Empat puluh empat

133 31 0
                                    

Hai!
Nungguin, gak?

Jangan lupa jejaknya
---

Andi tidak merasa enak kalau bertemu dengan Jayden, apalagi setelah yang dirinya lakukan akhir akhir ini--menghabiskan waktu bersama Louise. Contohnya sekarang, menghadiri pesta bisnis milik Hasselt berdua karena ditunjuk sebagai teman.

Dirinya tau kalau Jayden berbuat baik padanya, bahkan pemuda itu adalah satu satunya orang Netherland-- tamu rumah Hasselt yang tanpa harus berkenalan dengannya secara resmi untuk berbuat baik.

Rumor keluarga Overstatern seakan akan ditepik oleh perilaku Jayden.

Pembawaan pemuda itu sanhat dingin, tatapannya kadang keji, tapi mungkin kalau pemuda itu tersenyum dan mengeluarkan kata kata santai yang menjadi sugesti kalian akan hilang sekejap.

Tapi, tetap Andi harus minta maaf. Siapa dirinya yang mengajak tunangan orang lain menghabiskan waktu bersama pagi sampai malam?

"Hei, Jay." Andi memegang erat minuman yang dirinya pegang, temannya itu menoleh sambil mengangkat gelasnya seakan akan ingin bersulang.

"Kamu tidak berniat untuk memecahkan gelas itu, kan?" Tanya Jayden.

Andi menoleh kearah gelas yang dirinya genggam. Mungkin ini reflek karena gugup.

"Maaf." Ujarnya.

"Untuk?"

"Hubunganku dengan Louise." Jawab Andi dengan ragu membuat temab yang ada didepannya tersenyum simpul.

"Hubungan kalian sudah sejauh mana?"

"Lebih dari teman."

"Oh," pemuda itu bahkan tidak menunjuman wajah kecewa sama sekali seakan akan disini Andi yang tidak tau diuntung dengan status baru yang dirinya punya. "Aku akan mendukungmu teman." Lanjutnya.

"Aku sudah mengamb-

"Kamu juga temanku." Jayden menatapnya dengan hangat, "jaga dia kalau kamu tidak ingin merasakan di patuk gagak didalam jeruji." Potong Jayden.

"Aku jaga."

"Aku mementingkan kebahagiaan Louise, Andi awalnya. Tapi, kamu juga perlu bahagia, bukan?" Tanyanya.

"Tapi ayahnya tidak akan menyetujuiku bukan? Lalu, aku tidak punya apa apa." Jawab Andi dengan ragu.

"Kalau kamu menganggap William mengambil harta Jeffery selama ini, dan ini peluangmu untuk menuruti tawarannya, nikahi Louise. William pasti akan setuju juga dengan ini." Usul Jayden.

"Kenapa kamu mendukungku untuk merebut hak William?"

"Karena dari awal William menolak keras hak lahirnya. William ingin bebas, dan dia bertahan hanya ingin melihatmu agar dosanya bisa dia perbaiki, kedua dia bertahan karena Serayu, tunangannya."

Andi masih bertanya kenapa Ayu bisa berhubungan dengan William, karena jelas keluarga William terutama ibunya itu anti non Netherland, sedangkan Ayu adalah seorang gadis seratu persen berdarah pribumi.

Lalu, Andi juga heran kalau Jeffery selama menuruti istrinya bertahun tahun dengan muak kenapa sekarang ayah bajingannya itu mengakuinya? Kemana laki laki keparat itu saat pemakaman ibunya? Mengutus pegawainya membawakan sepucuk atau se-bucket  bunga mawar hitam atau apalah untuk menghiburan saja tidak.

Andi memilih untuk makan pastry dan menenggak minumannya.

"Banyak pertanyaan dimatamu." Kata Jayden tiba tiba membuat Andi hampir tersedak.

"Ya, sebenarnya ini terkesan kurang sopan."

"Tanyakan saja."

"Bagaimana bisa Jeffery dan Rosè merestui hubungan William dan Ayu, mungkin Rosè, bagaimana bisa Rosè seperti itu?" Tanya Andi membuat Jayden menaruh gelasnya dengan pelan.

"Wanita licik itu ingin William meninggalkan Ayu setelah Jeffery meninggal- kamu tau bukan? Seperti tipe ibu mertua jahat." Jawab pemuda itu membuat Andi mengangguk

Ayu yang malang.

"Andi, apa kamu masih ingin ke Semarang?" Tanya Jayden.

"Tidak ada Dereck, aku berlabuh dengan siapa? Aku tidak pandai menjadi pelarian, asal kamu tau saja." Jawab Andi membuat Jayden mengangguk.

"Sebenarnya aku ingin menceritakan sesuatu, mungkin kamu tidak akan menganggapku teman lagi."

Andi menatap Jayden dengan curiga, lalu mengangguk. "Kalau begitu, Ceritakan Tuan Muda Overstatern."

Jayden menceritakan semuanya tentang Dereck dan Jacob yang memohon kepada pemuda itu, dan menceritakan bagaimana pemuda itu curiga dengan Louise. Jayden juga menceritakan tentang surat surat Jacob.

Andi sudah membuka surat itu. Betapa ingin marah dan menebas kepala kakak angkatnya itu dengan tangannya sendiri. Tapi, setelah tau kalau kedua kakak angkatnya itu ingin melindunginya dari situasi yang terjepit rasa bersalah menghantui Andi detik ini.

Seberapa banyak orang yang membelanya?

Apa dirinya akan kehilangan Lami yang dirinya anggap sebagai saudara perempuannya bukan sebagai calon tunangannya lagi?

Apa dirinya akan kehilangan Louise yang membelanya habis habisan juga demi tidak terinjak injak seperti anjing liar?

Atau sebentar lagi dirinya akan kehilangan William, saudaranya yang sedang berjuang untuk sembuh dan berjuang melindunginya dengan cara membocorkan resep resep kepada Ayu agar mencelakakan kaki tangan ibunya yang lain dengan tanaman beracun?

Seharusnya dirinya patut mati sejak awal karena merepotkan semua orang.

"Apa aku memberatkan semua orang?"

"Memang. Tapi kalau kamu hendak mati, kamu menganggap perjuangan mereka semua hanya sia sia." Jawab Jayden sambil menganggukan kepalanya.

"Aku berteman dengan orang orang ningrat sepertimu saja sebenarnya sudah tidak pantas." Tambah Andi.

Jayden tertawa keras membuat Andi takut kalau pemuda didepannya ini sudah setengah sadar dipesta ini.

"Apa didunia ini ada manusia yang pantas? Pantas itu sama seperti kata baik atau tidaknya seseorang, relatif, Andi." Katanya.

Jayden kembali merubah wajahnya menjadi serius. "Setelah apa yang aku ceritakan tadi, apa kamu ingin memaafkanku?"

"Ya, ini juga tidak bisa dibilang salahmu, Jay. Tapi kita punya tugas lain untuk menghentikan hal ini, bukan?" Tanya Andi membuat Jayden mengangguk.

"Aku akan mendukungmu, kalau perlu bantuan bilang padaku. Aku temanmu, ingat itu, jangan terus menerus menganggap dirimu tidak pantas." Jawab Jayden sambil menepuk pundaknya.

NETHERLAND, 1860 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang