💞 20. -Jual Anak- 💞

4.9K 642 101
                                    

Hai

Sorry for slow update guys😐

💞HAPPY READING💞

💞HAPPY READING💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20. Jual Anak

Mesin berbentuk kotak itu membelah jalanan kota yang memang lumayan ramai. Di dalamnya terdapat satu keluarga yang asik bercengkrama.

"Mami!! Tempat jual anak dimana ya?" tanya Qia tiba-tiba.

Cinta yang sedang mengobrol dengan suaminya, langsung menoleh ke belakang setelah mendengar pertanyaan random sang putri.

"Qi, kalau Papi tau tempat jual anak. Kamu udah enggak di sini lagi," sahut Adan.

"Qia enggak nanya sama Papi tau!!"

"Papi cuma jawab tau!!"

Cinta segera mencubit lengan Adan agar sang suami berhenti berdebat dengan Qia. Jika dilanjutkan, maka tidak akan ada habisnya.

"Emang kenapa kamu tanya kayak gitu, Qi?" tanya Cinta.

"Qia mau jual Sila, Mami," jawab anak itu.

"He!! Kamu udah gak ngelahirin, gak ngebesarin. Tiba-tiba mau jual anak orang," ujar Adan.

Qia memandang kesal ke arah sang Papi yang daritadi menyahuti omongannya. Padahal, 'kan ia sedang bicara dengan sang Mami.

"Qia enggak lagi ngomong sama Papi!!"

"Papi cuma jawab."

"Qia ngomongnya sama Mami!!"

"Mami itu istri Papi."

"Istli Papi itu Mami Qia."

"Mami Qia itu istrinya Papi."

"Istlinya Papi itu Mami Qia!!"

Cinta memukul dashboard dengan sangat keras mobil hingga membuat Adan dan Qia terdiam.

"Eh kenapa ni?" Adan langsung panik saat tiba-tiba mobil yang ia kendarai berhenti di tengah jalan. Ia mencoba menghidupkan mesin mobil, tapi tidak berhasil.

"Itu mungkin kalena Papi kualat sama Qia."

"Kamu mau Papi jual?" Adan menoleh ke belakang dan melempar bantal ke wajah putrinya.

"Mau!!" Qia menggangguk dengan semangat. "Jual Qia ke kelualga sultan Pondok Pelita ya, Pi. Bial Qia dilawat Papa Aldebalan sama Mama Andin."

Sontak saja Adan dan Cinta melotot ke arah Qia. Bisa-bisa tu bocah berpikiran seperti itu.

"Enggak! Nanti Rena kena mental punya saudara kayak kamu," ujar Adan sambil terus berusaha menghidupkan mesin mobil.

Qia mengerucutkan bibirnya. Padahal sepertinya seru punya Papa seperti Papa Al dan Mama Andin. Nanti biar Qia yang balas perbuatan jahat Tante Frozen.

"Bantu dorong ya?!" pinta Adan.

Cinta langsung melototkan matanya. "Mas ngelawak? Di dalam mobil ini cuma Cinta sama anak-anak. Yakali kami yang bantu dorong mobil."

"Ya dicoba!" Adan menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Tapi kami enggak mungkin kuat, Pi," ujar Qabeel yang diangguki semua. Bahkan Qadaffi juga ikut mengangguk.

Cinta lalu membuka kaca jendela dan melihat keluar. Banyak sekali mobil yang berlalu lalang. Mobil yang berhenti di tengah jalan cukup beresiko, karena bisa saja nanti ada yang menabrak dari belakang.

"Nyalain lampu hazard-nya dulu Mas!" ujar Cinta memberi usul.

Lampu Hazard berguna untuk memberikan tanda ke pengendara lain bahwa ada mobil yang dikendarai sedang bermasalah.

Perlahan lalu lintas mulai terlihat sepi. Hanya satu dua mobil yang melintas.

Adan kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam dashboard untuk menghubungi jasa derek. Lalu setelahnya ia mengajak Cinta dan triplets agar turun dari mobil.

Cukup beresiko jika harus menunggu di dalam mobil hingga derek sampai.

Adan menuntun Qadaffi dan Qabeel untuk menyebrang jalan, sementara Cinta menggendong Qia.

Mereka lalu berteduh di bawah pohon yang berada di pinggir jalan raya.

"Mas nyari toilet dulu ya," pamit Adan pada Cinta.

Cinta menoleh. "Mas mau ninggalin Cinta sama anak-anak disini?"

"Sebentar, Cinta! Ini udah diujung tanduk," bisik Adan.

Cinta pun mengangguk, dan Adan bergegas pergi untuk mencari WC umum.

"Papi mau kemana, Mi?" tanya Qia.

"Toilet," jawab Cinta sambil merapikan rambut sang putri yang berantakan karena tertiup angin.

Siang ini, panas tidak terlalu terik. Karena ada sedikit awan hitam yang menyelimuti matahari. Kendaraan beragam jenis dan merk silih berganti mewarnai mata. Tak lupa burung-burung ikut andil bertengger pada tiang-tiang yang diberi lintasan kabel listrik.

Aroma sate tiba-tiba menyeruak pada indra penciuman.

"Mami, Qia mau sate," rengek anak itu sambil menggoyang-goyangkan tangan sang Mami.

"Nanti ya, sayang. Tunggu Papi datang," jawab Cinta.

Penjual satenya memamg tidak terlihat, hanya aroma sate saja yang tercium.

"Mami, beli sate." Qabeel malah ikut-ikutan merengek.

Cinta jadi pusing sendiri mendengar rengekan kedua anaknya. Jika ia pergi untuk membeli sate, maka suaminya pasti mencari mereka.

Sementara Qadaffi hanya terdiam. Ia sedikit menghalau panas matahari yang menyinari wajahnya dengan tangan. Tak lama mata anak itu menangkap suatu pemandangan yang menarik.

"Mami!" panggil Qadaffi. "Abang kesana!!"

Belum sempat Cinta memberi izin, Qadaffi sudah berlari dan pergi. Hal itu membuat Cinta semakin kalang kabut.

Belum lagi rengekan tiada henti dari Qabeel dan Qia.

Sekarang Cinta harus apa?

****

Aku penasaran loh... apa yang bikin kalian bertahan baca cerita TRIPLE-Q sampai ke part ini?

Siap siap double up ya😈

Sabtu, 25 September 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu, 25 September 2021

Salam sayang,
MegyAmelya

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang