#48 Menunggu Pergerakan Amerika

0 0 0
                                    

Selesai Mattulada bicara, Presiden Amerika menanyakan kepada seluruh wartawan. "Ada pertanyaan?"

Seluruh wartawan mengangkat tangan, dan Presiden menunjuk salah satu wartawan. Sang wartawan menjelaskan dari media mana lalu menyebutkan namanya dan mulai bertanya langsung ke Mattulada.
"Pak Mada,apakah anda berasal dari Planet lain? Dari planet mana? Memakai alat transportasi apa. Mungkinkah manusia keplanet anda?"

"Pak Presiden, boleh saya jawab?" Presiden Amerika mengangguk
"Untuk saat ini saya belum bisa menjawab semua pertanyaan anda, yang jelas manusia punya kesempatan untuk mengeksplore lebih jauh luar angkasa, untuk itu kami berada disini."

Berikutnya wartawan-wartawan lain bertanya,
"Apa tujuan anda ke bumi? Apakah anda ketua dari Cogent? Lalu siapa Móguī?"

"Tujuan Cogent terhadap bumi baik. Oh bukan, tidak ada ketua di Cogent, saya hanya salah satu orang yang mendirikan dan mempunyai ide untuk membentuk Cogent. Anda tanya soal Móguī? Hehehe, Móguī adalah penjahat yang harus ditangkap dan dieliminasi."

Wartawan selanjutnya bertanya,
"Kesepakatan apa yang dicapai antar Mada dan Amerika? Lalu pertanyaan selanjutnya dari kami adalah, Móguī telah mencari anda, apakah dia masih di bumi atau dia sudah kembali ke Planetnya? Apakah ia masih hidup?"

Mattulada mulai lebih tenang dan tidak kikuk lagi menjawab pertanyaan dari pers,
"Tidak semua kesepakatan bisa saya sampaikan disini, salah satu yang terpenting adalah Presiden Amerika mengizinkan kami berperan aktif untuk menjaga perdamaian dunia. Soal Móguī dia masih di bumi dan dia masih hidup."

Sesi tanya jawab berakhir, blitz dari foto tidak berhenti menyala, moment bersejarah bagi Amerika dan dunia. Mereka masih mengira bahwa, Mattulada dan Cogent adalah Alien. Itu membuat moment itu begitu berharga, terasa lebih berharga dari saat Neil Alden Armstrong menginjakkan kakinya di bulan. Begitu gegap gempita, bahkan dijalan-jalan orang keluar membunyikan klakson seakan-akan mereka sedang merayakan para Dewa benar-benar datang ke bumi.

Sementara di markas Cogent Marzuki meminta semua rekannya untuk tidak pulang dulu,
"Teman-teman jangan pulang dulu sampai kita dapat kabar dari Mattulada. Kita tidak tau apa yang terjadi kedepannya."

Satu jam setelah itu Mattulada menelpon Marzuki, dan Mattulada telah berubah menjadi manusia.
"Teman-teman masih ada di Markas?"
"Masih, mereka menunggu kabar darimu."
"Ok kalau begitu jangan pulang saya belikan Hot Dog buat semua."
"Bagaimana hasil pembicaraanmu dengan Presiden?"
"Nantilah kita bicarakan dimarkas."
"Baiklah."
"Ya tunggu sepuluh menit lagi makanan kalian sudah jadi tinggal membuat dua lagi. Paling telat lima belas menit lagi saya sudah di markas."

Seperti sudah tau Sarah menanyakan "Bawa makanan apa Mattulada?"
"Dia gak bilang. Kita tunggu aja." Marzuki tidak mau merusak surprise Mattulada dengan memberi tahu makanan apa yang Ia bawa.
Nurmeilina ada diluar dekat dengan pintu masuk, semua berpikir Nurmeilina disana ingin lebih dulu bertemu Mattulada.

Itu tidak benar, Nurmeilina sedang menikmati indahnya pemandangan di markas Cogent, terlihat beberapa bunga berwarna kuning tumbuh liar disela-sela batu berwarna hitam. Nurmeilina dapat merasakan ada kehadiran mahluk lain disekitarnya, sebab ada perubahan suhu dan bau yang dapat dirasakan Nurmeilina, ia mencari ada mahluk apa yang baru datang disekitarnya dia melihat diatas pohon kelapa seperti musang.

Dia memperhatikan musang itu cukup besar, Nurmeilina asik melihat kecantikan alam dipulau tempat markas Cogent berdiri, tiba-tiba ia dikagetkan oleh Mattulada yang tiba-tiba ada dihadapannya.
"Hey Lin sedang apa kamu disini? Nunggu aku?"
"Hmmm,, percaya dirimu berlebih Mattulada, coba agak dikurangi sedikit biar sehat."
"Aduh sakit."
"Hah? Kamu kenapa? Apamu yang sakit?" Nurmeilina mengecek Mattulada dengan seksama.
"Hatiku sakit, dilecehkan orang bernama Nurmeilina."
"Ah sudahlah kamu ditunggu banyak orang didalam"
"Ya, mereka sedang melihat kearah kita, bagaimana kalo kita berlama-lama disini agar mereka tambah penasaran?"
"Ada apa denganmu? Ceria sekali hari ini?"
"Bukan ada apa-apa, tapi mereka menunggu aku dan melihat kearah sini karena menunggu ini."
"Wah apa itu?
"Nah ini untukmu, ini adalah Hot Dog paling enak dipinggir jalan, ini dari Amerika, percayalah, cobalah."

Nurmeilina membuka bungkus Hot Dog yang masih hangat itu, ketika dibuka, Nurmeilina dapat mencium aroma khas hot dog dari roti yang masih hangat itu, ada aroma asam bercampur aroma daging dan ada manis. Nurmeilina mencobanya dan dia suka sekali dengan Hot Dog yang dibawakan Mattulada. Sementara orang-orang didalam ruang rapat Cogent melambai-lambaikan tangan kearah Mattulada.
"Nah itu lihat mereka sudah tidak sabar apalagi setelah melihat mimik kamu yang sepertinya begitu menikmati makanan yang saya bawa."
"Eh sudah cepat sana gak enak sama Holy Man, sama Prabu."
"Ah kamu gak seru, biar aja dulu, kita pura-pura aja ngomong serius, seperti ada sesuatu terjadi, kita ngomongin apa aja panjang lebar tapi gerak badannya seperti bicara sesuatu yang serius." Mattulada terus berbicara dan tangannya bergeraka-bergerak, matanya kadang melotot untuk meyakinkan orang yang didalam bahwa mereka bicara sesuatu yang serius.
"Nah kayak gini terus, nanti kita lihat siapa kira-kira yang kesini duluan."
"Sarah."
"Kamu yakin Lin? Tidak semuanya?"
"Yakin seratus persen."

Mattulada melihat lagi kearah mereka. Mereka berada di ruang ke tiga dari tempat Mattulada berdiri, mereka terlihat karena setiap ruang sedang dibuat transparan. Bahkan Rain yang sedang bermain dengan Edbert pun terlihat diruang lainnya disebelah kanan atas. Mereka melambai ke arah Mattulada namun Mattulada memberi pesan agar mereka menunggu sebentar lagi dengan menggerakkan tangannya maju mundur. Rupanya Sarah penasaran, dia pun menjemput Mattulada.

"Benarkan Sarah yang kesini, jangan bilang ya saya menebaknya. Awas!"
Sarah sampai diluar
"Kamu ngapain sih disini berduaan bukannya masuk kedalam, itu ditungguin sama yang lain. Kamu bawa apa?"
"Sebenarnya kamu mau nyuruh aku masuk atau mau nanya aku bawa apa sih?"
"Mada! Masuk kataku!"
"Alter.! Berisik kataku!"
Nurmeilina tertawa,
"Eh bagus juga tuh Sar namamu Alter hehehe"
"Dia memang seenaknya Nur."
Mereka pun masuk bersama sambil tertawa.

"Kalian ini apa sih malah tertawa-tawa diluar orang sudah menunggu." Marzuki tampak kesal
"Loh aku ngajak semua untuk makan ini diluar, sekali-kali kita ngumpul diluar, enak banget diluar, kenapa kita gak pernah kumpul diluar. Harus ada satu meja besar diluar nih sepertinya."
"Kita panggil karena masalah kamu masih rame di televisi sampai sekarang. Sebelum kalian konferensi pers Inggris, Perancis, Jerman menaruh curiga atas pertemuan kalian. Entah sekarang. Ini yang mau kita bicarakan didalam. Kalo diluar kita tidak bisa lihat perkembangan beritanya, dan kita tidak bisa bahas dengan serius."
"Ok-ok Marzuki, oh ya bagikan ini dulu kesemua orang, kebetulan ini saya beli lebih."
"Ah kamu saja yang membagikan."
Ujar Marzuki.
"Oh ya sudah, lantas apa langkah Cogent kali ini? Setelah saya berhasil membuat Presiden Amerika percaya atas niat baik Cogent."

"Justru itu yang mau kita dengar dulu, baru kita bisa susun langkah berikutnya, apakah kita bertemu pemimpin-pemimpin dunia lainnya atau kita menunggu pergerakan dari Presiden Amerika."





48

COGENT   - The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang