💞 13. -Pelaku Sebenarnya- 💞

6.3K 848 168
                                    

💞HAPPY READING💞

💞HAPPY READING💞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13. Pelaku Sebenarnya

"Gimana ceritanya pena bisa masuk ke dalam sup?" gumam Cinta.

"Kamu gak sengaja masukkan kali," sahut Adan.

Saat ini, pasutri tersebut sedang bertugas mencuci piring. Adan bagian menyabuni, dan Cinta yang membilasnya.

"Cinta yakin deh gak ada masukkin pena." Wanita itu masih kekeh dengan pernyataannya.

"Yaudah lupain aja!"

Cinta langsung menoleh cepat ke arah Adan. "Ya gak bisa gitu dong, Mas! Cinta harus nemuin orang yang sembarangan masukkin pena ke dalam sup yang Cinta buat."

Cinta lalu menyusun piring yang telah ia bilas ke rak. Kini hanya tinggal gelas dan cangkir yang belum dicuci.

"Biar Cinta aja yang nyuci. Sana Mas balik aja ke kantor!!" ucapnya sambil mengambil alih tugas sang suami.

"Kamu kok kayak gak senang gitu liat suaminya di rumah," sahut Adan dengan nada kesal. Ia pun mencuci tangannya yang penuh dengan busa pada air kran.

"Papi ambekan kayak dora," ujar Qabeel yang tiba-tiba datang dan duduk di atas meja.

"Turun kamu, Bil! Jangan biasakan duduk di atas meja," tegur Adan.

Qabeel dengan cepat langsung turun dari meja, dan menarik kursi, kemudian duduk di sana.

"Pi, besok kalau udah besar, aku mau punya istri kayak Mami."

Adan mendelik kesal, dan melempar sebuah jeruk yang langsung ditangkap Qabeel.

"Mami kamu itu cuma satu di dunia, dan udah sold out. Jadi, gak akan pernah ada perempuan kayak Mami kamu lagi." Adan kembali mengambil sebuah jeruk dari kulkas, karena jeruk yang tadi ia pegang telah dimakan sang putra.

"Yaudah, Mami nikah sama aku aja, yuk!!"

"HE!!" Kali ini bukan jeruk yang terlempar, melainkan toples berisi kerupuk. Ternyata Qabeel berhasil mengelak.

Toples yang melayang itu kini telah jatuh membentur lantai. Isinya yang hanya tinggal dua, langsung berceceran di lantai.

"MAS!!" Cinta memukul bahu sang suami hingga Adan tersedak sari jeruk yang telah ia makan.

"Itu anak kamu ngomong ngelantur banget," sahut Adan.

Sementara yang jadi bahan pembicaraan nampak santai memakan jeruk di tangannya.

Tak lama Qia memasuki dapur dan melihat kerupuk tergeletak di lantai.

"Alambulilah, sebelum lima menit." Qia mengambil dua kerupuk tersebut dan langsung ia masukkan ke dalam mulut.

"Jangan dimakan, sayang!" Adan mendekati Qia dan mengambil toples yang masih berada di lantai.

"Kan belum lima menit, Papi," jawab Qia.

"Siapa yang bilang makanan jatuh boleh dimakan sebelum lima menit?"

"Papi."

Seketika itu Adan langsung mengatupkan bibirnya. Mencoba mengingat-ingat, kapan ia pernah mengatakan itu?

"Qia itu udah ada bakterinya," ujar Cinta.

Qia membulatkan matanya. "Masak iya, Mi?" Anak itu mencoba menerawang kerupuk yang ia pegang. "Gak ada kok."

Adan menarik hidung Qia. "Ya gak bisa diliat pake mata, Qia."

"Jadi pake apa, Pi?"

"Pake dengkul!"

Dengan polosnya, Qia mendekatkan kerupuk tersebut ke depan dengkul. "Dengkul Qia gak bisa liat, Papi. Emang dengkul punya mata ya?"

"Minjam mata kaki," jawab Adan kesal. Ia lalu berbalik badan dan menaruh kembali toples ke tempat semula.

Qabeel sendiri masih duduk santai sambil memakan jeruk.

Cinta menggendong Qia, dan mendudukannya di kursi. "Abang mana, Qi?"

"Abang yang mana, Mi? Kalau Abang Abil lagi makan jeluk di sini."

"Dapi."

"Ohhhhhh, Abang Api lagi lagi nangisin penanya yang tadi masuk ke dalam sup."

"Siapa itu Bang Api?" tanya Qabeel.

"Bang Api ya Bang Dapi. Qia kasih nama balu. Bial kayak kembal benelan. Api sama Abil," jawab Qia sambil merebut jeruk di tangan Qabeel.

"Terus kenapa cuma kamu yang beda?" Adan duduk di sebelah Qia dan mencomot jeruk yang dipegang anak itu.

Qia menggaruk rambutnya. "Iya ya? Kok cuma Qia yang beda? Masak iya bial kembal juga panggilan Qia belubah jadi Aqia?"

"Aqia," gumam Adan sambil terkekeh. "Qiandra... hmm gimana kalau nama panggilan kamu sekarang Andra?"

"Enggak! Itu nama cowok," protes Cinta.

Adan menggerutu. "Lagian anak kamu ini jelmaan cowok tau."

Adan kemudian merapikan rambut Qia yang berantakan. "Kamu tadi bilang Dapi lagi nangis? Setau Papi Abangmu itu gak pernah nangis."

"Belalti waktu bayi Bang Api gak nangis?"

Adan terdiam. Apakah ia salah bicara?

"Enggak! Abang kamu pas bayi enggak nangis, langsung minta pena satu kotak."

Adan lalu bangkit dari duduknya dan langsung melenggang pergi keluar dari dapur.

Ia berpapasan dengan Qadaffi.

"Dari mana, Bang?"

Qadaffi menoleh ke arah sang Papi. "Warung, Pi." Ia kemudian langsung memasuki kamasan dapur.

"Mami jangan masak pena Abang lagi." Samar-samar Adan mendengar ucapan Qadaffi yang sepertinya sedang bicara dengan Cinta.

Adan kemudian tertawa, kini ia ingat kejadian sebenarnya. Tadi ia menemukan pena tergeletak di pintu, ia pun memainkan pena tersebut di tangan. Saat sampai di dapur, Adan melatih skill melemparnya. Ia mencoba melempar pena ke dalam panci yang terletak di atas kompor. Pria tersebut juga tidak tau isi di dalam panci tersebut.

Ternyata lemparannya masuk, dan ia lupa mengambil pena itu karena ponselnya berdering.

Ternyata Adan pelakunya.

****

See you❤

Minggu, 29 Agustus 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu, 29 Agustus 2021

Salam sayang,
MegyAmelya

TRIPLE-QTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang