HALO!!!
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa ❤
---Hanya membutuhkan dua minggu lamanya dan Andi sudah mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Ayahnya benar benar memintanya melepaskannya dari ikatan Rosè yang gila itu, ayahnya kemarin memohon mohon padanya karena ayahnya yang setengah bodoh itu membuat perjanjian kepada orang tua Rosè sebelumnya.
Monumen William sudah jadi, dan Laboratorium Observasi Botani itu dimiliki oleh Ayu, gadis itu mengajarkan cara bercocok tanam dan membuka lapangan pekerjaan kecil kecilan untuk pribumi ditemani oleh Jayden.
Andi tidak tau dan tidak ingin tau tentang hubungan mereka.
Yang penting di ruangan makan ini hanya tersisa dirinya, Jeffery, dan Rosè. Membuat benaknya merindukan makan keluarga pertama kali yang sama sekali tidak berjalan mulus karena tingkah bodohnya yang keluar dari ruangan ditengah malam.
Seandainya, Andi tau itu adalah makan pertama dan terakhir kalinya dengan William, Dereck, dan Jacob mungkin dirinya tidak akan meninggalkan tenlat itu seenaknya. Bahkan, kalau saja ayahnya menuruti Rosè mungkin dirinya tinggal nama sejak dulu.
Tapi bukannya lebih baik begitu? Andi tidak perlu repot repot melihat orang terdekatnya mati perlahan.
"Kami akan berlayar ke Oosthaven, puas?" Tanya Rosè.
"Rosè..."
"Dasar tidak tau diuntung, sudah bagus aku masih berbelas kasihan padamu kalau tidak-
"Apa? Nyonya mengejar ngejar saya untuk membunuh saya, bahkan Dereck dan Jacob mati karena nyonya. Anda tidak berbelas kasihan, anda mengucapkan kata begini karena anda tidak berhasil membunuh saya, bukan?" Balas Andi panjang lebar membuat Rosè menggenggam garpunya dengan erat erat.
"Lihat, istri ayah, apa ini lebih pantas dari ibu?" Tanya Andi lagi membuat Jeffery terdiam.
"Jangan berani beraninya membandingkanku dengan ibu pribumi berdarah Jalangmu itu, aku tidak sudi!" Kecam Rosè membuat Andi menaikan sebelah alisnya.
Andi cukup berani sebagai berdarah setengah. Dirinya berani mendeklarasikannya tanpa takut dibunuh, dipukul, diinjak lagi. Dirinya sudah belajar banyak tentang hal ini, asam garamnya sebagai pribumi sudah dirinya rasakan.
Dirinya belajar, semakin kamu menunjukan sebuah kelemahan maka singa singa lapar akan menghabisimu sampai ketulang. Andi memegang itu sekarang, dirinya tidak boleh terlihat lemah.
"Lebih tidak sudi mungkin kalau saya menerima fakta kalau Nyonya mendapat gelar Eerens dengan cara kotor." Balas Andi membuat Rosè telak.
"Benarkah?" Tanya Jeffery.
"Tidak! Tuduhan! Bunuh dia, Jeff!"
Andi menaikan bahunya acuh dan lanjut makan makanannya. Hari ini banyak hmyang harus dirinya kerjakan yang menyangkut saudara dan Ayu.
"Lihat kepanikan itu ayah, tidak ada orang benar sepanik itu minta pemfitnahnya dibunuh." Kata Andi dengan tenang.
"Semua sudah menjadi milikmu, terserahmu. Aku hanya akan menikmati pensiunku dengan tenang." Balas Jeffery dengan puas.
"Aku berbaik hati, kalian masih aku biarkan untuk menikmati pensiun." Ujar Andi sambil menyesap tehnya sambil mengedipkan sebelah matanya kepada ayahnya, Jeffery mengangguk kepada Andi.
Rosè hanya mendengus sambil menatapnya jijik, membuat Andi benar benar ingin menebas kepala Rosè dengan cepat.
"Terima kasih hidangannya, kami akan pergi." Kata Rosè lalu memalingkan wajahnya ke Jeffery, meminta tanpa suara untuk cepat cepat meninggalkan rumahnya.
Andi hanya tersenyum tipis lalu mempersilahkan kedua orang tuanya itu pergi- ralat - orang tua William untuk meninggalkan rumahnya yang sekarang miliknya ini.
Jeffery berdiri dan Rosè pamit, kereta kudanya sudah disiapkan. Bahkan, barang barang mereka sudah dikemas baik baik dan dibawa oleh para pelayan. Andi memang berniat untuk mengusir kedua manusia itu, lagipula, ayahnya juga senang hati kalau di usir berbeda dengan wanita idiot ini.
Keduanya meninggalkan Andi sendirian di ruang makan.
'Biarkan saya pergi ke Netherland, dan pensiun disana dengan tenang.'
"Sebentar lagi ibu, ayah, lihat balasan yang dia perbuat kepadamu, kepada William, kepada para Pribumi, dan kepada Lami." Ujar Andi.
Tentang Lami, Andi mendapat surat kiriman dari warga setempat, dan desas desus dari warga warga setempat sebelum Andi pergi ke Buitenzorg, tambahan dirinya juga mendesak Jayden untuk mengatakan yang sebenarnya didepan Lami.
Andi mengambil senapannya, memasukan peluru kedalamnya dan menuju kearah balkon rumahnya, Mencoba mengambil peruntungan.
Sayangnya, Rosè dan Jeffery sudah pergi dari perkarangan rumah yang luas.
"Ada yang bisa dibantu, Tuan?" Tanya salah satu pelayan.
Andi tersenyum tipis kearahnya, "jangan biarkan Rosè keluar hidup hidup dari Hindia Belanda. Cepat, bawa dia kembali kesini diam diam tanpa Jeffery." Bisiknya.
"Bagaimana dengan tahanan yang lainnya? Kita tidak punya cukup tempat kalau ditambah dengan Rosè, nyonya sangat ingin-
Andi menghela nafasnya, "kita sama sama seorang pribumi. Jangan takut, kamu dibawah perlindunganku." Katanya.
Orang itu mengangguk langsung berlari untuk memberitahukan yang lain, beberapa sudah bisa Andi lihat keluar dengan kereta kuda dari perkarangan rumah, beberapa masih memilih senjata. Andi yang mempersenjatai mereka, dibantu ayahnya diam diam mengajarkan mereka menggunakan pistol atau alat untuk perang tradisional.
Matanya menangkap seseorang yang ada didalam kereta kuda. Menggunakan kebaya khas dengan dua orang pribumi dikanan dan kirinya, wajah muramnya tertutup kain, dan jelas Andi tau itu siapa. Andi besar dengannya.
Lami sudah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETHERLAND, 1860 [✓]
Random[Park Jisung fanfict] ©ariadne Ayara atau biasa dipanggil dengan sebutan Aya adalah seorang mahasiswi Sastra Belanda yang harus pusing dengan segala macam hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Belanda yang sangat berkaitan erat dengan Sejarah...