#45 Menyusun Strategi

1 1 0
                                    

"Waduh Sarah, kamu enak banget bilang bawa saja, anakmu ini susah dipegang dia gesit banget dan susah dipegang seperti belut."

Seketika itu dinding berubah menjadi putih solid seperti tembok berwarna putih yang sebelumnya transparan. Nurmeilina tidak lagi dapat melihat ruang sebelah.
"Ok sebentar Rain, aku keruang rapat dulu ok, gak enak sama yang lain. Mereka sudah mulai."
"Baiklah, cepat pergi sana, biar anak ini sama saya, sampai kau selesai."
"Thanks Rain."

Sarah memasuki ruang rapat,
"Maaf saya harus urus Edbert dulu yang semakin hari semakin kuat, gesit seperti belut pula." Sarah seperti mengulang ucapan Rain soal anaknya yang susah dijaga.
"Tidak masalah Sarah." Mattulada menenangkan sambil tersenyum melihat Nurmeilina. Sarah melihat itu, Ia pun menarik lengan bajunya agar lebih leluasa bergerak sambil melihat Marzuki dan tersenyum mendengar jawaban Mattulada. Pikirnya ah Mattulada semakin absurd saja! Dia pasti suka beneran dan serius sama Nurmeilina nih, Sarah mulai semakin yakin akan hal itu. Dan mulai berpikir apakah lebih baik dijodohkan saja Mattulada dan Nurmeilina.

Marzuki mulai membuka rapat,
"Ok kalo begitu rapat ini kita buka, kali ini langsung saja, ada yang mau menanggapi berita heboh soal Cogent akhir-akhir ini?"
Prabu ambil kesempatan pertama untuk berbicara,
"Sebaiknya kita muncul lagi, bila perlu kita mendatangi setiap kepala negara."
Marzuki langsung menanggapi,
"Itu bisa dilakukan jika saja, dunia belum ketakutan seperti sekarang." Marzuki menjawab itu dengan berat sebab dia masih berharap bahwa keadaannya tidak seperti sekarang.

"Bagaimana jika kita tunggu saja beberapa hari kedepan. Kita beri mereka kesempatan untuk memikirkan ini matang-matang. Toh mereka masih berbeda pendapat. Dan yang mendukung kita masih lebih banyak dibanding yang ingin memerangi kita." Mattulada merasa optimis dunia akan menerima mereka dan masih berharap dunia akan mendukung mereka tanpa mereka harus bersusah payah menjelaskan.

Namun Sarah tidak se-optimis Mattulada, naluri seorang ibu yang selalu berhati-hati mulai nampak pada diri Sarah. Dan Ia pun menyampaikan apa yang ada dibenaknya itu.
"Bagaimana jika beberapa hari kedepan mereka justru sepakat untuk memerangi kita? Bukankah itu berbahaya?" Sarah nampak khawatir dan mengambil minuman yang sudah disediakan untuk setiap orang.
Lalu Holyman menyampaikan pendapatnya,
"Sebenarnya semua ide tadi bisa dilakukan, apakah kita muncul lagi atau menunggu saja. Semua sudah terjadi, yang kita butuhkan sekarang adalah lebih banyak informasi. Informasi bagaimana mereka ingin memerangi kita."
Marzuki sependapat dengan Holyman,
"Ada baiknya kita menunggu beberapa jam kedepan, toh apa yang disampaikan Holyman agar kita dapat informasi lebih banyak tentang apa yang akan mereka lakukan perlu waktu beberapa jam ke depan. Dan apa yang dikatakan Holyman sudah tepat."

Semua tampak setuju namun tak berkata apa-apa. Sarah pergi ke ruang sebelah untuk melihat sedang apa anaknya. Kepergian Sarah keruang sebelah menurunkan tensi diruang pertemuan Cogent, fokus orang-orang diruang terpecah karena pergerakan Sarah, meski semua tau Sarah ingin melihat anaknya. Tak lama kemudian Nurmeilina menyusul Sarah, dia ingin melihat Edbert dan ingin tau sekuat apa anak itu. Bertepatan dengan kepergian Nurmeilina Putu Tantra bertanya pada Mattulada,
"Sebenarnya apa yang terjadi pada anda dan Móguī?"
Mattulada nampak enggan menjawab sebab jawabannya bisa saja menjauhkan pembicaraan dari pokok pembicaraan sebelumnya,
"Wah ceritanya panjang sekali Putu. Intinya saya menangkap bisnis jahatnya berkali-kali, oleh karena itu dia marah. Bisnis kotor seperti penjualan senjata ilegal, narkoba, sampai perdagangan manusia. Sejak saat itu kami menjadi musuh bebuyutan. Tadinya saya pikir dia sudah mati, saat saya melawannya. Ternyata tidak, dan dia sekarang membangun kekuatan bersama tiga orang lainnya."

"Oh begitu lalu jika demikian mengapa kita tidak serang rumahnya saja langsung, saya rasa itu lebih mudah untuk dilakukan daripada harus bertemu banyak kepala negara dunia." Ide Putu Tantra itu benar.
"Ya tapi saya sudah kerumahnya, sudah mencarinya kemana-mana. Dia sudah tidak dirumahnya, sepertinya dia juga punya Markas dan sepertinya dia tinggal di Markasnya."

Diruang lain Sarah berkata,
"Dinding transparan."
Tiba-tiba orang-orang yang berada diruang pertemuan dapat melihat Edbert mengangkat Nurmeilina, mungkin itu alasan Sarah membuat dinding itu menjadi transparan.

Akhirnya semua mata menuju Edbert,
"Waduh, hebat anakmu belum mencapai umur dua minggu apalagi sebulan sudan dapat mengangkat seorang wanita dewasa, ketika sudah besar nanti sepertinya akan banyak istri. Kemungkinan besar ayahnya kalah untuk urusan wanita." Prabu berkelakar.
Seluruh isi ruangan tertawa. Mattulada keruangan sebelah. Entah karena takjub dengan Edbert atau dia hanya ingin seruangan dengan Nurmeilina.

Rain khawatir dengan insiden itu,
"Udah Edbert lepas, ayo, duh aku ngeri nih Sar." Rain justru takut tangan Edbert terkilir.
"Enak aja lepas aku jatoh dong, hahaha." Kata Nurmeilina.
Mattulada heran,
"Bagaimana ceritanya kamu bisa diangkat Edbert Lin?"
Sarah menginterupsi pertanyaan Mattulada sambil mengepalkan tangan dan menaruhnya didepan mulut, seolah ingin batuk,
"Ehm, ehm, mau tau banget atau mau tau aja? Hahaha. Basi ah kamu Mattulada."
Sarah merasa lucu dengan pertanyaan Mattulada yang membuat suasana menjadi canggung lagi.

Sementara diruang sebelah Putu Tantra, Prabu, HolyMan dan Marzuki melambai-lambaikan tangannya memberi tanda agar Mattulada kembali keruang sebelah, sesampainya diruang pertemuan Mattulada curiga dan bertanya,
"Ada apa?"

"Bagaimana jika kamu pergi ke Washington menemui Presiden Amerika Serikat. Hanya kamu sendri. Dan kamu berikan foto-foto Jupiter dari dekat, dimana ternyata disana terdapat banyak Air atau penemuan Planet mirip Bumi yang mereka juga tau namun hanya lewat pemantauan dari Huble. Foto mu jauh lebih jelas. Ini akan membuka komunikasi antara Cogent dan Amerika. Paling tidak negara-negara yang tidak bersahabat dengan Cogent bisa kita beri pengertian terlebih dahulu, diawali dari Amerika, yang juga menyudutkan Cogent." Marzuki meyakinkan bahwa rencananya membuka hubungan diplomatik kepada Amerika akan berhasil dengan cara seperti itu.

"Saya sih ok saja, apa saya kesana sendiri atau dengan Cogent?" tanya Mattulada,
"Tidak kamu sendiri. Yang mereka tau ini urusan Mada dan Móguī. Kita berharap setelah itu Presiden Amerika Konfrensi Pers dan memberi pernyataan yang positif untuk Cogent. Kamu bisa menjadi sahabat Amerika. Jika itu berhasil maka kamu adalah sahabat dunia. Sebab yang gembar-gemborkan Cogent sebagai musuh umat manusia adalah Amerika. Jika ini berhasil, kita akan cari Móguī."

Semua yang berada di ruangan tersebut merasa ini ide yang bagus. Dan kemungkinan berhasilnya lebih besar dibanding menunggu atau Cogent muncul lagi untuk klarifikasi masalah.
"Apakah Nurmeilina dan Sarah perlu ditanyakan soal ini?" Tanya Mattulada,
Holly Man justru kembali bertanya kepada Mattulada,
"Apakah kamu setuju dengan ide ini?"
"Oh kalau saya setuju seratus persen." jawab Mattulada.










45

COGENT   - The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang