Aku persilahkan kalau kalian mau skip atau mau ngambil kresek dulu disini, soalnya kebahasaannya agak lebih berantakan kayaknya T^T
---
'Dor
'Dor
Dereck menarik Andi untuk berjalan cepat menghindari suara pelatukan dari belakang mereka. Andi awalnya berada di sekolah, menikmati hari harinya seperti biasa. Di rundung kali ini karena dianggap anak aib dari keluarga Eerens, seperti biasa juga hari ini Andi makan bersama dengan yang lain. Niatnya adalah mampir untuk menemui William dengan membawa sekantung buah apel merah yang dirinya beli di pasar.
Mereka berdua bersembunyi dibalik semak semak rindang, lebih tepatnya duduk di lubang besar membuat keduanya lebih rendah dan tidak bisa kelihatan pucuk kepalanya.
"Apa?" Tanya Andi.
Alih alih membalas dengan perkataan, Dereck menggerakan tangan dengan cepat. Menggunakan bahasa isyrat dengan lancar, dan mudah unthk Andi pahami. "Kita di kejar."
"Dengan siapa?" Tanya Andi.
"Jacob Speelmen dan orang orang suruhan ibu tirimu." Jawab Dereck pelan.
"Apa dia motif dari pembunuhan ibuku?"
Entah kenapa mata Dereck memerah, menahan untuk menitihkan air mata yang sudah ada di pelupuk matanya, membuat Andi menatap kakak angkatnya dengan penasaran.
"Ceritakan." Jawab Andi tanpa basa basi.
"Aku bawahan ibu tirimu, Andi. Aku disini semata mata menebus dosa karena menembakan pelatuk senapan ke ibumu, bukan ibumu targetku Andi, aku bersumpah." Jelas Dereck.
"Lalu?"
"Nampan anyaman dibelakangmu, membuat seakan akan hanya benar belaka. Aku tidak pernah berniat untuk menembak sedikitpun, Andi. Aku berusaha untuk tidak menjadi pembunuh."
"Kenapa diantara ratusan orang Eropa, kamu yang menjadi seorang penjahat didekatku, Dereck? Apa ini hanya akal akalanmu?" Tanya Andi.
"Tidak." Sangkal Dereck dengan cepat. "Aku melindungimu, jangan menoleh kebelakang. Aku tau aku memang tidak pantas untuk dipercaya, jangan menoleh kebelakang, hanya perlu lurus. Disana ada pagar yang langsung menembus ke seberang kedai bakmi di Chinesse Wijk, disana sudah ada Renjun dan Chenle yang akan membawamu ke tempat persembunyian."
"Apapun yang terjadi Andi, jangan menoleh kebelakang." Perintah Dereck.
Derap kaki makin terdengar keras dibelakang sana walaupun masih terlihat jauh, tapi Dereck mungkin tidak mau ambil pusing kalau Andi tidak bisa lari dengan tepat waktu, setidaknya lebih awal lebih baik.
"Aku mempercayaimu dalam desakan ini, lalu bagaimana denganmu?" Tanya Andi.
"Aku akan kembali, malam hari. Aku akan membawamu ke Semarang, menjauh dari jangkauan ibu tirimu." Janji Dereck membuat Andi.
"Kalau kamu tidak kembali, aku bersumpah akan membencimu seumur hidup, Dereck. Kamu sudah aku anggap kakakku, walau tidak menutup kemungkinan aku membencimu karena membunuh ibuku- disengaja ataupun tidak." Ujar Andi lalu mulai merangkak ke hutan untuk menemukan keadaan yang tepat untuk lari.
'Dor
'Dor
'Dor
Andi tetap berlari, berusaha sebisa mungkin tidak menoleh kebelakang. Walaupun, dirinya khawatir dengan keadaan Dereck yang akan memerankan peran lagi entah sebagai pihak mereka atau mengkhianatinya kali ini, atau pergi menyusul ibunya.
Andi sudah kehilangan ibunya, dan Andi tidak ingin kehilangan siapa siapa lagi, apalagi William yang sudah terbaring hampir tidak bisa berjalan di kasur tempat tinggalnya.
Dereck memang bilang lurus, tapi entah kapan Andi harus berjalan mengikuti perintah tidak jelas dan terburu buru milik Dereck. Sudah hampir satu setengah jam dirinya berjalan dan berlari setiap ada derap kaki.
"Dereck, bagaimana kalau Renjun dan Chenle berpihak pada Jacob?" Gumam Andi.
Suasana makin dingin, Andi tau hari semakin gelap, dan dirinya kesasar entah kemana sejak dirinya ingin kembali ketempat tadi untuk menemui Dereck. Setidaknya Andi tau tempat itu sudah aman dan ingin berjalan bersama Dereck.
"Astaga, aku mencarimu!" Seru Chenle yang ada didepan sana, disebelah Chenle ada Renjun yang menatap Andi dengan khawatir.
***
Andi sudah membersihkan diri. Renjun dan Chenle membawanya ke tempat ibadah terpencil yang sudah tidak digunakan di belakang rumah Chenle untuk bersembunyi. Ini tempat dulunya bermain bersama, Jacob bahkan tidak tau kalau tempat ini masih berdiri kukuh, Dereck pintar merencanakan ini.
Renjun memberikan sesisir roti dengan keju, dan teh hijau kepada Andi.
"Bagaimana bisa, aku tidak habis pikir kalau Jacob-" Renjun menatap jendela besar diatas sana, pemuda itu tidak habis pikir.
"Ini perencanaan Dereck 2 bulan yang lalu setelah kematian ibumu. Dereck menghadap kepada nyonya Eerens, mungkin tidak berlangsung baik, Dereck juga bernegosiasi dengan Jacob tapi Jacob tidak punya kuasa sedikitpun. Memberontakpun tidak bisa." Jelas Chenle.
Mungkin sudah tengah malam, dan Dereck yang biasanya cepat kini tidak ada batang hidungnya, tidak ada yang tau keberadaannya.
Kriet..
Semuanya berwaspada, takut kalau Jacob datang ingin membuatnya menyerahkan diri di gantung dihadapan keluarga Eerens, didepan William. Andi sekarang tau kalau saudara tirinya itu memiliki hati nurani saat tau kalau Andi adalah saudaranya.
Disana ada Lami yang datang dengan lentera yang terbanting ke lantai, gadis itu tersimpuh dibawah. Isi dari koper yang dirinya bawa juga berantakan di lantai
Andi seharusnya tau, kedatangan Lami yang hancur adalah tanda kalau Dereck tidak akan menjemputnya untuk menghirup udara sejuk Semarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETHERLAND, 1860 [✓]
Rastgele[Park Jisung fanfict] ©ariadne Ayara atau biasa dipanggil dengan sebutan Aya adalah seorang mahasiswi Sastra Belanda yang harus pusing dengan segala macam hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Belanda yang sangat berkaitan erat dengan Sejarah...