[FOLLOW PENULISNYA! JIKA SUKA KARYANYA]
Sekuel: Galak Kamu, Mas!
(HUMOR)
Saudara itu, kalau gak rebutan makanan, ya rebutan mainan. Bertengkar, sepertinya sudah menjadi hobi yang mendarah daging. Benar bukan?
Seperti halnya tiga saudara kembar ini...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
72. NAIVE
H-6
Jika kebanyakan anak akan berbelanja kebutuhan lebaran bersama sang Ibu, maka berbeda dengan triplets. Ketiga anak kembar itu membeli kebutuhan untuk lebaran yang akan jatuh sekitaran satu minggu lagi bersama sang Papi.
Bukannya mendapat barang yang ingin dibeli, mereka malah lebih sering berdebat. Sudah hampir tiga jam mengeliling mall, tapi belum membeli satu barangpun.
Qadaffi yang melihat pertengkaran di depan matanya dan belum berakhir memilih untuk pergi. Ia akan berbelanja sendiri. Daripada berbelanja bersama sang Papi, bukannya membeli malah berdebat.
Anak dengan stelan kaus hitam dan dipadukan jeans jelas membuat Qadaffi nampak bergaya. Qadaffi tidak pernah yang namanya mengenakan pakaian mewah, ia jelas lebih suka pakaian simple, asal nyaman dipakai.
Qadaffi menghentikan langkahnya di depan toko baju. Di depan pintu toko tersebut dipajang sebuah mannequin yang sedang mengenakan gaun Cinderella.
"Dapi, aku pengen deh beli baju Cinderella. Siapa tau kalau aku jadi Cinderella, bisa ketemu Ibu Peri. Jadi aku gak perlu ngerepotin Papi lagi."
Jika Qia adalah penggemar Plankton, maka Sifra adalah penggemar Cinderella. Qadaffi ingat sekali jika Sifra hampir setiap hari membicarakan tentang Cinderella pada Qia. Bahkan saat itu Qadaffi pernah ingin tertawa melihat Qia yang sudah sangat kebosanan mendengarkan cerita Sifra. Karena Sifra selalu menceritakan cerita yang sama setiap harinya.
"Cinderella," gumam Qadaffi.
Sementara di tempat lain, ada tiga orang yang masih memperdebatkan hal yang sama.
"Jadi kamu maunya baju apa?" Adan akhirnya menyerah dan menyuruh Qia memilih sendiri.
"Qia mau pake baju spidelmen."
"Mana ada orang lebaran pake baju spiderman!!" Adan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Berusaha menahan emosinya yang siap meledak kapan saja.
Qia mengangguk, ia mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari seolah tengah berpfikir.
"Yaudah kalau gitu baju ultlamen?"
"Gak!" jawab Adan langsung.
"Powel lenjes?"
"Enggak!"
"Betmen?"
"Gak, Qia."
"Ilonmen?"
"Astagfirullah!!" Adan mengacak-acak rambutnya frustasi. "Qia, bisa milih baju lebih normalan dikit gak? Gamis nih gamis banyak. Kamu tinggal milih, mau sepuluh, sebelas, atau seratus nanti Papi bayarin. Asal bajunya normal."