Di setiap pagi, Chyra selalu menunggu kedatangan Cean di kamarnya. Bahkan hingga menjelang malam pun, gadis itu tetap setia berharap bahwa Cean akan datang sebentar lagi. Akan tetapi, beberapa hari terakhir ini cowok tersebut tidak pernah menampakkan batang hidungnya.
Chyra jadi ragu karena menganggap Cean peduli padanya. Papanya baru saja keluar untuk membeli makan siang bersama dengan Radit. Hari ini tepat hari ke tujuh Chyra dirawat di rumah sakit. Meskipun belum bisa pulang, tetapi kondisi gadis itu pulih dengan cepat.
Dia tidak lagi mengamuk ketika beberapa orang masuk ke kamarnya. Gadis itu mulai mengurangi pikiran buruknya untuk terus memikirkan malam yang menjadi sumber kekacauannya. Mulai sekarang, Chyra akan terus bergerak maju tanpa harus berbalik mengingat masa lalu. Semua ini berkat kedua orangtuanya yang terus mendukung dan menyemangati Chyra serta seorang lelaki yang terus berada di sisinya. Cowok itu berhasil menyakinkan Chyra untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Jesika masuk ke dalam kamar Chyra setelah mengetuk pintunya dua kali. Wanita itu membawa setangkai bunga berwarna kuning lalu meletakkannya di dalam sebuah vas yang sudah terisi air. Sudah beberapa hari ini, kegiatan itu tak pernah absen dia lakukan. Jesika lalu berjalan ke arah jendela, membuka tirai untuk membiarkan cahaya masuk. Dia tersenyum ketika sinar matahari mengenai wajahnya.
"Gimana keadaan kamu hari ini?" Jesika duduk di kursi yang ada di samping ranjang Chyra lalu melihat luka yang masih membekas di kening gadis itu.
"Sudah lebih baik dari sebelumnya, Mi," katanya sembari memeluk Jesika dengan erat.
Jesika berdiri sembari membelai rambut Chyra dengan tangannya. "Wah, bagus dong! Mami ikut seneng denger, ya. Kamu harus selalu kayak gini, ya. Anggap aja kejadian yang lalu-lalu itu enggak pernah terjadi."
Chyra menarik tubuh Jesika dan menenggelamkan kepalanya di balik pelukan sang Ibu. "Terimakasih sudah mau menemani Chyra, Mami. Terimakasih karena tidak menghakimi Chyra atas apa yang sudah terjadi. I love you so much. Chyra janji akan sembuh dengan cepat."
"Anak Mami yang cantik, kamu harus selalu semangat. Ada Mami, Radit, dan papa yang selalu ada untuk menjaga kamu." Jesika menghela napas lega. Akhirnya, sedikit demi sedikit Chyra menemukan semangat hidupnya kembali.
"Mami," gumam Chyra membuat wanita itupun menjawab dengan dehaman.
"Cean di mana?" tanyanya ketika mengingat lelaki dengan senyum secerah mentari itu belum jua datang.
"Ada kok. Tiap hari dia di sini pas kamu udah tidur."
"Hm, masa sih?" Chyra nampak tidak percaya karena pernah suatu hari dia tidak tidur seharian karena ingin menunggu kedatangan Cean.
"Biasanya kalau siang gini Cean cuman lihat kamu dari luar, dia menghargai privasi kamu untuk tidak bertemu dengan orang banyak. Pas malem, baru deh dia masuk terus pulang yang Mami sendiri nggak pernah tahu kapan dia ngilangnya. Cean takut pas kamu sadar, kamu enggak terima dan bakalan ngusir dia."
"Mami ...."
"Iya, kenapa Sayang?" Jesika tiba-tiba keheranan saat Chyra bersikap manja padanya.
"Aku mau ketemu Cean, Mi. Sejujurnya aku enggak pernah marah sama dia. Harusnya Chyra berterimakasih karena Cean itu udah kayak superhero di hidup Chyra. Bagaimana bisa Chyra membenci orang yang sudah menyelamatkan hidup Chyra?"
Jesika tersenyum haru lalu meraup wajah anaknya menggunakan telapak tangan. "Ini bener anak Mami?"
"Mami bangga banget sama perubahan kamu sekarang." Wanita itu mengecup kening Chyra berulang kali.
"Kalau nanti Ceannya ada di sini, bilangin buat masuk aja, ya, Mi. Chyra kangen banget sama dia," pinta Chyra membuat Jesika semakin berkaca-kaca.
"Sebenarnya Cean ada di depan," katanya jujur membuat Chyra membelalakkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...