💞 51. -Qia, Si Anak Istimewa- 💞

4K 627 265
                                    

51

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

51. Qia, Si Anak Istimewa

Keanehan itu masih Qadaffi rasakan, bahkan saat pembelajaran sedang berlangsung. Yang paling parah, ia didudukkan di sebelah Sifra yang biasanya ditempati oleh Qia.

Bu Nurul maju dan berdiri di depan papan tulis, mulai menjelaskan materi pembelajaran.

"Anak-anak coba perhatikan ya, terutama kamu Qadaffi!" ujar Bu Nurul sambil menunjuk Qadaffi menggunakan spidol. "Awas aja kalau kamu berulah saat ibu menjelaskan ya?"

Qadaffi menaikkan satu alisnya. Ia daritadi hanya diam, dan sudah diancam seperti itu. Entah kenapa ia tidak suka dengan apa yang Bu Nurul katakan padanya. Menurutnya, orang itu harusnya ditegur saat melakukan kesalahan. Namun, kenapa dirinya malah ditegur saat tidak melakukan apa-apa.

Qadaffi seketika terdiam saat menyadari sesuatu, ia menoleh ke belakang. Lalu bertepatan dengan itu Qia sedang menatap dirinya.

"Kenapa kamu liatin aku kayak gitu?! Sana liat kedepan!" ujar Qia.

Tanpa mengatakan apa-apa, Qadaffi kembali menoleh ke depan. Ia baru menyadari, apa ini yang selama ini Qia rasakan? Kalau dipikir-pikir Qia melakukan suatu kenakalan memang bertepatan saat seseorang melarangnya melakukan hal tersebut. Dan saat itu Qia tidak melakukan apa-apa, tapi semua orang sudah melarang dan mengancam adiknya dengan banyak hal. Apa itu yang membuat Qia akhirnya memberontak?

"Bu!" Qadaffi mengangkat tangan.

"Apa?!" tanya Bu Nurul ketus.

Qadaffi kembali memandang tidak suka kepada Bu Nurul. Jika dulu saat sebelum keanehan ini terjadi, Bu Nurul adalah guru favoritnya. Setiap ia mengangkat tangan, Bu Nurul akan menanggapinya dengan nada lembut. Lalu, kenapa saat ia berperan menjadi Qia, Bu Nurul ketus menanggapinya. Apa selama ini Qia diperlakukan seperti ini?

"Kamu mau ngomong apa Qadaffi?! Cepat! Ibu mau lanjutin pelajaran. Nanti gara-gara kamu temen kamu semuanya gak paham materi ini, terutama Abang kamu Qabil. Jadi cepet bicara!"

"Saya mau permisi!" ujar Qadaffi sambil berusaha menahan emosi.

"Tumben? Biasanya kamu main nyelonong pergi aja."

Jika saat ini Qadaffi ditanyai siapa orang yang paling ia benci. Maka ia dengan tegas akan menjawab 'Bu Nurul'. Qadaffi memang tidak pernah memperdulikan sekitar, jadi ia tidak pernah tau jika sang adik sering diperlakukan tidak adil seperti ini.

Tanpa mengatakan apapun, Qadaffi bangkit dari duduknya. Ia melangkah pergi keluar dari kelas. Belum sampai ia di pintu keluar ucapan Bu Nurul menghentikan langkahnya.

"Qadaffi! Ibu belum memberikan izin kamu keluar ya! Gak sopan banget main keluar-keluar aja!"

Qadaffi berbalik, memandang guru yang dulunya sangat ia idolakan. Namun perasaan kagum itu, sudah tergantikan dengan rasa tidak suka yang sangat ketara.

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang