Dokter Mattulada cepat-cepat pergi ketempat dimana dia memarkir motornya, Ia kesana untuk mengambil Handphonenya dan telpon polisi.
Sekarang Handphonenya sudah ditangan, Mattulada menelpon polisi dan semua kejadian diceritakannya kepada polisi secara rinci. Sepertinya polisi itu mencatatnya Mattulada merasakan itu dari jawaban Polisi yang kadang tertunda, Mattulada tenang. Kemudian, setelah itu dokter Mattulada bergegas menuju tempat kapal tersebut sandar.
Dia sembunyi dibawah kapal tersebut.
Lama Mattulada berada dibawah kapal, sejak dia selesai telpon Polisi. Dan ia tetap berusaha mencoba curi dengar, tapi ia tak faham mereka berbahasa China, tidak lama kemudian ada yang berbahasa Indonesia.Dan orang itu sepertinya buru-buru karena membawa pesan penting,
"Hey bos marah, polisi ngasih tau bos, kalo tadi ada yang melihat kita disini. Kalian terlalu ramai terlalu terang, lain kali hati-hati, jika orang bisa lihat kalian dari jalan, itu tandanya kita ceroboh, sedangkan jalanan umum jauh dari sini. Kita ubah tempat sandar minggu depan"Salah satu orang dikapal menjawab,
"Atur saja bos, kita cuma jalankan perintah, dimanapun sandar kami bisa yang penting yang didalam kasih lampu ijo"Mattulada kecewa berat, pantas saja polisi tidak pernah sampai, rupanya ada polisi kotor yang melindungi. Tak lama kemudian ada oknum TNI berpangkat Kopda terlihat dilapangan dan memberi perintah agar cepat diloading ke truk yang sudah siap disana. Jadi begitu cara mereka menyelundupkan? Bermain dengan aparat? Mattulada kesal, buat apa dia telpon pikirnya.
Mattulada masih sulit untuk percaya bagaimana mungkin? Apakah ini artinya semua sudah bermain dalam penyelundupan Narkoba? Apa yang bisa saya lakukan, mereka terlalu banyak dan saya yakin mereka dibekali senjata.
Dokter Mattulada pulang dengan kekesalannya karena tidak dapat menangkap penyelundupan Narkoba itu. Dia teringat candaan bersama Profesor Marzuki akan membuat tambahan formula semut atau kumbang badak agar kuat dan bisa terbang atau elang.
Pagi itu matahari mencerahkan langit subuh dengan sangat indah, ada warna merah bercampur kuning dan biru. Meski matahari belum terlihat, namun matahari seolah memberi pesan kepada semua yang ada dikota itu, 'sebentar lagi saya akan sampai memberi kecerahan yang menggairahkan'. Pagi itu memang pagi yang cerah bagi Mattulada, namun tidak begitu menggairahkan, mengingat apa yang terjadi semalam. Namun Ia tetap menikmatinya. Pagi itu Mattulada menelpon Profesor Marzuki dan menceritakan apa saja yang telah terjadi padanya semalam.
Setelah menceritakan semuanya, Marzuki mempertanyakan perihal kemampuannya,
"Mengapa anda tidak masuk kekapalnya? Bukankah anda bisa menyerupai benda atau ruangan sekitar, seperti Mimicus Octopus? Apakah anda tidak pernah mencoba untuk melakukannya? Apakah anda hanya mencoba menumbuhkan sepuluh tangan, makan ikan mentah dan bernapas dalam air saja selama ini? Anda tidak pernah mencoba kelebihan lain yang dimiliki Octopus tersebut?"
Mattulada baru sadar setelah diingatkan Marzuki, dia menyesal,"Tidak Prof, saya tidak pernah mencoba, saya hanya mengikuti insting saja, selama ini tidak pernah mencoba apapun, dan selama di Jakarta saya hanya fokus pada dampak dari formula yang saya minum terhadap kesehatan saya dan usia saya.
Lalu Marzuki menasehatinya,
"Ok, saran saya mulai sekarang anda harus mencoba semua kemampuan anda sekarang, tidak hanya kemampuan yang dilaut, anda juga harus cari tau apa yang anda bisa lakukan selama didarat, selain duduk membeku selama berjam-jam. Jika anda mau, anda bisa lakukan itu sekarang dirumah."
Mattulada merasa dapat support penuh untk itu,
"Baik Prof, saya akan lakukan saran anda itu, terimakasih."Mattulada langsung mencoba kemampuannya, dia teringat kata-kata Marzuki, 'Bukankah anda bisa menyerupai benda atau ruangan sekitar?'. Sekarang dia ingin mencobanya, apakah dia bisa menirukan warna dan bentuk sofa? Ah tidak saya akan mencoba menirukan wujud kulkas. Dan dia bisa, dia tirukan yang lain, dia tirukan wujud lampu berdiri, dan ya dia bisa, sofa, lemari. Lalu dia mencoba mengeluarkan delapan tangan guritanya, dan ternyata dia bisa lakukan itu didarat, namun bajunya sobek dia lupa melepas bajunya.
Dia mencoba menggerakkan tangan guritanya. Sejak itu Mattulada mulai berlatih. Sekarang Ia mulai melatih gerakan-gerakan tertentu, untuk memastikan kemampuan tangan guritanya, dia menguasai tangan guritanya, dia bisa menggunakan kedelapan tangannya sekaligus dengan mudah bersama dengan kaki dan kedua tangan manusianya. Rasanya seperti punya sepuluh tangan, tidak terasa kaku, tidak juga bertabrakan antara tangan yang satu dengan yang lainnya atau dengan kaki. Semua seperti sudah terbiasa. Setelah mencoba gerakan-gerakan hasilnya dia mampu menggerakan ke dua belas raganya secara independen.
Mulailah ia membeli video-video, mendownloadnya, dan membaca buku-buku bela diri, Mattulada serius mempelajarinya. Jika saja sahabatnya tahu bahwa Mattulada larut dalam kegiatan barunya itu dan benar-benar fokus untuk belajar bela diri lewat DVD, internet, youtube dan media lainnya, tentu Marzuki akan menasehatinya dan memintanya untuk tidak fokus hanya kesitu.
Mattulada sudah lebih dari satu bulan melatih dirinya dia tidak main-main soal melatih diri dengan bela diri, ya Ia serius, sungguh-sungguh, sedikitnya lima jam sehari dia mempelajari segala jenis bela diri. Dan dari segala jenis bela diri yang ada diseluruh dunia. Semua itu tentu tidak sia-sia Mattulada semakin mahir. Tapi tidak bisa hanya mahir saat berlatih, bagaimanapun Ia harus menguji kemampuannya, tidak bisa hanya berlatih. Sedangkan di Makasar hampir tidak ada kejahatan sejak kerusuhan besar itu, mungkin di Jakarta dia bisa menemukan kejahatan atau mungkin didaerah lainnya, tapi tidak di Makasar, yang akhir-akhir ini sepi dampak dari kerusuhan besar. Dia ingin mencoba kemampuannya, dia harus keluar dari kota Makasar.
Dokter Mattulada akhirnya memutuskan ke Jakarta. Dia telpon Profesor Marzuki dan menyampaikan niatnya, sekalian ingin mendiskusikan soal ide riset cross spesies genetic selanjutnya.
"Oh jadi anda ingin ke Jakarta cuma mau cari daerah yang banyak tindak kejahatannya karena ingin mencoba kemampuan bela diri yang selama ini anda latih? Hahaha konyol dok, ini kok seperti cerita-cerita zaman dulu, dimana seorang Jawara setelah mendapat kesaktian baru dia ingin mencoba kesaktiannya, hahaha. Lagian kalo begitu bukannya nanti orang malah jadi tau anda Dok? Nanti malah rame ada manusia dengan sepuluh tangan? Anda malah dicari banyak orang nanti." Kata Marzuki yang mempertanyakan niat Mattulada sekaligus memintanya untuk mempertimbangkan niat konyolnya itu.
Tapi Mattulada sepertinya sudah mantap, dan tetap akan melaksanakan rencananya,
"Tenang saja Prof tentu saja saya akan berhati-hati menggunakan kekuatan dan kelebihan saya ini. Tidak mungkin saya keluarkan sepuluh tangan saya yang kemungkinan bisa terlihat banyak orang."
Marzuki menyudahi percakapan dan tidak sabar menunggu sahabatnya datang segera ke Jakarta,"Ok Dok, saya tunggu dan tidak perlu menginap di Hotel, dirumah saja Dok, dengan begitu kita punya lebih banyak waktu untuk berdiskusi. Sampai ketemu di Jakarta."
8
KAMU SEDANG MEMBACA
COGENT - The Beginning
Science FictionCOGENT adalah sebuah markas besar dari sekelompok manusia-manusia super. COGENT dibentuk oleh Professor Marzuki, Dokter Mattulada dan Sarah Johnson. ***** Awalnya mereka hanya bertiga namun kejahatan didunia semakin banyak, Dokter Mattulada tidak mu...