Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Park Jisung Day 🎂🍪
• • • - Netherland -
• • •
Andi menggedor pintu rumah sementara William yang ada di Batavia. Tidak peduli dengan bajunya yang basah kuyup, dan ibunya yang akan segera di kebumikan dibelakang rumah keluarga Hasselt, ya Andi memohon kepada kedua pasangan itu agar memberikan tempat yang baik untuk ibunya.
Kriet..
Dihadapannya ada Jacob yang menatap Andi dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, mungkin turut kecewa dan kehilangan karena ibunya pergi.
"Andi, perihal ibu-
"WILLIAM!" Panggil Andi dengan keras.
"William tidak ada disini."
"Bohong."
"Aku tidak berbohong."
Andi menatap kakak angkatnya ini tepat ke matanya, berusaha mati matian sebenarnya.
"Permisi." Kata seseorang dibelakangnya membuat Andi menoleh.
Disana ada gadis menggunakan kebaya berwarna biru- sewarna bunga hydragaea, rambut gadis itu dikuncir rendah dan disampirkan ke pundak kanannya, tangannya membawa sebuah keranjang berisi roti isi dan susu kacang kedelai, dan ditengah tengahnya ada sebuah buku. Andi tidak tau itu buku apa, tapi tidak penting.
Gadis ini yang duduk disebelah William saat makan malam waktu itu.
"Selamat sore, saya Serayu Arunika panggil Ayu saja." Kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya.
"Ayu, Williamnya tidak ada dia ada kepentingan di Buitenzorg." Kata Jacob.
Ayu mengerjapkan matanya. "Lalu, tuan kenapa ada di rumahnya? Saya dengan dia sakit hari ini, saya mendapat surat dari orang suruhannya tadi pagi."
"Sakit apa?" Tanya Andi spontanitas membuat Jacob menaikan sebelah alisnya.
"Flu." Jawab Jacob singkat, lalu kembali menoleh kearah Andi. "Andi aku turut menyesal kamu kehilangan ibumu." Katanya membuat Andi mengangguk paham.
"Aku akan pulang, ibu perlu dikebumikan." Kata Andi pamit meninggalkan Ayu yang menatapnya dengan sulit di deskripsikan, lalu lanjut berbicara dengan Jacob.
***
Andi menggunakan pakaian serba hitam putih, Lami juga menggunakan kebaya hitam dengan rok batik pendek berwarna cokelat bercorak berwarna putih, alas kakinya menggunakan sepatu boot tinggi berwarna hitam.
Andi juga tidak tau kalau Louise repot repot datang ke pemakaman ibunya di hari yang nyaris malam bersama tunangannya, Jayden. Jelas Andi tau Louise datang, sudah jelas dengan pakaiannya yang khas karena payung lebarnya.
Andi hanya mengangguk. Bisakah Andi berbicara jujur pada Lami kalau dirinya hilang rasa kepada gadis itu? Atau akan keterlaluan berbicara sejujur itu? Bagaimana dirinya nanti yang akan berhadapan dengan Jayden? Ini bukan waktu yang tepat memikirkan sebuah hubungan rumit.
Dirinya maju ke depan membawa lukisan ibunya dan leontin yang sering ibunya pakai. Leontin dengan seserpih batu mirah, saksi palsu kalau Jeffery brengsek tidak akan pernah membalas perasaan dan tidak bertanggung jawab atas hidupnya.
Siapapun dua orang yang menembak ibunya pagi ini, tidak akan Andi maafkan sampai dirinya mati. Andi bersumpah.
"Terimakasih sudah ingin datang, terima kasih juga untuk Beatrix dan Cornelius yang sudah mau memberikan sedikit tanah untuk menjadi tempat peristirahatan ibu." Kata Andi mengucapkan terima kasih, ya hanya mengucapkan kata terima kasih.
Lalu semuanya membubarkan diri, meninggalkan dirinya yang terduduk didepan gundukan tanah ibunya. Tersenyum miris sambil menepuk nepuk tanah tersebut.
"Bangun, menangisi orang yang sudah tidak ada tanpa melanjutkan hidup sama dengan sia sia." Ujar seseorang sambil memayunginya.
Andi dapat melihat dengan jelas melalui bayang bayang yang ada dihadapannya. Orang tersebut berjongkok disebelahnya, masih memayunginya dengan payung yang ada di genggaman pemuda itu.
Kini Andi bisa melihat orang tersebut, Dereck. Orang yang benar benar Andi anggap sebagai kakak kandungnya sendiri, orang yang benar benar paham dengan keadaannya dan orang yang selalu ada didekatnya dari kecil.
Tanpa aba aba, Andi langsung memeluk Dereck. Terisak isak membuat pemuda didepannya itu menenangkannya dengan mengusap usap punggungnya dengan lembut.
"Sehar- seharusnya-
"Tidak ada waktu untuk menyalahkan diri sendiri." Potong Dereck.
"Dua pemuda bajingan itu-
"Shhh..."
"Kita makan malam, ayo bangun bocah." Kata Dereck sambil tersenyum kepadanya, berdiri da n mengulurkan tangannya untuk dirinya berdiri.
"Aku bukan bocah, seharusnya kamu tau." Decak Andi lalu berjalan bersama Dereck meninggalkan tempat peristirahatan ibunya itu.
• • •
Visualisasi Untuk Serayu (maaf telat)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.