💞 64. -RECALCITRANT- 💞

4.1K 682 482
                                    

64

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

64. RECALCITRANT

H-27

Jika kalian mengira Qia berhasil puasa semalam, maka kalian salah. Qia kembali gagal hanya karena alasan yang tak masuk akal.

"Qia endak salah. Olang Abang cendolnya kok yang kasih Qia cendol."

"Tapi kamu ngasih uang, kan?"

"Iya, Papi. Tapi, 'kan Qia cuma ngasih uang, kenapa Abang itu ngasih Qia cendol. Ya Qia telimahlah. Masak lezeki ditolak."

Qia menoleh saat ada yang sedang menatap intens ke arahnya. "Kenapa Papi liatin Qia kayak gitu?"

"Gapapa!" Adan langsung menyantap makanan sahurnya yang telah disajikan sang istri.

Hari ini keluarga dengan nama belakang Anindito itu sedang sarapan sahur di hari ke-4 puasa Ramadhan. Yang saat ini puasanya masih terjaga dengan baik hanya Qadaffi dan Adan. Cinta karena kondisi kandungannya yang kata dokter tidak terlalu kuat, akhirnya ia tidak diperbolehkan berpuasa. Kalau Qabeel hanya bolong 1 hari, itupun gara-gara ketidaksengajaan yang malah dilanjutkan. Sementara Qia, ia sama sekali belum ada yang gol satu haripun.

"Papi pasti mau lemehin Qia kalena Qia belum ada gol satupun kan? Papi takut Qia hali ini batal lagi puasanya!" todong Qia. "Papi gak usah khawatil, hali ini Qia akan puasa sampe azan maglib."

Adan memberi sebuah senyuman. Entah mengapa ia sangat bangga melihat semangat yang ditunjukkan putrinya itu. Padahal Adan dan Cinta tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk berpuasa full. Namun, itu karena keinginan dan niat mereka sendiri.

"Papi percaya sama kamu." Senyuman dari sang Papi langsung menular pada Qia.

"Qia akan makan sama minum yang banyak, Pi! Bial kuat puasanya," ujar Qia dengan semangat yang membara.

"Tapi Qia, sayang. Mau sebanyak apapun kamu makan sama minum. Di siang hari, kamu tetap akan lapar sama haus," ujar Cinta mengambil alih pembicaraan. Walaupun ia tidak berpuasa, tapi ia ingin menemani keluarganya sahur. "Yang jadi patokan bukan berapa banyak kamu makan atau minum saat sahur, tapi semua itu tergantung niat. Kalau kamu niat, pasti kamu kuat."

Qia mengetuk-ngetuk keningnya dengan sendok. Aksi Qia menjadi pusat atensi keluarganya. Beberapa dari mereka ada yang menggelengkan kepala dan ada juga yang tersenyun samar.

"Nanti ikut Papi yuk salat subuh di masjid!"

"Sekalang, Pi?" tanya Qia.

"Nanti, Qia! Kan tadi Papi bilang nanti," jawab Adan greget sendiri. "Sekarang kita sahur dulu."

Qia merengut, tapi tetap memasukkan banyak lauk pauk di atas piringnya. Bahkan mungkin lima jenis makanan di atas meja sudah semua berada di piring Qia. Namun, nasi yang ia ambil hanya satu sendok.

"Qi, itu namanya kamu bukan makan nasi pake lauk, tapi makan lauk pake nasi," ujar Adan.

"Papi plotes telus!" ujar Qia masih memasang wajah kesal.

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang