menendang mayat itu ke karpet mahal berwarna merah delima dilantai itu.

"Ups, sampah ini jatuh ayah, dimana tempat sampah yang layak?" Jeffery tidak lagi mengaggap kehadiran Andi disini sebagai anak cuma cuma menyetujui permintaannya dan permintaan terakhir William.

"Oh iya, tidak ada pemakaman yang layak untuk orang sampah sepertinya." Kata Andi sambil tersenyum.

Tidak peduli lagi dengan perasaan jijik ayahnya. Dirinya terlahir dari dua darah yang bertolak belakang, kalau dirinya brutal dan tidak mengenal ampun anggap saja ini gen dari ayahnya seorang Penjajah, sedangkan dirinya yang berbelas kasih dari gen ibunya seorang pribumi yang sama sekali tidak punya pilihan untuk diinjak injak.

Dan Andi berhak menggunakan kebrutalannya ini untuk mengusir dan menyingkirkan mereka secara perlahan, yang tidak terlalu diuntung mengeksploitasi Sumber Daya Alam negerinya dan bahkan membunub keluarga keluarganya.

"Apa kamu kesini hendak mengeksekusiku?" Tanya Jeffery.

Andi tertawa lantang, suaranya pecah, tawanya tampak seperti orang pembunuh berantai. "Ya. Kalau ayah menghalangi jalanku juga, bersyukur aku sudah memaafkanmu."

"Tuan, dan-- anu, Tuan Muda Eerens, makanan sudah siap." Kata seorang pelayan yang langsung menatap temannya yang tergeletak tidak bernyawa di lantai.

"Tolong bereskan dia, tadi An- Kami sedang bersenang senang." Ujar Jeffery tersenyum paksa lalu berjalan melangkah lebih dulu.

Andi mengekor dibelakang ayahnya itu, kakinya menendang sekali lagi ke sajad itu, dan melewati pelayan- seorang Netherland- yang baru datang itu dengan tatapan bengisnya.

Dirinya menghentikan langkahnya tepat ke telinga pelayan itu. "Aku tidak akan segan segan seperti itu kepadamu kalau kamu menjadi anjing peliharaan Rosè, mengerti?" Bisiknya lalu pergi menyusul ayahnya.

Andi sudah tidak peduli lagi bagaimana nasib keluarga korban itu, atau bagaimana nasib orang yang dirinya bisikan yang menjadi mimpi buruk selama berhari hari. Tidak ada belas kasihan lagi dimatanya, sekarang Andi tampak haus darah karena sekarang gilirannya bertindak.

Kalau orang yang meninjunya di malam itu tidak minta maaf, mungkin detik ini Andi akan membuat orang itu mati sama seperti dirinya setengah nyawa di tengah hujan deras waktu itu. Kalau guru sekolahnya menjambak dan mendorongnya membiarkannya diinjak injak, Andi akan berbuat hal yang sama.

Ya, Andi akan melakukan itu, sebentar lagi. Orang orang yang pernah melucuti pakaiannya, orang orang sombong yang merobek robek bukunya, meracuni makanannya, menuduhnya, mengatakan dirinya anak seorang jalang. Andi sudah merencanakan hal yang brilian untuk mereka.

Dan untuk Tuan dan Nyonya Godilieve, dirinya punya kejutan besar untuk kedua orangtua kekasihnya itu. Dia ingin anaknya menikah dengan selrang bangsawan Netherland? Sekarang Andi orang yang tepat.

"Aku akan membalaskan dendammu, akan aku balaskan apa yang tidak pernah menjadi hakmu, Will. Walaupun aku akan menjadi seorang pendosa, aku tidak peduli, kamu sama layaknya denganku untuk bebas." Bisiknya.

"KAMU TIDAK LAGI DITERIMA DI RUMAH INI SETELAH KEMATIAN PUTRAKU!"

Teriakan Rosè membuat Andi langsung menghampiri apa yang terjadi disana.

***

Andi melihat Ayu yang bersembunyi di balik punggung Jeffery, ayahnya menghadapi Rosè yang menjerit jerit.

Belum ada sehari Andi disini dan dirinya merasakan kalau dirinya lebih gila dari biasanya. Bagaimana bisa saudaranya bertahan disini selama 16 tahun dengan ibunya yang gangguan jiwa dan mengaku dirinya paling waras? Andi lupa, William hampir gila dan brutal dengan didikan wanita ini.

Tapi, melihat Ayu penuh luka pecahan kaca di pipinya yang mulai berdarah, membuat emosi Andi melatup latup. Bahkan, Jeffery hanya berani membentak wanita itu bukan meninjunya untuk menyadarkan kewarasannya.

'Bugh.

Andi mendorong ibu tirinya sampai membentur dinding belakang wanita itu. Kalau wanita itu memperlakukan seseorang sama seperti hewan maka dia berhak di lakukan hal yang sama seperti itu.

"Kamu- LIHAT JEFFERY DIA INGIN MEMBUNUHKU, INI MOTIFNYA SAAT MALAM KEMARIN! AKU SUDAH BERUTAHU KAMU!"

"Andi?"

Andi menoleh kearah Ayu, melepaskan cengkramannya kepada Rosè. Andi menunjukan senyum manis terbaiknya, seperti dulu. "Halo, Ayu, aku bukan Andi lagi. Aku Andrew Van Eerens, seperti semua orang minta."

Saat itu juga Ayu membelakkan matanya menatap keadaan Andi yang tidak ditemuinya selama berminggu minggu lamanya

NETHERLAND, 1860 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang