💞 36. -Aku Qabeel- 💞

4.3K 803 405
                                    

36

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

36. Aku Qabeel

Qadaffi berjalan menuruni anak tangga. Di salah satu tangan anak itu terdapat sebuah buku berukuran tebal. Sorot matanya memang meneduhkan, tapi ekspresi wajahnya yang datar membuat orang lain terkadang menganggap Qadaffi anak yang sombong.

Di ruang keluarga sudah ada Qabeel dan Qia yang sedang bermain kejar-kejaran sampai tertawa bersama. Sementara Adan duduk di sofa dengan laptop yang berada di pangkuan pria tersebut.

Qadaffi mengeratkan genggaman pada buku di tangannya. Kemudian ia berjalan mendekat dan duduk di sofa sebrang Adan.

"Udah belajar, Bang?" Adan sedikit terkejut karena Qadaffi tiba-tiba datang tanpa suara.

Qadaffi menatap sang Papi dan langsung mengangguk. Setelahnya ia membuka buku dan mulai membaca. Adan yang melihat itu hanya menggelengkan kepala.

"PAPI!!" Qia datang dan berteriak. "Di lual ada jualan es cendol!! Bagi duit dong, Pi. Qia mau beli."

Qabeel ikut berdiri di sebelah Qia dan menengadahkan tangan pada Adan. "Aku juga, Pi. Siang-siang gini seger banget minum es cendol."

Adan menatap kedua anaknya dengan satu alis terangkat.

"Kalian berdua hari ini udah habis lima puluh ribu ya. Kalau Mami kalian tau, habis Papi."

Qia menggeleng lesu. "Lima libu aja, Papi."

"Enggak."

"Papi lima ribu aja, habis ini kami gak jajan lagi deh." Qabeel ikut membujuk sang Papi.

"Papi bilang enggak, ya tetap enggak."

Qadaffi melihat ekspresi kedua adiknya yang langsung terdiam saat Adan telah mengeluarkan nada tegas. Namun, ia tidak mau ikut campur. Karena menurutnya yang dilakukan sang Papi sudah benar.

Qadaffi seketika teringat sesuatu, ia pun berjalan mendekati Adan. "Pi!"

Adan mendongak. "Kenapa, Bang?"

"Penaku habis."

"Bukannya kamu baru beli pena dua hari yang lalu? Kok tumben udah habis?"

"Dipake Qia," jawab Qadaffi.

Adan berdecak sebal, ia beralih menatap Qia. Anak perempuan yang menjadi tersangka itu hanya memasang wajah polos sambil bersiul-siul.

"Nih." Adan memberi uang sepuluh ribu pada Qadaffi.

Qadaffi menerima uang tersebut dan bergegas pergi setelah mengucapkan salam.

"Abang Papi kasih, kami minta enggak dikasih," protes Qabeel.

"Abang kamu belum ada minta uang daritadi. Lagian itu juga untuk beli pena, bukan jajan." Adan menjawab sambil fokus mengetik di laptopnya.

Mendengar jawaban sang Papi, Qabeel ikut melenggang pergi. Meninggalkan Qia yang sedang mengerjapkan matanya.

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang