💞 35. -Sebuah Perbandingan- 💞

4.6K 756 450
                                    

35

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

35. Sebuah Perbandingan

Qabeel berulang kali menghela nafas. Karena sejak tadi ia tidak melakukan apapun selain berdiri di depan kelas sambil mengangkat satu kaki. Belum lagi dari meja barisan depan Qia berulang kali meledeknya.

"Qia berhenti melet-melet! Ibu potong nanti lidah kamu!"

Qia berhenti meledek Qabeel saat Bu Nurul menegurnya. Namun, ia tidak berhenti tertawa saat melihat wajah frustasi sang Abang di depan sana.

"Qia kamu jangan bangga karena gak dihukum. Kamu tadi nyontek aku ya," ujar Sifra saat melihat Qia tak henti-henti meledek Qabeel.

Qia lalu menoleh pada Sifra. "Ya Qia halus bangga dong. Kalena Qia udah sempet nyontek, jadi gak pelu dihukum kayak Bang Abil."

"Lagian aku heran deh, kalian, 'kan punya Abang pinter, kok gak nyontek Qadaffi aja." Sepersekian detik setelah Sifra mengucapkan itu, kepalanya langsung digetok Qadaffi dari belakang menggunakan kotak pensil.

"Sakit." Sifra menatap kesal ke arah Qadaffi.

Sementara yang dimarahi malah tambah menatap tajam ke arahnya. Qadaffi marah karena berani sekali Sifra mengajari Qia menyontek padanya.

"Abang itu pelit." Qia ikut menoleh pada Qadaffi. "Masak cuma nyontek gak boleh. Qia padahal nulis sendiri, bukan minta dituliskan."

Qadaffi menatap dua anak perempuan itu. Kemudian tanpa mengucapkan apapun, ia memegang kepala Sifra dan Qia, lalu mengarahkannya ke depan. "Kalian berisik."

Di depan kelas nampak Bu Nurul yang sedang mengintrogasi Qabeel.

"Kamu kenapa gak ngerjain PR, Qabil?"

"Lupa, Bu," jawab Qabeel.

"Gak ada alasan lain? Bosan Ibu dengar jawaban kamu lupa lupa lupa terus."

"Tulah." Qia ikut-ikutan berbicara. "Qia pun bosan dengelnya. Lupa telus alasan Bang Abil. Cali alasan yang kelen dong, Bang. Kayak ketelen gitu bukunya."

"Qia." Bu Nurul menatap Qia dan memberi kode agar Qia tidak ikut campur.

"Qabil, apa perlu ibu panggil Papi kamu ke sekolah?"

Qabeel langsung melotot. "Jangan, Bu!!"

"Kenapa?"

Qabeel tidak menjawab dan hanya menunduk sambil melihat kakinya yang terbalut kaus kaki berwarna putih.

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang