Hai aku kembali ehehehe..
Jangan lupa jejaknya ya ❤❤❤
---
Menurut Aya perkataan jangan menghakimi orang dari luarnya itu benar. Contohnya akhir akhir ini Aya berteman dekat dengan Jayden dan William- Aya tidak bermaksud dekat dengan pemuda itu, pemuda itu yang sering menghancurkan suasana ceria Aya dan Jayden.
Aya berusaha untuk membatasi pembicaraan dengan Andi dan Lami. Setidaknya Aya menahannya untuk tidak meminta maaf lagi kepada Andi karena terakhir kali Aya mengikuti pemuda itu lagi, pemuda itu membentak membuat benteng perselisihan semakin ketat. Kalau dirimya tidak diseret oleh William- bisa bayangkan betapa sakit tangannya di seret oleh laki laki sekasar William.
Dirinya mengemasi pakaiannya karena hari ini dirinya akan meninggalkan rumah tuan dan nyonya Hasselt. Bahkan, hampir semua orang yang di rumah Hasselt akan pergi kecuali anak anak angkat mereka. William katanya akan menempati penginapannya untuk beberapa hari di dekat Prinsen Park, sedangkan Jayden seperti yang sudah keluarganya beri pemuda itu akan menetap di rumah Hasselt dan bersekolah di Koning Willem III Te Batavia.
Kriet...
Aya menolehkan kepala melihat Jayden yang memakai kemeja dan celana bahan ada didepan pintunya. Membawakan beberapa tangkai bunga mawar merah muda dari belakang rumah keluarga Hasselt untuknya.
"Terima kasih." Kata Aya menerima mawar itu lalu menaruh kedalam kopernya.
"Louise, Apa aku boleh berkunjung dirumahmu?" Tanya Jayden.
"Tentu, Mama dan papa pasti senang melihatmu." Kata Aya.
Jayden hanya tersenyum lalu mengangguk kaku. Aya sendiri hampir saja menganggap Jayden bukan seorang manusia kalau pemuda itu tidak tersenyum kepadanya walaupun sangat kecil, dan tidak memberikannya permen waktu itu. Aya selalu mengungkit soal permen yang diberikan Jayden, membuat pemuda itu kadang terkekeh bahkan tertawa karena malu.
Itu juga termasuk bukti kalau Jayden masih tergolong manusia. Bukan patung kucing yang biasa Aya temui saat melewati Chinese Wijk sebelum pulang ke rumahnya.
"Boleh aku antar kamu sampai rumah?" Tawar Jayden membuat Aya mengangguk.
"Kalau membawakan kopermu juga boleh?" Tanyanya lagi.
"Terus saja bertanya, aku semakin tidak tega meninggalkan tempat ini akan aku salahkan kamu." Omel Aya membuat Jayden terkekeh.
Aya mencubit pinggang pemuda itu. "Terus saja tertawa." Kata Aya.
"Maaf maaf." Balas Jayden.
"Mobil sedang dipakai karena kamu terlambat jalan. Jadi Beatrix dan Cornelius hanya memberikanmu kereta kuda, aku sudah membujuk salah satu- apa kalian sedang berpacaran?"
Aya dan Jayden menoleh menatap Lami yang menatap mereka dengan tatapan penuh tanya. Tangan gadis itu membawa sebuah novel hard cover yang lazimnya tidak ada di zaman ini, karena novel itu tampak lebih modern, tapi Aya melupakan soal novel itu- menurutnya tidak penting. Mungkin saja zaman ini sudah modern dari kelihatannya.
Dirinya langsung melingkarkan tangannya ke lengan Jayden, membuat Lami memasang wajah tambah heran. Aya berdoa kalau Jayden tidak sama bodohnya dengan William yang sulit diajak kerja sama atau bermain peran. Pemuda itu memegang lengan Aya membuat Aya sedikit terkejut sekaligus lega.
"Ya, kami berpacaran nona Hasselt." Kata Jayden.
Lami menatapnya dengan penuh penjelasan. "Ini yang kamu mau, bukan? Mengikuti alur keluargaku? Nah Lami, aku sekarang sudah bersama Jayden. Apa ada kepuasan dihati kecilmu itu?" Tanya Aya dengan bertubi tubi membuat Lami menetralkan wajahnya.
"Tidak tuh." Kata Lami dengan wajah datar.
"Lalu?"
"Selamat untuk kalian, aku hanya ingin memberitaukan itu saja. Jangan lupa aku minta dibelikan makanan untuk perayaan kalian berpacaran." Kata Lami santai.
"Maksudmu Pajak Jadian?" Tanya Aya.
"Apa Van Den Bosch setelah menetapkan tanam paksa, membuat kebijakan pajak untuk setiap orang yang menjalin kasih? Aku baru tau." Sahut Jayden
Lami tampak pucat pasi seakan akan dirinya kalah telak dengan perkataan Aya. Aya memalingkan wajahnya kearah Jayden lalu mengulum senyum.
"Tidak Jay. Van Den Bosch tidak menetapkan pajak apa apa lagi setelah tanam paksa." Kata Aya.
Omong omong pertemuan yang direncanakan Aya dan Cornelius untuk berbicara dengan Multatuli dibatalkan karena pria itu sudah pulang ke Amsterdam, dan menulis bukunya disini. Awalnya Aya kecewa, tapi setelah di pikir pikir Aya takut kalau kehadirannya bisa membuat sejarah di abadnya berubah dan melenceng.
Aya juga belajar kalau selama disini dirinya akan mengerjakan makalahnya. Memanfaatkan keadaan untuk mengerjakan tugas kampus, dirinya akan menjadi selayaknya orang Netherland yang lain, tidak terlalu peduli dengan orang orang inlander karena menurutnya sekarang dirinya adalah Louise Caroline bukan Ayara Carissa.
Aya juga mencoba mengikuti arus. Menikah dengan Jayden, atau menjalin pertemanan sementara. Toh, suatu saat dirinya juga akan kembali ke Jakarta tempatnya yang asli. Aya yakin, dan dirinya harus kembali.
"Aku ingin mengantarnya pulang, tolong pesankan ke Beatrix dan Cornelius." Kata Jayden membuyarkan pikiran pikiran Aya.
"Kembali sebelum pukul 7 malam. Kurang lebih 2 jam kali kamu harus sudah pulang." Kata Lami lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETHERLAND, 1860 [✓]
RandomNETHERLANDVERSE - ©ariadne 2021 Ayara atau biasa dipanggil dengan sebutan Aya adalah seorang mahasiswi Sastra Belanda yang harus pusing dengan segala macam hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Belanda yang sangat berkaitan erat dengan Sejara...
![NETHERLAND, 1860 [✓]](https://img.wattpad.com/cover/282015085-64-k405395.jpg)