💞 52. -Bertukar Peran (2)- 💞

3.2K 559 119
                                    

Part 52 & 53 menggunakan sudut pandang Qabeel.

Part 52 & 53 menggunakan sudut pandang Qabeel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

52. Bertukar Peran (2)

Qabeel mengucek matanya, ia melihat jam di dinding masih menunjukkan pukul 05.30. Ini ia sedang kesurupan atau apa? Kok tumben jam segini udah bangun.

Namun, Qabeel entah kenapa sangat bersemangat di hari ini, ia pun bergegas turun dari ranjang untuk mandi.

Saat sudah selesai mandi, Qabeel bergegas mengambil tasnya. Ia lupa jika belum mengerjakan pr.

"Loh udah?" Qabeel memandang heran bukunya. Perasaan ia belum mengerjakan pr-nya. Tadi sih rencananya mau nyontek Qadaffi. "Siapa yang ngerjain ya? Ini sih tulisan aku. Karena tulisan ini gak sebagus punya Bang Dapi, tapi gak sejelek punya Qia. Yaudahlah! Mungkin aku udah ngerjainnya di dalam mimpi."

Seperti sudah menjadi kebiasaan, Qabeel sebelum keluar kamar selalu berdiri di depan cermin untuk mengecek penampilannya. Ia baru menyadari kalau ekspresinya sangat datar. Ia seperti melihat Qadaffi di dalam cermin. Berulang kali Qabeel mencoba tersenyum, tapi selalu gagal. Ada apa ini?

"Senyum tu gini, iiiiii."

Qabeel berulang kali berusaha menunjukkan senyum manis andalannya. Namun, yang muncul di cermin hanya senyum terpaksa.

"Bang!" Pintu dibuka dari luar. Cinta memasuki kamar sang putra. "Kalau udah selesai siap-siap, bangunin adik-adik kamu dulu ya!"

Masih dilanda kebingungan, Qabeel hanya menjawab dengan anggukan. Sebentar! Ia merasa hal janggal dari ucapan Cinta.

Sejak kapan sang Mami memanggilnya dengan embel-embel 'Bang'?

Terus kenapa sang Mami tidak heran dengan dirinya yang bangun lebih awal dari biasanya.

Yang terakhir, adik-adik? Sejak kapan ia punya adik lebih dari satu. Apa sang Mami sudah melahirkan? Tapi kok ia tidak tahu. Gak mungkin, 'kan sang Mami melahirkan tanpa memberitahu dirinya. Iya, 'kan?

Tidak ingin memusingkan hal tersebut, Qabeel melangkah keluar dari kamar. Tapi sebelum itu ia sudah dihadang oleh seseorang.

"Abang! Aku nyontek pe-el!" ujar Qadaffi dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Ha?"

Apa lagi ini? Qadaffi memanggilnya Abang? Dan Qadaffi nyontek pr? Kenapa juga Qadaffi tidak bisa ngomong huruf 'R'?

Dunia sedang baik-baik saja ini, 'kan?

"Abang!" rengek Qadaffi. "Dengelin Dapi ngomong gak sih. Dapi mau nyontek pe-el."

"Ya-yaudah ambil sana di tas," ujar Qabeel dengan tergagap.

Qadaffi dengan girang langsung memasuki kamar Qabeel. Meninggalkan Qabeel yang masih dilanda kebingungan. Kemana Abangnya yang cool itu?

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang