📌Chapter 11: Forget Me?

216 9 0
                                    

"Mungkin aku kembalinya terlalu lama hingga dia lupa dan secara tak sadar telah menggoreskan luka."

***

Juli 2021

Pagi ini cuaca sedang terik-teriknya. Kawanan awan pun seakan tak berminat untuk mengelilingi megahnya sang surya. Hal itu pula yang membuat banyak siswa SMA Pelita pingsan pada saat upacara bendera. Padahal hari ini adalah hari pertama mereka masuk setelah libur panjang dari ulangan semester dan Idul Fitri.

Dua orang siswi yang berdiri di barisan paling belakang itu pun sama halnya dengan yang lain. Mereka diam-diam berjongkok untuk menyamarkan rasa panas yang dirasa. Biarkan saja siswi di barisan depan menanggung semuanya.

"Chyra ke UKS aja, yuk! Muka lo udah merah banget itu," ajak Rindu dengan berbisik. Takut akan ketahuan lalu berujung dihukum di barisan depan.

"Gak! Lo juga gak usah sok perhatian!" balas Chyra dengan ketus. Dia lelah, memang. Akan tetapi, gadis keras kepala itu juga tidak mau berbaring di ranjang pesakitan seperti UKS. Dia masih baik-baik saja selain karena terpapar panas matahari yang membuat mukanya memerah beserta keringat yang terus mengalir di pelipisnya.

Rindu memutarkan bola matanya ketika mendengar balasan Chyra. "Gue cuman khawatir. Kenapa sih lo bego banget?" gumam Rindu.

"Diem, njing! Jangan bikin gue emosi! Ini masih terlalu pagi untuk ribut."

Baru saja ingin menjawab perkataan Chyra, Rindu seketika tersadar jika dia diawasi oleh seorang guru di depan sana. Dengan segera dia menarik lengan Chyra untuk segera berdiri lalu kedua gadis itu bertingkah seolah tak melakukan kesalahan apa-apa.

Sudah dua tahun berlalu, banyak sekali yang berubah dari sahabatnya ini. Mulai dari penampilan, maupun cara dia berbicara. Sekarang Chyra lebih suka menggerai rambutnya dan memakai pakaian ketat seperti kakak kelas di sinetron yang pernah Rindu tonton.

Sebenarnya Rindu lebih suka Chyra yang banyak bicara, bukan Chyra yang hanya akan berbicara jika ditanya. Jawaban itu juga pasti dijawab dengan nada ketus, hingga tak jarang Rindu ingin mengumpati sahabatnya itu saking kesalnya. Rindu berusaha memahami bahwa perubahan ini tak lain karena Chyra belum bisa menerima keluarganya. Namun, bolehkan Rindu berkata bahwa dia menginginkan Chyra-nya yang dulu kembali.

Dua puluh menit kemudian, kepala sekolah selesai memberikan pidato singkatnya. Pemimpin upacara pun mulai membubarkan barisan. Sontak saja hal itu membuat para murid menghela napas lega. Akhirnya penderitaan mereka telah usai. Kini saatnya menyejukkan diri di ruang kelas. Untung saja fasilitas di sini termasuk lengkap karena telah disediakan AC per kelasnya.

"Woi, sanaan dikit napa! Gue kepanasan banget anjir!" Rindu mendorong Siti hingga ke ujung. Salahkan saja badannya yang terlalu besar hingga menghalangi kesegaran yang sedari tadi ingin Rindu rasakan. Rindu menurunkan suhu ruangan ketika AC itu seperti tak berfungsi.

"Enak banget lo, ya," kesal Siti ketika Rindu anteng-antengnya duduk di kursi yang tadi ditempatinya. Gadis bertubuh gempal itu langsung menggeplak kepala Rindu menggunakan buku di atas mejanya.

"Anjing!" maki Rindu tanpa sengaja mengucapkan kata-kata kotor dari mulutnya. "Eh, astaghfirullah jangan gitu, Sit," sambungnya merasa benar.

"Percuma aja atuh hijabnya kalau masih suka maki kayak begitu," sindir Siti dengan telak.

Rindu mencebikkan bibirnya tak terima dengan perkataan Siti. "Salahin gue aja, jangan hijabnya."

Hampir setahun belakangan ini, Rindu memang menggunakan hijab ketika berada di sekolah. Ini semua karena paksaan dari ibunya yang tidak bisa Rindu tolak. Bisa-bisa dia jadi anak durhaka. Akan tetapi, sifat Rindu yang bar-bar, kasar, dan suka memaki itu seakan tidak bisa lepas. Dirinya masih jauh dari kata sholehah seperti salimah-ibunya. Jika berada di luar saja, Rindu tidak segan-segan untuk melepas hijab. Katanya, sih terlalu ribet dan tidak enak dipandang.

The Way I Hate You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang