"Terkadang aku bisa lemah hanya karena melihat senyumanmu."
•11 November 2022•
***
"Aku cuman mau kamu inget aku."Gadis itu terlihat menarik napas berulang untuk menetralkan detak jantungnya yang memburu. Perkataan itu membuatnya de javu akan kejadian yang tidak ia ingat lagi kapan dan di mana. Akan tetapi, mengapa rasanya seperti tidak asing. Saat kedua netra yang tertutup kacamata itu menampilkan raut nelangsa, mengapa Chyra merasa ada yang hilang? Mengapa ia harus merasa terikat kepada pria aneh yang sama sekali tidak pernah ia kenali?
Chyra masih berdiri di tempatnya setelah pengusiran terhadap Cean tadi. Perlahan, setetes air mata mengalir di pipinya. Chyra benci perasaan ini. Perasaan dimana ia menyesal terhadap apa yang barusan dia lakukan. Bukan maksudnya seperti itu, dia hanya tidak terbiasa ketika seseorang memberikan perhatian lebih padanya. Karena sesungguhnya Chyra sangat takut dikecewakan. Dia tak mau dikasihani. Dia juga tak mau yang namanya merasakan patah hati untuk yang kesekian kali.
Jam pelajaran terakhir berbunyi 10 menit yang lalu, tetapi Chyra sama sekali tidak berniat untuk kembali ke kelas. Gadis itu malah berjalan dengan santai menuruni tangga, menuju gerbang yang sama sekali tidak dijaga oleh satpam. Chyra lewat dengan santainya dan masuk ke dalam taxi yang beberapa menit lalu ia pesan.
Biarlah untuk kali ini dia melepas lelah untuk sejenak. Toh guru-guru juga sudah paham dengan tingkahnya selama ini. Lagipula, selagi nilainya tidak turun, tidak ada yang perlu dikawatirkan.
***
Radit mengerutkan keningnya ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Anak itu langsung mengintip dari jendela dan merasa aneh ketika yang berhenti tadi adalah sebuah taxi. Dia sangat hapal jika jam segini bukan waktunya Chyra pulang dari sekolah.
Hari ini Radit tidak pergi ke sekolah karena suhu tubuhnya tiba-tiba meningkat dan mengharuskannya untuk istirahat dari rumah, tetapi anak itu tidak mendengarkan anjuran dari dokter dan malah menghabiskan waktunya untuk melukis.
Ibunya pasti sedang ada di kamar sehingga tidak menyadari jika sedari tadi bel berbunyi. Sebelum membukakan pintu, Radit terlebih dahulu membersihkan tangannya yang kotor sehabis melukis.
Dengan sedikit tergesa, Radit memutar kenop dan terkejut ketika melihat kakaknya berdiri di hadapannya dengan kondisi yang tidak bisa dibilang baik. Wajahnya memerah seperti habis menangis.
"Lama banget, sih, lo bukainnya!"
"Maaf."
"Lo itu cuman bisu bukan tuli, harusnya bisa ngerti." Radit memeluk pinggang Chyra dengan erat bahkan di saat kakaknya itu tengah mencacinya. Dia paham jika sekarang Chyra sedang tidak baik-baik saja.
Namun, bukannya menerima pelukan Radit, Chyra malah mendorongnya hingga jatuh ke lantai dengan keras. "Gue benci banget sama lo asal lo tau!" bentak Chyra.
"Kakak bisa marah ke aku sepuasnya kalau itu buat Kakak jadi lebih tenang."
Chyra tersenyum miring ketika isyarat itu dapat terbaca olehnya. Sebenarnya masih banyak yang ingin dia lampiaskan pada anak itu, tetapi mengingat jika di dalam rumah ini tidak hanya ada dia dan Radit, Chyra memutuskan niatnya dan menjauh dan menenangkan amarahnya yang menggebu-gebu.
Akan tetapi, sebelum pergi Chyra sempat mengingatkan suatu hal pada Radit. "Jangan pernah muncul lagi di hadapan gue atau lo bakalan nyesel nanti!" Kamu enggak boleh terluka sama emosi Kakak yang cuma sesaat ini, Dek.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...