"Hai, Ra. Apa kabar?" Fajar a.k.a mantan kapten basket SMA Pelita merangkul Chyra dengan mesra di tengah lapangan.
Chyra langsung mengempaskan lengan Fajar lalu memelintirnya dengan kuat. "Enggak usah sok akrab!" ketusnya. "Kita enggak kenal."
"Aww, sorry, Ra," rintihnya saat merasa tenaga Chyra tidaklah main-main.
"Pergi lo!" usir Chyra. Gadis itu menatap Fajar dengan murka. Sungguh, dia tidak menyukai tingkah laku dari cowok dengan perawakan lebih tinggi darinya ini.
Meskipun sudah diusir, Fajar masih saja ingin mendekati Chyra. Dia menarik lengan gadis itu ke tepi lapangan.
"Mau lo apa, sih, hah?" ujar Chyra setengah berteriak karena merasa tidak terima.
"Kenapa lo enggak pernah sekalipun liat gue? Padahal udah dari SMP gue berjuang buat dapetin hati lo. Gue juga ikut sekolah di SMA yang sama biar bisa bareng sama lo terus, Ra."
Chyra memukul lengan cowok itu menggunakan tangan yang satunya. "Fajar, lo sinting, ya? Gue udah bilang kalau gue enggak suka dipaksa."
"Kenapa, Chyra? Kurangnya gue itu di mana? Bilang sama gue biar gue bisa memantaskan diri buat bersanding sama lo."
"Lepas!" Chyra berusaha menarik diri dari cengkraman Fajar, tetapi kekuatan lelaki itu lebih kuat darinya. "Jangan gila!"
"Gue bisa gila jika itu menyangkut lo, Ra!"
Chyra mendengus keras, kentara sekali jika gadis itu tidak nyaman dengan posisi mereka sekarang. Fajar lalu menariknya lagi, tetapi kali ini malah membawanya naik dan menyudutkan Chyra di tembok. Mereka berdua menjadi bahan tontonan bagi siswa siswi lainnya.
Lagipula, siapa yang tidak mengenal Fajar? Lelaki sempurna yang sangat didamba-dambakan oleh kaum hawa, tetapi cowok itu malah memilih Chyra sebagai pujaan hatinya.
Sayang, harapannya tidak selalu berjalan dengan kenyataan. Chyra selalu menolak pernyataan cintanya dengan dalih bahwa ada orang yang lebih pantas untuk Fajar daripada dirinya sendiri.
Kali ini untuk yang ke sekian kali, Fajar kembali mempertanyakan arti cintanya dengan Chyra. Namun, Chyra tetaplah Chyra, gadis keras kepala yang tidak akan mudah untuk ditaklukkan begitu saja.
Plak!
Sebuah tamparan melayang dengan mulus di pipi Fajar. Cowok itu memegang pipinya yang berdenyut nyeri. Chyra baru saja menampar Fajar karena cowok itu hampir saja mencium pipinya.
"Bajingan!" teriak Chyra. Napas gadis itu turun naik dengan cepat. "Dulu gue kira gue yang enggak pantas buat lo." Dia menunjuk Fajar dengan wajah yang semakin merah.
"Ternyata gue salah! Lo yang enggak pantas buat gue! Lo enggak pantas buat siapa pun, sialan! Gue bener karena enggak pernah nerima lo dari dulu."
Ketika Fajar ingin membalas perlakuan Chyra padanya, sebuah tangan terlebih dahulu menahan lengannya agar tidak berbuat lebih lanjut.
"Kamu pengecut sekali, ya. Beraninya cuman sama cewek."
Itu Cean. Sebenarnya dia hanya melewati kelas 10 untuk pergi ke lapangan. Kebetulan beberapa menit lagi kelasnya akan bertanding pada lomba classmeeting. Akan tetapi, yang dia jumpai malah seorang lelaki yang dengan lancangnya ingin menampar seorang gadis yang telah dia jaga.
"Lo anak baru mending diam aja deh," kata cowok itu dengan sengit. Dia menghempaskan tangan Cean dengan kuat. "Lo itu enggak bisa ngapa-ngapain. Paling dipukul dikit langsung pingsan," sambungnya untuk memanas-manasi Cean.
Cean menarik napas panjang. Tujuan cowok itu ke sini hanya untuk melindungi Chyra, bukan untuk mencari masalah dengan abang kelasnya yang sedikit gila.
Dia pun tersenyum simpul lalu menggenggam tangan Chyra dengan lembut. "Iya aku emang anak baru yang enggak bisa ngapa-ngapain. Tapi setidaknya aku bukan orang yang suka mencari masalah seperti kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...