📌 Chapter 4: Airin itu ...

330 16 1
                                    

"Ceritanya singkat, tetapi melekat."

•••

"Mustahil." Ucapan terakhir Jesika tadi malam membuat Chyra bertanya-tanya. Sebenarnya apa maksud dari perkataan ibunya itu. Bukankah selama ini Nathan Jesika terlihat amat bahagia, bahkan Chyra sendiri yang menyuruh mereka berdua menikah. Akan tetapi, mengapa Chyra merasa ada yang tidak beres dari hubungan keduanya?

Chyra menarik napas panjang. Ah, dia terlalu lelah memikirkan semua masalah yang menimpa hidupnya. Hari Minggu ini seharusnya dilalui dengan indah, damai, tentram, bukan suasana menyedihkan seperti sekarang ini. Baru bangun tidur saja pikirannya sudah melayang kemana-mana.

Lagi-lagi Chyra berdecak ketika melihat baterai ponselnya lowbat. Astaga, kesialan macam apa yang dia dapatkan di pagi hari yang cerah ini, tapi tunggu dulu ... pagi?

Chyra mengerutkan keningnya dalam-dalam. Sepertinya dia melupakan sesuatu. Setelah beberapa menit tidak mengingat satu pun, Chyra memutuskan untuk melupakannya saja. Lagian tidak penting juga.

Dengan langkah berat, Chyra bangkit dari tidur santainya untuk mengecas ponsel. Waktunya untuk men-scroll tiktok jadi berkurang karena kelalaiannya tadi malam. Niatnya, sih, mau mencari akun instagram seseorang yang beberapa hari ini selalu memenuhi kepalanya. Chyra ingat, dia bertemu dengan seorang cowok melalui anonymous chat di telegram. Cowok itu berhasil membuat Chyra baper dan tidak berhenti memikirkannya.

Akan tetapi, keinginan Chyra untuk mencari instagram cowok itu tidak terlaksana. Chyra malah bablas membuka telegram dan menonton drakor Squid Game hingga baterai ponselnya habis. Sudah itu, lupa di cas pula.

Chyra juga baru ingat jika ia tidur pukul 3 pagi, bahkan lupa untuk sholat subuh. Astaga, jika Nathan dan Jesika mengetahui hal ini, mungkin fasilitas Wi-Fi di rumah ini bisa dicabut oleh mereka berdua. Chyra mana mau membiarkan hal itu terjadi.

Ketika baru saja akan bangkit, gadis itu merasa matanya berkunang-kunang, penglihatannya menjadi tidak jelas, sementara tubuhnya terasa lemas seakan tidak memiliki tulang. Dia langsung kembali merebahkan diri di tempat tidur.

Chyra sedikit menyesal karena begadang semalam. Stop kontak yang berada satu meter di depan terasa berkilo-kilo meter jauhnya. Chyra merasakan matanya memberat. Sebelum terpejam kembali, Chyra sempat melirik jam yang berada di dinding kamarnya. Masih pukul 10 pagi, masih terlalu awal untuk bangun. Ah, biarkan saja ponselnya tidak terisi penuh asalkan dia tidak beranjak dari kasur empuknya.

Chyra kembali lagi dengan drama klasiknya. Gadis itu memang suka melebihkan sesuatu. Hiperbola. Apa pun yang menyangkut dengan hari libur apa lagi hari Minggu, gadis itu akan menjadi gadis pemalas. Biasanya Chyra akan mengurung dirinya di kamar seharian, tanpa makan ataupun minum kecuali ada seseorang yang yang berbaik hati mengantarnya.

***


"Assalamualaikum, Radit main, yuk!" Airin dengan cengiran lebarnya langsung masuk ke rumah keluarga Permana.

"Waalaikumsalam," jawab Nathan kompak dengan istrinya. Mereka baru saja akan memulai sarapan.

"Masuk, Rin," ujar Nathan sarkas, padahal ia jelas sudah tahu gadis itu duduk di hadapannya dengan membawa sebuah barang besar yang Nathan tak tau apa isinya-yang pasti itu barang itu tidaklah menyenangkan.

"Airin bawa kelinci buat Radit," ujarnya dengan senyum mengambang sempurna. Dengan mata sipitnya, gadis itu tampak begitu menggemaskan, tapi tidak dengan tingkahnya.

Jesika saling pandang dengan Nathan. Mereka melirik penuh khawatir hewan yang sedang Airin bawa. Untung saja kelinci itu masih di dalam kandang. Akan tetapi, astaga! Bagaimana bIsa Airin membawa kelinci sebesar itu? Jesika sampai takjub dibuatnya. Kelinci itu memanglah imut, bahkan sangat imut, sayang sekali Radit ...

The Way I Hate You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang