#33 Hybrid Móguī Pertana

0 1 0
                                    

Orang pertama yang dijadikan hybrid oleh ilmuan Móguī telah selesai dan berhasil. Mereka menghubungi Móguī, untuk mengabarkan Hybrid satu telah berhasil, dan siap untuk diuji coba. Móguī segera datang kelaboratoriumnya.

Sampai di Laboratorium Móguī bertemu dengan ilmuannya dan meminta pada mereka untuk membawa Hybrid satu kehadapannya. Móguī melihat calon pasukannya itu dengan seksama. Lalu Ia memerintahkan Hybrid satu tersebut untuk melawannya dengan keras,
"Lawan saya dengan seluruh kemampuanmu, ayo ikut saya." Lalu Móguī keluar.

Meski semua tahu pertarungan itu bukanlah pertarungan yang seimbang, namun semua termasuk Móguī berharap Hybrid satu bisa bertahan lama. Faktanya itu sangat sulit bagi Hybrid satu, bahkan Móguī hanya menggunakan kekuatan lawannya untuk membuat Hybrid satu itu jatuh bangun. Lalu Móguī berteriak,
"Lebih keras, lebih cepat,! Jika begini kau akan mati diluar sana melawan musuh mu. Ayo lawan berdiri.!"

Orang itu sudah berusaha sekuat tenaga namun Móguī lebih kuat dan jauh lebih besar. Pertarungan itu cukup lama dan melelahkan bagi Hybrid satu. Setiap pukulannya tidak dapat mengenai Móguī. Sampai akhirnya orang tersebut terduduk kelelahan. Dan tidak sanggup lagi untuk bernapas, dia terlalu lelah. Tim Medis membawanya kelaboratorium dan memberinya alat bantu nafas.
Móguī tau bahwa orang itu sudah berusaha keras namun memang dirinya tidak mungkin untuk dilawan.
Latihan itu menambah kepercayaan diri Móguī, dan semakin menjadikannya dapat cepat melawan Mattulada. Namun untuk melawan Mattulada dia masih ingin membuat dua hybrid lagi. Jika memungkinkan Ia tidak perlu melawan Mada dan hanya menontonnya, itu akan lebih memberi kesan kuat pada dirinya, begitu niat dalam pikiran Móguī.

Namun untuk bisa berhasil dengan sempurna maka Ia harus melatih semua Hybridnya. Hybrid satu, Hybrid dua dan Hybrid tiga. Itu akan menjadi latihan seru buat Móguī.

Mattulada tidak tahu Móguī masih hidup. Atau Móguī membangun pasukan, dia masih terus melakukan aktifitas seperti biasa.

Pada suatu hari Mattulada melihat Pak Kiyai di Afrika sedang berjalan bersama anak Perempuan berumur 10-12 tahun. Mattulada tidak sempat menyapanya karena ada perdagangan senjata ilegal yang Ia duga kuat didalamnya ada senjata pemusnah masal yang sedang diperdagangkan dan perdagangan itu sedang berlangsung di Eropa Tengah. Dia harus fokus ke perdagangan senjata ilegal tersebut yang menurut informasi disana menjual juga senjata-senjata berat yang sedang dicari oleh teroris Rusia dan Gangster-gangster besar dunia. Apalagi menurut Mattulada, Pak Kiyai dan anak itu tidak butuh pertolongan apapun, mungkin pak Kiyai sedang berjalan bersama anaknya.

Sampailah Mattulada disuatu daerah di Eropa Tengah, terlihat begitu ketat pengamanan disana, senjata-senjata yang diperjual belikan juga cukup canggih, Grenade Launcher, Cannon, Senjata Laser dan bermacam senjata lainnya. Pasar gelap ini surga bagi pemberontak, para teroris dan para penjahat kelas kakap, bahkan untuk organisasi sebuah negara yang ingin sesuatu yang canggih tapi kepemilikannya tidak ingin diketahui negara lain.

Dari semua senjata canggih itu fokus Mattulada kali ini adalah Senjata Kimia, atau senjata pembunuh masal dan laser. Dia tidak akan bergerak sebelum menemukan itu.

Perdagangan senjata ini cukup besar, diadakan didaerah terpencil yang luas dan tidak pernah dilewati manusia, terlihat juga beberapa Tank dan Kendaraan Taktis. Mattulada sempat geleng kepala sebab yang mereka jual barang-barang tercanggih dan terbaru.

Setelah menemukan Senjata Kimia tersebut, dengan cepat dan tanpa bersuara semua senjata yang dipegang oleh keamanan dilucuti Mattulada, setelah itu Mattulada muncul dan manyampaikan agar semua yang ada disitu menyerah. Karena Polisi dan Polisi Militer telah mengepung lokasi tersebut.

Tentu saja, hal itu tidak membuat orang-orang disana menyerah, sebagian pengunjung yang masih membawa senjata justru melawan dan menembaki Mattulada.

Mattulada langsung bergerak cepat mengambil senjata yang masih dimiliki orang-orang itu untuk menembakinya.

Ada beberapa orang yang bahkan menggunakan senjata Laser untuk melukai Mattulada, senjata laser tersebut sungguh mengerikan. Mengetahui hal tersebut Mattulada merasa harus lebih gesit sebab senjata tersebut daya rusaknya sangat besar.

Kekacauan terjadi Mattulada banyak terkena peluru namun semua itu tidak melukainya sehingga Ia tidak terlalu mempedulikannya, nampaknya dia hanya fokus untuk menghindari Senjata Laser tersebut.

Pada akhirnya senjata laser itu dapat ia rampas. Ketika semua senjata sudah berhasil diambilnya Polisi dan Polisi Militer masuk dan melakukan penangkapan.
Ini adalah hari menyeramkan lain untuk Mattulada, dia tertembak lebih dari 30 kali namun tubuh Mattulada cepat sembuh.
Setelah semua lumpuh Polisi menangkap semua yang ada disitu dengan mudah.

Mattulada selesai dengan perdagangan senjata ilegal itu, lalu Ia pergi meninggalkan lokasi tersebut mencari tempat yang nyaman dengan pemandangan yang indah, itu sudah menjadi ritual bagi Mattulada, setiap selesai melakukan hal yang menegangkan dia selalu pergi mencari tempat-tempat dimana ia bisa menyendiri menikmati indahnya alam disana dia memanjakan diri, memberi "hadiah" untuk dirinya sendiri.

Mattulada sudah berpindah tempat lagi, kali ini Ia pergi ke Paris melihat keramaian disana, lalu Ia berpindah lagi ke Eguisheim masih di Prancis disana ia melihat sepasang kekasih berjalan di jalan kecil.
Mattulada teringat dirinya belum berpasangan, dia sendiri diatas atap rumah, menjadi seekor burung elang kawah. Disana dia semakin merasakan kesendiriannya. Namun demikian Ia tetap menikmati keindahan alam kota kecil itu yang terasa serasi dengan bangunan-bangunan rumah yang sebagian besarnya bangunan berpuluh tahun bahkan beratus tahun dan jalannya terbuat dari batu-batu conblock, tanpa aspal. Sangat romantis bahkan bagi Mattulada yang seorang diri.

Lingkungannya yang romantis memberi atmosfir kemesraan. Sedangkan di kanan dan kiri mereka ada rumah-rumah yang penuh semangat dengan bunga-bunga dimana-mana.

Ya disana setiap rumah, setiap balkon ada bunga bermacam warna. Keindahannya sama kuat dengan wanginya. Bagaimana mungkin mereka tidak bermesraan disana? Mattulada sangat menduga mereka adalah sepasang kekasih yang baru saja menikah. Dan ia yakin pasangan itu akan bersama dalam waktu yang lama. Mungkin sampai maut memisahkan mereka, sampai tua pun hubungan mereka akan kuat, seperti rumah-rumah disana yang terkesan kokoh walau tua.

Warna rumah disana didominasi oleh warna krem dan terakota, dengan sentuhan-sentuhan ukiran kayu dan besi disetiap rumahnya semakin memberi suasana nyaman sekaligus menenangkan. Eguishem, salah satu tempat favoritnya di Prancis. Tempat paling mesra menurut Mattulada.

Bukan Mattulada jika dia tidak membawa oleh-oleh untuk temannya. Kali ini dia membawa Foie gras untuk Sarah dan Marzuki.
"Marzuki kamu harus coba ini, sangat nikmat percayalah."

Tapi yang menyambutnya justru Sarah bukan Marzuki,
"Untuk makanan saya lebih percaya seleramu daripada Marzuki"

Dan Marzukipun menjawab seadanya,
"Ya ini enak Mattulada" Mattulada teringat Mahluk itu,

"Oh ya Marzuki tadi saya lihat Kiyai di Afrika, bersama anak perempuan kecil"

"Di Afrika? Ngapain dia disana?"

"Waduh saya gak tau juga Prof, sebab saya tidak sempat menyapanya, ada hal mendesak lain yang harus saya lakukan"










33

COGENT   - The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang