#52 Membujuk Rain

2 0 0
                                    

"Ah Mattulada, pasti deh kalo urusan kuliner dia sampai keplanet lain pun dicoba." Sarah meledeknya. Buah-buah itu ada yang sangat besar, besarnya 2 kali lipat dari semangka, yang paling kecil yang dibawah Mattulada sebesar kepalan tangan manusia dewasa.

Akhirnya semua mencoba, ada yang manis, ada yang asam tapi semua enak, bahkan ada yang rasanya pahit, tapi tidak beracun.
"Nah ini ternyata ada cemilannya Nur buat si Rain, hahaha."
"Oh iya ya Sar, nanti kita ceritain deh rasa buah-buah disini."
"Kenapa kalian tidak ajak saja si Rain?"
"Itu yang tadi kita bicarakan sampai tertawa terbahak. Dia sudah diajak tapi tidak mau ikut. Ya kan Nur?" Tanya Sarah. Nur hanya menjawab Sarah dengan senyum.
"Dia merasa bukan anggota Cogent sebab itu dia tidak ingin merusak acara Cogent." Nurmeilina menjelaskan.
"Oh begitu? Memang harusnya dia ikut, dia sudah lama bersama kita. Kalo cuma itu masalahnya gampang nanti kita ajak kalo kesini lagi."

Tak lama setelah itu mereka kembali kebumi. Dalam perjalanan mereka membicarakan bagaimana memberikan kabar pada dunia bahwa mereka sedang membangun markas diluar tata surya. Apakah mereka akan dituntut membawa manusia kesana atau meminta tehnologi yang bisa membawa umat manusia kesana. Belum selesai hal tersebut dibicarakan mereka sudah memasuki atmosphere bumi.

Edbert sudah berada didepan rumah bersama Rain ketika mereka pulang, Sara dan Nurmeilina menceritakan betapa indah Planet yang mereka tuju. Mereka menceritakan sungai yang berwarna kuning, ada juga yang merah, magenta dan hijau. Mereka juga menceritakan indahnya lautan disana, mereka juga menunjukkan foto-foto pemandangan alam disana. Dan menunjukkan pohon yang batangnya berdiameter sampai lima puluh meter.
"Wah pohon sebesar itu sudah tidak ada di bumi, kalaupun ada pasti sudah ditebang dan dijual. Disana kamu melihat alam yang benar-benar belum terkontaminasi masih alami sejak awal terbentuk." Demikian Nurmeilina memberi semangat kepada Rain.
"Ya bener Rain, pokoknya kamu harus kesana, tadi semua menanyakan kenapa kamu gak ikut." Kata Sarah.

Penyesalan Rain tidak ikut bersama mereka terlihat dari mimik mukannya. Semakin terasa ketika anggota Cogent pergi satu-persatu.

Markas Cogent kembali sepi, hanya ada Marzuki, Sarah, Rain dan Edbert. Marzuki menyampaikan kepada Sarah,
"Kalau Rain merasa tidak enak karena tidak mempunyai kekuatan super, sehingga tidak bisa menjadi bagian dari Cogent, mengapa kamu tidak tawarkan dia untuk mempunyai kekuatan super seperti kita semua?"
Sarah mengernyitkan dahinya, seraya bertanya,
"Kamu sudah perhitungkan? Apa Cogent tidak punya batasan anggota?"
Marzuki heran melihat mimik Sarah,
"Memang perlu ada batasan, tapi kita cuma tujuh orang menambah satu atau dua orang bahkan tiga orang masih bisa terkendali."
"Baiklah besok saya akan tanyakan dia."
"Bagus, terlebih dia sahabat kamu dari kecil."
"Sebenarnya itu yang saya mau tanyakan malam ini, tapi kamu sudah bilang duluan."

Rain duduk di batu besar menghadap kelaut memegang secangkir kopi, ia memakai cardigan berwarna hijau tua. Dibenaknya dia akan pulang hari ini. Dia sudah menginap semalam dia harus pulang.

Sarah keluar dari kamarnya, "Transparant." Sarah setel agar dindingnya transparant.
Sunrise terlihat indah dari tempat Sarah duduk, dia sedang di dapur, Sarah melihat ada Rain diluar, dia mengambil kopi beserta beberapa potong sandwich dan berjalan keluar dengan masih memakai baju tidurnya yang tipis. Rain diluar melihat pergerakan itu dan tersenyum sambil melambaikan tangan, itu salam selamat paginya untuk Sarah.

"Hey udah bangun Rain?"
"Udah dong, kamu salah kostum, disini dingin Sarah."
"Ah malas ganti baju nanti kalo kedinginan aku bisa berubah jadi kucing, hahaha."
"Iya kamu enak, nah aku kalo kedinginan masuk lagi, repot, hehe."
"Ya udah jadi kayak aku aja kalo mau aku tinggal bilang ke Marzuki, lagian mereka pasti senang banget kalo kamu setuju."
"Aku takut Sar, gimana nanti kalo aku mau kembali jadi manusia?"
"Kenapa harus jadi manusia lagi?"
"Aku takut kalo aku punya kekuatan super seperti kalian harus berubah wujud terus dimuka umum. Kalo aku lupa gimana?"
"Ya kalo gitu jangan berubah, jadi dirimu saja. Gini deh sekarang aku tanya, kalo kamu harus jadi manusia super, kamu mau kekuatan kamu seperti apa?"

"Nah kayak gini kalo ada teman aku kedinginan aku bisa menjadikan mereka hangat, jadi mereka gak perlu berubah jadi binatang, didingin ektrim sekalipun, begitu juga kalo panas aku bisa membuat mereka dingin dalam keadaan sepanas apapun. Jadi aku gak perlu repot-repot ganti penampilan atau sembunyi. Kamu tau akulah Sar, aku teledor, kalo kayak kalian lagi nolong orang atau menyerang orang tapi lupa berubah gimana hahaha ketahuan deh Cogent."
"Ah enggak juga identitas kamu bisa dihapus sama Marzuki itu mah gampang, kalo ada orang yang yakin itu kamu, kamu tinggal temuin besoknya bilang bukan kamu cuma mirip."

"Yah tapi tetap ngeri sih, oh ya selain bisa memberi kehangatan dan mendinginkan orang yang kepanasan aku juga mau bisa terbang cepat, gak perlu secepat Mattulada, yang penting aku bisa kuliner diseluruh dunia, kelilingi dunia cuma sepuluh menit sudah cukup hahaha."

Sarah tidak ikut tertawa, dia senang temannya mau juga meski awalnya menolak. Ah memang saya pintar membujuk orang, Sarah membanggakan dirinya dan pembicaraan dalam benak tersebut terlihat oleh Rain lewat mimik Sarah.
"Heh ngapain kamu Sar, senyum-senyum tapi matanya menerawang? Apa yang kamu rencanakan? Ayo jangan bohong!"
"Apa sih kamu gede rasa banget Rain. Duh Edbert bangun, keatas dulu ah."
Sarah keatas bersama Rain. Jalan menuju keatas Rain mengungkapkan keinginannya.
"Sar hari ini aku pulang ya."
"Ok nanti aku antar Rain."

Hari mulai menjelang siang Mattulada menghubungi Marzuki,
"Mau makan siang apa nanti Mar?" Marzuki balik bertanya,
"Loh memangnya kamu dimana? Apa saja lah coba kamu tanya Sarah hubungi dia juga."
"Sar kamu mau makan siang apa? Oh ya disana ada siapa aja?, biar sekalian."
"Gak ada siapa-siapa, tadi sih ada Rain tapi sudah pulang."
Marzuki menyaut ditengah pembicaraan Mattulada dan Sarah,
"Kamu dibawah sama Edbert?"
"Iya aku dibawah sama Edbert, oh ya Mattulada, apa sajalah. Pasti enak kalo kamu yang bawa, hahaha."
"Ok kalo gitu, nanti makan siang aku yang bawa ya. Tapi nanti kalo sudah waktu makan siang ok?"
Sarah dan Marzuki menjawab secara serentak.
"Baik boss."

Waktu makan siang segera tiba Marzuki, Sarah dan Edbert sudah menunggu diluar, siang ini tidak terlalu panas. Tak lama kemudian Mattulada datang,
"Wah ada Edbert, mau nantangin om apa gimana nih?"
"Enggak dong, aku nunggu makan siang yang bakal jadi luar biasa enak kali ini karena dibawa oleh om Mada." Ya Edbert adalah balita yang sudah lancar bicara dan cerdas, yah anaknya Marzuki si manusia data,
"Hahaha, kamu udah bisa bencandain aku ya? Baiklah ini makanan mu ada eskrim juga buat kamu nih."
"Asik aku makan diatas ya? Ada kerjaan kecil yang aku buat diatas."
"Wow, silahkan saja."

Setelah menerima makan siang dan eskrimnya Edbert berlari keatas.
"Kamu dengar apa yang anak itu bilang? 'Ada kerjaan kecil' apakah dunia sudah mau kiamat? Anak sekecil itu bilang ada kerjaan kecil. Ya Tuhan."
"Hahaha." Marzuki tertawa. Mattulada membongkar bawaannya,
"Nah bawa apa kali ini kamu Mattulada?" Tanya Sarah.








52

COGENT   - The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang