💞 45. -Dedek- 💞

5K 767 215
                                    

Rawan typo🤕

SIAP MEMBACA PART 45?

BRUM BRUM🛫cekiit🛬brak🏞 masuk sungai😖

💞HAPPY READING💞

💞HAPPY READING💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

45. Dedek

Perasaan tadi Adan mendengar suara bel, tapi kok gak ada siapa-siapa di luar. Apa ia salah mendengar? Pandangan Adan langsung tertuju pada sebuah amplop surat yang tergeletak di teras rumah.

"Berasa kantor pos rumah gue, ada aja yang ngirimin surat," dumel Adan sambil memungut amplop surat tersebut.

Adan mengibas surat di tangannya. "Mari kita lihat isi suratnya."

Terimakasih
-KKK-

"Sama-sama," ucap Adan sambil meremas surat tersebut dan membuangnya ke tong sampah.

Pria dengan stelan rumahan itu berkacak pinggang, sambil melihat langit malam. Langit bertabur bintang yang mengelilingi bulan membuat malam ini sangat indah. Ditambah bulan sedang terang benderang.

"Entah kenapa gue ngerasa semua surat yang dikirim isinya cuma omong kosong doang!"

Adan memainkan lidah di dalam mulutnya. "Kemarin katanya mau datang seminggu lagi, ini udah hampir satu bulan gak datang-datang. Terus sekarang ngucapin makasih. Apa coba maksudnya?!"

"Papiiii!!"

Dengan air mata yang bercucuran, dan masih mengenakan mukena ungunya, Qia berlari ke arah sang Papi.

Adan dengan sigap menangkap sang putri. "Hey! Kenapa sayang?"

Qadaffi dan Qabeel ikut menghampiri. Ketiganya baru saja pulang mengaji. Entah bagaimana ceritanya Qia pulang dengan membawa air mata.

Qia masih menangis tersedu-sedu di pelukan Adan. Sedangkan kedua Abangnya hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Namun, dari salah satu mereka nampak ada yang sedang menahan emosi. Terbukti dari tangannya yang terkepal.

"Bil!" tegur Qadaffi.

"Aku gak akan maafin dia, Bang," ucap Qabeel yang masih dilingkupi emosi.

Adan masih terus berusaha menenangkan sang putri. Ia bingung apa yang tengah terjadi? Apalagi melihat Qabeel yang sepertinya tengah menahan amarah. Sedangkan Qadaffi masih sama, datar tanpa ekspresi.

"Ayo ayo masuk dulu!" ajak Adan.

Qadaffi dan Qabeel mengikuti langkah sang Papi yang memasuki rumah.

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang