Masih dengan kebingungannya, Chyra berjalan dengan linglung mengikuti jalan yang diarahkan oleh Rindu. Bak de javu, semua dalam mimpinya seperti diulang kembali. Ruangan yang sama persis, orang-orang yang lalu lalang seakan memberikan pertanda bahwa mimpi yang dia alami nyata adanya. Chyra memegang dadanya yang terasa sesak. Jantungnya berdetak dua kali lipat saat tiba di ruangan Melati nomor 12.Gadis itu menoleh kanan dan kiri untuk memastikan keberadaan kedua orang tuanya, Radit, serta Samudra yang berada di dalam ruangan. Namun, hasil yang dia dapatkan nihil. Tak ada siapa pun di sini selain dia dan juga Rindu. Bahkan saat Rindu membukakan pintu ruangan Cean, tidak ada Samudra di sana. Hanya ada cowok itu yang menyambut Chyra dengan senyuman hangatnya. Dia langsung bangkit dari berbaringnya hingga membuat Rindu panik sendiri. Rindu langsung menghampiri Cean lalu menyuruh cowok itu untuk berbaring kembali.
Jika tadi yang Chyra lihat adalah tubuh Ceano yang sudah terbujur kaku, kini pria itu masih dapat tertawa saat Rindu memarahinya. Chyra heran sejak kapan mereka berdua jadi dekat? Apa yang sudah dia lewatkan selama ini?
Cean menoleh kea rah Chyra dengan tatapan teduhnya. Saat itu pula Chyra menyadari bahwa ada yang berbeda dari senyumannya. Tubuh yang kian kurus serta rambutnya yang menipis membuat Chyra tersadar bahwa Rindu tidak pernah berbohong padanya. "Anzel, ayo ke sini." Panggilan itu, panggilan yang sudah lama tidak Chyra dengar. Sebuah panggilan dari seseorang yang gadis itu kira tidak akan dia temui lagi,
Sejak panggilan itu terucap, Chyra merasa ada yang menancap di dadanya. Rindu yang sadar akan kecanggungan di antara mereka berdua langsung menarik lengan Chyra agar mendekat ke arah Cean. Barulah setelah itu dia bergegas keluar ruangan meninggalkan mereka berdua untuk leluasa berbicara.
"Apa kabar?" tanyanya dengan suara yang begitu menenangkan. Chyra meneguk ludahnya kasar. Khawatir bahwa yang sedang dia rasakan sekarang hanyalah mimpi.
"Baik," jawabnya sembari memperbaiki tatanan rambutnya. Merasa canggung atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan. "Kamu gimana?" tanyanya balik, berusaha untuk memperbaiki kecanggungan yang ada.
"Enggak baik," balas pria itu teramat jujur. Dari sisi mana pun orang akan tahu jika kondisi Cean saat ini sangatlah buruk. Selang-selang yang menempel di tubuhnya. Suara monitor yang terus berdetak kencang.Pertanyaan Chyra tadi seakan hanya menjadi formalitas agar Cean tidak kelihatan bertanya sendiri.
"Kenapa enggak bilang dari awal, Cean?" Chyra membuka pembicaraan yang sejak dulu ingin dia utarakan.
"Ara enggak kangen aku?" tanyanya balik. Berusaha untuk mengalihkan perhatian Chyra.
Dadanya merasa sesak saat Cean bertanya hal itu. Membuang rasa gengsi yang ada dalam dirinya Chyra nekat untuk memeluk Cean yang kondisinya masih lemas. "Maafin aku, Cean. Maaf karena enggak dengerin penjelasan kamu lebih dulu."
Cean tersenyum hingga wajahnya mengembang sempurna. Dia membalas pelukan Chyra dengan tangan kanannya yang masih teripasang infus. Cowok itu menepuk pelan bahu Chyra kala dirasa bahunya basah karena tangisan gadis itu. Cean sebenarnya tidak mampu lagi untuk bangkit, tetapi karena kehadiran Chyra sekarang ini membuat hatinya terasa lega.
"Maafin aku, Cean. Maaf ..." Chyra mengelap pipinya yang basah oleh air mata.
Tanpa menjawab apa pun, cowok itu melebarkan tangannya meminta gadis itu memeluknya sekali lagi. "Enggak apa-apa," ujarnya dengan suara yang lembut. "Makasih, ya, udah mau di sini."
Gadis itu mengangguk. Mungkin yang dikatakan Rindu memang benar bahwa dia adalah seseorang yang sangat keras kepala. Jika tadi Rindu tak memaksanya, mungkin dia masih terjebak dengan perasaannya sendiri.
"Kita bukan ketemu untuk yang terakhir kalinya, 'kan?"
Baru saja Chyra bertanya demikian ruangan di sekitar mereka perlahan berubah menjadi putih. Cean yang tadinya mengenakan baju rumah sakit berwarna biru kini berganti memakai baju yang seirama dengan ruangan ini. Tak ada lagi selang yang menempel pada tubuhnya. Chyra mengucek matanya berulang kali untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. Yang terlihat sekarang tampak bukan di dunia nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...