💞 43 -Ada Luka Disetiap Cerita- 💞

4.2K 663 307
                                    

Hai, masih stay sama TRIPLE-Q?

Aku mau survey, dan ini penting banget. Jadi bisa dong kalian luangin sepuluh detik aja buat jawab soal ini.

"Kamu anak keberapa dari berapa saudara?"

Makasih jika berkenan menjawab😗

💞HAPPY READING💞

💞HAPPY READING💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

43. Ada Luka Disetiap Cerita

"Sole-sole, jalan-jalan!"

"Cakep!"

"Qia gak lagi pantun!"

"Owh kirain," ucap Sifra sambil tertawa.

Sifra dan Qia pun memasuki halaman sebuah rumah kosong. Gerbangnya memang dikunci, tapi dua bocil tersebut tidak kehilangan akal. Tentu saja mereka memanjat. Lalu keduanya juga memanjat pohon mangga, dan duduk di dahan pohon tersebut.

"Qia aku boleh nanya?" tanya Sifra pada Qia yang mulai memetik mangga.

"Dua libu."

"Serius!"

"Qia juga selius, satu peltanyaan dua libu."

Sifra memeletkan lidahnya dan ikut berdiri di dahan pohon lalu memetik sebuah mangga yang dirasa sudah matang. Lalu kembali duduk di sebelah Qia.

"Mau nanya apa?" Qia menggigit ujung kulit mangga dan ia kelupas kulit mangga tersebut.

"Gak jadi!"

"Ya udah, Qia gak melasa dilugikan."

Keduanya asik memakan mangga, tanpa perduli rumor yang katanya pohon tsrsebut angker. Lagian mereka sudah langganan mengambil mangga di pohon itu. Jadi mungkin tidak masalah.

"Dapi sama Qabil lagi berantem ya, Qi?"

"Entah."

"Soalnya di kelas Qadaffi gak ada ngobrol bareng Qabil."

"Emang Bang Dapi pernah ngomong?"

Sifra melirik Qia yang masih santai memakan mangga. "Ya pernah lah. Enggak sering sih, tapi kan pernah. Gak kayak tadi."

"Sifla jangan sok tau deh!"

"Aku lagi gak sok tau, tapi----"

"Stop!" Qia menodongkan kelima jarinya. "Qia gak mau dengel Sifla ngomongin Abang-Abang Qia di atas meleka."

"Kok di atas? Di belakang dong!"

"Kan kita lagi di atas pohon, itu belalti Sifla lagi ngomongin di atas meleka, bukan di belakang meleka."

Sifra berusaha mencerna otaknya. Kenapa ia jadi bingung sendiri? Ngomong sama Qia emang gak pernah betul.

Qia menoleh pada Sifra yang tidak lagi berbicara. Biasanya jika mereka berdua seperti ini pasti ada saja yang dibicarakan. Namun, hari ini Qia sedang mode malas. Jadi apa-apa malas. Untung aja dia gak malas bernafas.

"Sifla! Kamu gak pelnah lindu sama Mami kamu?

"Sering," jawab Sifra agak memaksa.

"Kamu kalau beldoa minta apa sama Allah?" tanya Qia lagi.

"Minta kembalikan Mami."

Qia langsung terdiam. Qia memang tidak pernah tau penyebab Mami temannya itu meninggal karena Sifra lumayan tertutup soal keluarga. Yang Qia tau, Sifra hanya tinggal bersama Bang Zaky. Tentang Papi Sifra, Qia tidak berani bertanya. Karena temannya itu bisa marah jika Qia menanyakan hal tersebut.

Senja yang menghiasi langit hari ini penuh kesepian dan kesunyian. Angin sore yang meniup dedaunan tak mengusik pikiran keduanya.

"Aku iri deh sama kamu, Qi," ujar Sifra.

"Kenapa?"

"Kamu punya orang tua yang lengkap, terus kamu juga punya dua abang yang sayang banget sama kamu."

"Sifla, 'kan juga punya Abang?"

Sifra menggelengkan kepala. "Sekarang Bang Zaky lebih perduli sama pacarnya. Aku belakangan ini selalu ditinggal sendirian di rumah."

Sifra biasanya di rumah tinggal bertiga, yang satu adalah pembantu di rumah tersebut dan mengurus segala keperluan Sifra. Zaky yang notabenya Abang Sifra pun belakangan ini jarang pulang ke rumah.

"Aku takut." Sifra memandang kakinya yang menjuntai. "Aku takut sendirian. Nanti kalau Bang Zaky nikah, aku sama siapa?"

Qia memandang sahabatnya yang sedang berusaha menahan tangis. Qia tau kok, nahan tangis itu sama sekali gak enak.

"Sifla, 'kan masih punya Qia. Qia akan selalu nemenin Sifla kok."

Sifra mengangguk sambil tersenyum. Ia, dirinya masih punya Qia. Semenyebalkan apapun Qia, hanya Qialah sahabat terbaiknya.

"Kamu gak mau jujur?" tanya Sifra.

"Jujul apa?"

"Soal itu?"

Qia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dirinya sedang menimbang apa yang dikatakan Sifra.

"Qia takut, kalau Qia jujul. Mami sama Papi akan malah."

"Tapi kalau kamu gak jujur, tante Cinta sama om Adan gak akan tau."

****

Qia berjalan sendirian melewati jalanan komplek. Senja jingga yang harusnya hadir terganti oleh awan biru yang mengiasi langit sore. Sepertinya akan turun hujan malam ini.

Sebuah mobil melintas dan berhenti di sebelah Qia. Kaca mobil itupun terbuka.

"Hallo Qia!"

"Om Kino? Tante Kesya?"

****

Papay👋

Kamis, 17 Februari 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamis, 17 Februari 2022

Salam sayang,
MegyAmelya

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang