Maaf ternyata kemarin ada yang kepotong, aku gak tau kenapa bisa kepotong kayak gitu di wattpad
Tapi aku udah benerin kok chalter 42 nya ehehehe, selamat membaca
---
Aya menatap di ruangan William yang sudah lengkap dengan teman temannya yang lain. Seakan akan mereka menyembunyikan hal ini kepadanya untuk waktu yang lama. Rasanya mau marah, tapi tidak didepan Ayu bukan? Lagipula, dirinya bukan siapa siapa William, hanya sebatas teman.
Dirinya melihat Andi yang duduk disebelahnya ada Ayu yang bersandar kepada pemuda itu. Ada rasa cemburu yang terbakar dalam dirinya.
Berpikir rasional bodoh, Ayu mencintai William bukan Andi. Katanya dalam hati.
Tidak lama Jayden keluar dari ruangan kamar William, memasukan bahan bahan herbalnya kedalam tas kopernya membiarkan Andi, dan Ayu yang mendobrak masuk ruangan.
"Dia kehilangam banyak cairan." Gumam Lami yang ada disebelah Aya membuat dirinya hampir saja memukul gadis itu karena membuatnya terkejut.
Jayden membalikan tubuhnya. Keduanya bertukar pandangan, membuat kesan canggung apalagi tentang perdebatannya sewaktu bertemu di depan rumah ini.
"Sebaiknya gue masuk." Bisik Lami berdeham lalu melangkah masuk kedalam, hanya menyisakannya dengan Jayden.
Aya berdeham pelan, "duduk sini." Kata Aya lalu menepuk tempat duduk kosong yang ada disebelahnya.
Jayden duduk disebelahnya memainkan cincin yang melingkar dijarinya yang lentik. Jari pemuda itu membuat Aya iri karena jari jari tangan Jay lebih bagus dan telaten dibanding miliknya.
Kadang Aya ingin mengatakan terang terangan seberapa mengagumkannya seorang Jayden Van Overstatern yang terlihat mempunyai emosi dibanding anggota keluarga Overstatern yang lain. Tapi, Aya mengurungkan niatnya karena dirinya tidak mau dianggap memainkan perasaan Jayden.
"Apapun yang kamu pikirkan sebaiknya keluarkan, Louise." Kata Jayden sambil menolehkan kepala dan tersenyum.
"Aku ingin minta maaf padamu, maaf atas sikapku tadi- apa pipimu terasa panas? Kalau iya aku bisa mengompresnya dengan air atau es, akan aku beli di Meester." Ujarnya, sungguh Aya ingin bertanggung jawab atas ketidak sopanannya.
"Aku minta maaf padamu, kalau aku bisa melepaskan Dereck dan Jacob lebih dulu mungkin-
"Mungkin mereka masih hidup dan temabmu kehilangan saudara tirinya yang mulai dia sayangi, bukan?" Tanya Aya membuat Jayden mengangguk.
"Kamu mengagumkan Lou, maaf kalau kesannya aku memaksamu menjadi milikku memangnya aku siapa?" Balas Jayden sambil tertawa hambar.
Dirinya tersenyum kepada Jayden. "Kamu juga menganggumkan."
Aya tau ini salah, seharusnya tidak dirinya berikan sebuah perngaharapan lagi kepada Jayden, apalagi pemuda itu sudah memberikan surat karena berbohong tentang pemuda itu yang seakan akan tidak setuju untuk menikah dengannya.
"Aku tidak akan meminta atau memaksamu lagi, Louise."
Tidak Jay, tidak.
"Mana kesopananku tadi? Tidak membungkuk menggandengmu, malah menaikan nada tinggi sambil berbicara melantur tentang kamu seorang dari masa depan."
"Aku memang dari masa depan, entahlah aku berpikir awalnya ini hanya mimpi. Tapi pelatukan pistol, perundungan pribumi, pesta dansa, merasakan dicintau dan mencintai disini rasanya sangat nyata." Jelas Aya.
"Kalau benar ini mimpi, apa kamu ingin terbangun dan melupakan semuanya? Melupakan Lami, aku, William, Ayu, Andi, Dereck, dan Jacob?" Tanya Jayden lagi.
Aya menyandarkan kepalanya kepundak Jayden, sedangkan tangan hangat pemuda itu mengelus kepalanya dengan pelan, hatinya juga terasa hangat sekarang membuat dirinya tanbah bertanya siapa yang ia cintai. Andi atau Jayden? Atau hanya semata mata pasrah dengan keadaan karena mau kemanapun hubungannya dengan Andi tidak akan berhasil karena perbedaan kasta.
Mungkin tidak juga kalau Andi ternyata adalah anggota keluarga ningrat yang sama seperti William. Tapi, bukankah itu sama saja memaksa pemuda itu menerima hal yang pemuda itu tolak?
Dan mungkin dengan Jayden juga akan berhasil, tapi kesannya menerima pemuda itu karena terpaksa dan kasihan. Tidak baik juga untuk dijalankan.
"Pernahkah kamu berniat untuk kembali, Louise?" Tanya Jayden membuat Aya mengangkat kepalanya menatap netra hazelnut milik pemuda itu.
"Tidak akan pernah kalau kamu masih ada. Aku akan kembali jika tidak ada orang yang bisa jadi sandaranku disini lagi." Jawab Aya dengan yakin.
Jayden adalah sandarannya dan itu tidak bohong, terlepas dari wajah datar dan perilaku yang membosankan pemuda itu. Aya dan Jayden adalah orang yang selalu kesepian disini, dirinya yakin itu. Seberapa banyakpun Aya mencoba beradaptasi dan berinteraksi itu hanyalah hal paling mustahil jika menemukan orang yang bisa dijadikan sebuah rumah.
Aya memang tidak pernah berinteraksi dengan Jayden dengan mendalam. Tapi, pemuda itu tidak pernah ragu kalau tiba tiba dirinya menangis sambil memeluk pemuda itu. Atau mengajak pemuda itu menari tanpa alasan didekat temlat perisitahatan kebun orang tuanya.
Jayden tidak pernah bertanya 'kenapa' kalau dirinya meminta tolong sesuatu tentang Andi, selalu.
Dan ternyata Aya tau betapa muak rumahnya itu tentang apa yang di prioritaskannya. Aya merasa bersalah kepada Jayden karena tidak pernah menanyakan perasaan pemuda itu.
Sekarang tentang pertanyaan ini, mana sanggup Aya menjawabnya? Meninggalkan Jayden sama saja seperti kiasan habis manis sepah dibuang.
Kalau masih ada waktu, Aya ingin melihat pemuda itu bahagia- mungkin dengannya atau orang lain, dan akalu ada kemungkinan Aya bisa kembali juga.
"Apa kamu akan meninggalkanku kalau kita tidak mempunyai hubungan lagi, Jay? Maksudku kalau aku masih disini dan tidak ada peluang untuk kembali ketempat asalku." Tanya Aya.
"Louise, berhubungan dengan orang yang membuatmu cinta bertepuk sebelah tangan itu tidak akan pernah berhasil, yang ada selalu menganggap semuanya adalah harapan." Jawab Jayden.
"Oh.."
Apa lo pantas pakai nada semenyedihkan itu? Kan lo yang nyakitin dia, Aya!
"Kecuali kamu, kita akan bahagia dengan caranya kita sendiri." Katanya sambil tersenyum lebar dan tulus.
Pertama kalinya Aya melihat pemuda itu tersenyum setulus dan selebar itu. Dengan reflek, Aya langsung memeluk pemuda itu dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETHERLAND, 1860 [✓]
Random[Park Jisung fanfict] ©ariadne Ayara atau biasa dipanggil dengan sebutan Aya adalah seorang mahasiswi Sastra Belanda yang harus pusing dengan segala macam hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Belanda yang sangat berkaitan erat dengan Sejarah...