💞 22. -Belum Pulang?- 💞

5K 727 163
                                    

Kayaknya cerita ini aku sering banget gak PD😭😭. Makanya bolak balik unpublish part yang baru di up🙃

💞HAPPY READING💞

💞HAPPY READING💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22. Belum Pulang?

Adan memberhentikan mobilnya di depan gerbang utama komplek perumahan Silir Garden.

Pria itu lalu menoleh ke arah ketiga anaknya. "Kalian jalan kaki ya ke rumah?"

"Dali sini, Pi?" tanya Qia dengan nada protes.

Adan langsung mengangguk. "Iya, Papi gak bisa anter sampai rumah. Soalnya Papi lagi ada urusan."

"Tapi dari sini sampai rumah itu jauh loh, Pi," kali ini protesan terdengar dari mulut Qabeel.

Adan mengetuk jari-jarinya pada stir mobil. Kemudian ia merogoh dashboard dan mengambil uang berwarna biru dari dalam sana.

"Nah, uang buat beli jajan!" ucap Adan sambil menyodorkan uang tersebut.

Qabeel dan Qia langsung bersedap dada dan menatap Adan dengan mata memicing. Mereka kompak berucap, "Papi nyogok kami?"

"Enggak," jawab Adan cepat. "Ini Papi kasih upah jalan buat kalian."

"Qia enggak suka ya, Pi ya disogok kayak gitu. Kata Mami itu dosa bisa masuk penjala," ujar Qia sambil menarik uang tersebut dari tangan Papinya. "Tapi untung hali ini penjalanya tutup. Jadi Papi selamat."

Tangan Adan masih menggantung di udara dengan uang yang sudah di rampas putrinya. Dalam hati ia mencibir Qia yang sok menasehatinya padahal diambil juga uang itu.

"Papi!" panggil Qabeel.

Adan menaikkan alis karena melihat wajah putranya yang ini masih memasang wajah sok gitu. "Apa? Itu uangnya udah sama Qia."

"Bukan itu, Pi!" ujar Qabeel.

"Jadi?"

"Harusnya Papi kasih yang warna merah, jadi nyogoknya gak tanggung."

****

Qadaffi, Qabeel, dan Qia berjalan beriringan menuju rumah. Jam yang melingkar di tangan Qadaffi sudah menunjukkan pukul satu siang. Padahal tadi mereka di pulangkan Adan sejak pukul sebelas. Lalu kemana mereka selama 2 jam?

Jawabannya adalah, mereka nongkrong bentar di warung sambil menghabiskan uang pemberian sang Papi.

Sebungkus Chiki Balls berada di genggaman tangan Qadaffi.

Sementara di pundak Qabeel sudah tersampir satu renteng jajanan borobudur.

Kalau Qia? Kali ini lagi mode normal. Ia hanya menenteng plastik putih yang berisi lima buah sosis so nice.

"Cangkul-cangkul... cangkul yang dalam. Menanam cangkul di kebun kita," senandung aneh dari Qia terdengar di telinga Qabeel dan Qadaffi.

"Jagung, Qi! Jagung! Ngapain kamu nanam cangkul?" ujar Qabeel mengoreksi Qia yang salah lirik.

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang