Empat puluh lima

150 33 1
                                    

Semoga kalian suka sama chapter yang ini ❤



- Netherland -



Aya duduk di kursi piano, membiarkan Andi memainkan piano tersebut disebelahnya. Pemuda itu sungguh manis saat mengajak Aya menjadi kekasihnya. Walaupun pemuda itu mengajak Louise- yang jelas kalau gadis si pemilik raga ini kembali, mungkin Andi akan babak belur karena semena-mena dengan Netherland atau, setidaknya Aya ada peluang untuk pulang dan diri ini kembali milik Louise apa gadis itu bisa menerima Andi? Kalau tidak, dirinya sudah membuat keputusan yang salah kepada Lami.

Andi melantunkan sejenis nina-bobo zaman ini, nada nadanya terdengar menyiratkan nada nada kesedihan- nada minor. Tatapan pemuda itu dipenuhi dengan kesedihan tapi menyangkal kuat kalau dia tidak merasa sedih.

Aya memilih untuk menggantikan Andi dengan musik baru, sebenarnya Aya tidak tau musik pada abad ini. Dirinya takut kalau semisal tindakan kecil ini bisa mempengaruhi masa depan di zamannya.

Pemuda itu menatapnya dengan minat, memandang jari jari lentik Aya yang tidak bisa berhenti menari nari dari not ke not berikutnya.

"Lagu apa?" Tanya Andi seraya bertanya disebelahnya membuat Aya melanjutkan permainan pianonya.

"Ini hanya rahasia kita berdua, Andi." Jawab Aya.

"Milik Troye Sivan, The Fault in Our Star. Mungkin kamu bertanya, tapi kalau kamu sudah mendengar desas desus atau mencurigai gelagat anehku, aku terjebak di zaman ini, di raga Louise." Kata Aya.

Andi hanya terdiam, "kalau begitu kamu ini siapa?"

"Aku sama sepertimu, hanya saja aku terjebak dalam raga seorang Netherland keji, Andi. Maaf kalau aku sudah banyak memberitaumu tentang nasib orang Netherland atau zaman nanti saat raga Louise atau ragamu mungkin sudah menjadi tanah lagi."

"Seburuk apa zaman setelah ini? 1930 mungkin? 1900?"

"Aku tidak bisa memberitahumu, ucapanku sangat berpengaruh Andi. Kami, yang terjebak disini berpengaruh." Jawab Aya panik tapi tetap dirinya menggambarkan gambaran besar di abad ke 21. Tentang pencampuran budaya.

Dan ternyata Andi tidak sebodoh itu.

Andi masih tenang, tangannya tanpa rasa takut lagi mengusap kepala Aya dengan halus seakan akan pemuda itu tidak takut lagi kalau sedetik kemudian muncul antek milik Tuan Godilieve untuk menembaknya karena menjalin kasih dengan anak perempuan semata wayangnya.

Aya senang Andi bisa membalas perasaannya selagi dirinya menjadi Louise.

"Kamu adalah versi Louise kesukaanku, bukan Louise yang menginjak pribumi, bukan Louise yang mengambil milik orang pribumi demi kesenangannya sendiri. Kamu Louise yang lebih baik, Louise kepunyaan Andika Suryadi, kamu- yang didalam diri Louise yang akan aku genggam dan pertahankan sampai mati. Kamu dunia aku, ketiga dunia yang lain, satu persatu akan mulai runtuh. Tapi kamu-- aku perjuangkan sebelum terlambat sampai aku rela ditembak atau dijadikan karpet untuk kereta kuda ayahmu." Jelasnya panjang lebar lalu diakhiri dengan senyum, tatapannya teduh.

"Aya, Ayara Carissa."

"Tetap aku ingin memanggilmu dengan Louise, wajahmu bukan seorang pribumi bagaimana kalau ada isu kamu mengubah namamu? Apa kamu ingin orangtuamu malu?" Tanya Andi lagi membuat Aya menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana kalau aku pergi? Kamu ingin ikut aku?"

"Kemana?"

"Membawamu meloncat waktu."

"Aku tidak tau maksudmu tapi-

'Cup

Aya mengecup bibir Andi, membuat pemuda itu tersentak, Aya bisa merasakan itu. Entah kenapa dirinya merasakan Andi harus membalasnya, Aya kehilangan kendali.

Aya, lo kerasukan apa? Tanyanya dalam hati.

Tangannya mengalungkan leher Andi.  Aya berada di depan pemuda itu. Pemuda itu membalasnya dengan pelan, tangannya memegang pinggang Aya dengan sopan tambah melakukan hal lain.

"Louise?"

Pipi Aya memanas membuat Andi terkekeh disana. "Kamu malu?"

Aya langsung merubah posisi menjadi duduk disebelah Andi, dilantai. Pemuda itu ikut duduk, merangkulnya membuat dirinya bersandari dipundak Andi sambil menatap langit langit rumah Hasselt yang dibuat transparan, membuat keduanya bisa melihat paparan bintang disana.

Andi memberitaunya beberapa rasi bintang dan koselasinya, dan Aya memberitaukan hal hal tambahan untuk pemuda itu.  Keduanya tertawa, kadang diselingi oleh kecupan singkat, karena situasi disana memang sepi. Seluruh anggota dan murid didik Hasselt sudah tidur.

Padahal tanpa diketahui, kedua orang dari bayangan yang bersebrangan menatap keduanya dengan tatapan yang sama sekali tidak bisa di jelaskan. Kedua orang tersebut menangkap netra satu sama lain dari jarak berjauhan.

Salah satu dari sana melarikan diri, membuat satunya berlari tanpa suara kaki menujunya. Meninggalkan kejadian yang membuat sakit.

NETHERLAND, 1860 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang