💞 23. -Beneran Hilang?- 💞

5K 722 164
                                    

💞HAPPY READING💞

💞HAPPY READING💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. Beneran Hilang?

Meminta izin.

Dua kata itu memang kedengarannya sepele. Namun, bisa berdampak besar jika tidak dilakukan. Percaya tidak percaya izin dari orang tua saat sangatlah penting. Karena itu dari kecil Adan selalu mengajarkan anak-anaknya agar meminta izin jika ingin berpergian kemanapun.

Akan tetapi, hari ini ketiga anak itu tidak ada yang meminta izin jika mau ke warung. Qadaffi bilang, kedua adiknya sudah pulang duluan. Sampai sekarang, hingga pukul sembilan malam Qabeel dan Qia belum kembali ke rumah.

"Assalamualaikum." Adan memasuki rumahnya dengan langkah lesu.

Di rumahnya sudah ada tetangga yang menenangkan Cinta agar berhenti menangis. Para tetangga, ralat, lebih tepatnya hampir semua penduduk yang tinggal di perumahan Silir Garden membantu mencari keberadaan Qabeel dan Qia. Namun, hingga sekarang ketiga anak itu belum juga ditemukan.

"Mas, kamu udah nemuin Qabil sama Qia, 'kan? Dimana mereka?" Cinta langsung mencerca suaminya dengan pertanyaaan. Wanita itu melongok ke belakang Adan, dan tidak menemukan keberadaan kedua anaknya. Hanya ada tetangga yang membantu proses pencarian.

"Mereka belum ketemu," jawab Adan lirih.

Tangisan Cinta semakin histeris. Ia memukul-mukul dada Adan. Nafasnya juga kian menyesak. "Mas! Cari mereka sampai ketemu."

Adan menggenggam tangan istrinya. "Mas akan cari mereka sampai ketemu, sayang. Mas janji!" Pria itu lalu menangkup wajah istrinya dan menghapus air mata yang sudah membanjiri wajah wanitanya.

Para tetangga menatap prihatin pasutri tersebut. Walaupun Qabeel dan Qia sering membuat ulah, tapi tidak menampik mereka disayangi banyak orang. Banyak hal konyol yang sering dilakukan anak bapak Adan dan Ibu Cinta itu hingga membuat gelak tawa orang yang melihatnya.

Di pojok ruangan, terdapat seorang anak laki-laki yang menatap sendu kedua orang tuanya. Ia mengepalkan tangan, matanya juga kian menajam. Ia merasa tidak becus menjaga kedua adiknya.

"Semua ini salah aku."

****

Langit menggelap, bahkan bintang dan bulan tiada ingin memunculkan diri demi menghidupkan gelap gulita yang menyelimuti awan. Sapuan angin malam tiada bisa menghentikan langkah Qadaffi.

Jika biasa ia disuruh mencari keberadaan kedua adiknya pasti selalu mengerutu, tapi tidak kali ini.

"Qabil! Qia!"

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang