💞 17. -Satu Minggu Lagi- 💞

5.8K 738 139
                                    

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. Satu Minggu Lagi

"SIFLAAAA!! OOOH SIFLA!!"

Qia berteriak di depan pagar rumah orang. Bahkan anak itu sekarang sedang memanjat pagar agar bisa memasuki pekarangan rumah tersebut.

"Astagfirullah anak monyet!" Seseorang keluar dari rumah itu dan terkejut karena mendapati Qia sedang memanjat pagar rumahnya. "Turun kamu, Qia!"

Di atas pagar Qia langsung cengengesam dan bergegas melompat menapaki tanah tanpa rasa takut.

"Kamu belajar lompat sama manjat-manjat gitu dari monyet mana?"

Dia adalah Zaky, kakak laki-laki Sifra. Pemuda tampan berusia dua puluh tahun itu sedang berkacak pinggang sambil memandang anak yang baru saja melompati pagar rumahnya.

"Dali monyet tetangga, Bang," ucap Qia menjawab pertanyaan Zaky.

Qia enggak bohong kok. Tetangganya itu selain memelihara ayam, juga memelihara monyet. Dan Qia sering belajar memanjat dari monyet tersebut.

"Owh pantes, sama kelakuannya," ujar Zaky.

"Kayak Abang?"

"Kayak monyet!"

"Belalti Abang monyet?"

Zaky ingin sekali menjambak rambut kepang dua milik Qia sangking kesalnya. Memang hanya orang tidak normal yang bisa bicara baik-baik dengan Qia.

Zaky memang sangat mengenal Qia. Lagian emang siapasih penduduk Silir Garden yang tidak mengenal anak itu? Anak perempuan yang hobinya membuat orang-orang masuk rumah sakit karena darah tinggi yang naik.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Zaky dengan nada tidak santai.

"Qia nyali Sifla," jawab Qia santai.

"Disini gak ada yang namanya Sifla, yang ada cuma Sifra. Kamu mungkin salah rumah, jadi silahkan pergi!" Zaky membalikkan tubuh mungil Qia dan ia dorong-dorong agar keluar dari pekarangan rumahnya.

Qia yang didorong-dorong seperti itu bergegas berjongkok, hingga Zaky hampir saja terjungkal karena tidak tau kalau Qia akan berjongkok.

Zaky memandang kesal Qia yang kini tengah menghadap ke arahnya. "Kamu anak manusia atau anak setan sih?"

"Anak manusia," jawab Qia kalem.

"Terus kenapa kelakuan kamu kayak setan?"

Qia mengetik jari telunjuknya di dagu seolah sedang berpikir. "Mungkin kalena sekalang di dekat Qia ada setan."

"Kalau aja bunuh orang gak berdosa, kamu mungkin udah gak hidup lagi, Qi."

"Gak hidup belalti mati, 'kan, Bang?"

Habis sudah kesabaran Zaky. "Ya kamu pikir gak hidup itu apa? Pingsan? Ya matilah."

Qia langsung memasang mimik sedih. "Ya Qia pikil gak hidup itu sama kayak meninggal. Lupanya mati. Belalti Qia selama ini salah."

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang