Chyra tersenyum bahagia ketika melihat Rindu datang menghampirinya. Gadis berkerudung itu terlihat sangat manis ketika menggunakan gaun merah muda yang dia hadiahkan. Selain Rindu, ada banyak teman-temannya yang lain datang pada acara ini.
Malam ini adalah malam yang sangat penting, yaitu pesta pertunangannya dengan Cean. Tinggal menunggu satu jam lagi. Jantung gadis itu berdegup tidak karuan saat menunggu detik-detik itu tiba. Cean bilang akan datang sebentar lagi, tetapi belum saja cowok itu datang Chyra sudah merasa gemetaran.
Rindu memeluk sosok itu ke dalam dekapannya lalu membisikkan Chyra sebuah kalimat yang sangat menenangkan. "Selamat, ya, sahabatku, ternyata kalian berdua memang ditakdirkan untuk berjodoh."
Cengiran tercetak jelas di wajah Chyra. "Iya jelas!" kata Chyra berapi-api. "Lo cepetan nyusul, ya, besti. Sekarang cari cowok yang baik, yang bisa menghargai lo, ntar kita bisa respsi bareng," kompornya membuat wajah Rindu memerah.
Rindu berdecak kesal mendengarnya. "Gue masih mau sekolah, belom mau merid."
"Dih, lo kira gue mau langsung nikah gitu?" Gadis itu tergelak.
"Ya apalagi. Kan lo udah tunangan, tinggal nikah, sah, nganu, terus punya anak, deh!" katanya nyolot.
Chyra langsung menoyor kepala Rindu sembari mencebikkan bibir. Seenaknya saja gadis itu berbicara. "Nikahnya kan masih lama anjir! Gue juga masih mau sekolah, masih mau kuliah."
"Ya terus?" Rindu berkacak pinggang sembari menampilkan wajah songongnya. "Gue harus bilang woow gitu?" Dia pun mengangkat kedua bahunya bertanya.
"Anj-"
Seketika itu pula Rindu langsung menutup mulut Chyra. Gadis itu terkikik geli sembari membenarkan riasan yang ada di wajah sahabatnya itu. "Sorry, Beb. Gue cuma mau bikin lo enggak gerogi aja tadi."
"Ngeselin!" kata Chyra setengah merajuk.
Rindu kembali terbahak saat kekesalan tercermin jelas di wajah Chyra. Sangat menyenangkan bisa mengusili sahabatnya ini, sebelum nanti ada yang bisa menggantikan perannya. "Maaf, ya, Sayangku. Masa hari bahagianya marah-marah, sih? Nanti enggak jadi loh."
"Heh! Sembarangan banget lo ngomongnya," ketus Chyra sembari menabok bahu Rindu.
Sedang asyiknya bercanda, Chyra mulai menyadari bahwa mereka sudah lama menunggu. Cemas mulai menguasai perasaannya apalagi saat Jesika menghampirinya dengan wajah bingung.
"Kak, udah hampir jam 9 ini. Ceannya belum datang juga?" Wanita yang tengah hamil besar itu pun mengernyit heran, pasalnya Cean dan keluarganya seharusnya datang dari satu jam yang lalu.
"Katanya datang agak telat, Mi," jelas Chyra tak membuat Jesika merasa yakin. Dari semalam Jesika merasa tidak enak dengan perasaannya sendiri, seperti akan ada hal buruk yang terjadi. Jesika takut jika ini berhubungan dengan pertunangan anaknya.
Kolega bisnis dari ayahnya mulai menghampiri mereka lalu menyayangkan tidak bisa mengikuti acara ini sampai akhir, ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Jesika tersenyum maklum, lalu mengamini doa mereka agar anaknya mendapat banyak kebahagiaan.
Nathan juga tampak sama gelisahnya seperti Jesika. Dia takut jika Hilda kembali mempermainkan keluarganya. Namun, batinnya masih saja mengatakan bahwa Cean adalah orang yang tepat untuk anaknya meskipun ibunya sendiri adalah wanita yang sulit untuk dipercaya.
"Mi, Cean kenapa enggak bisa dihubungi, ya?" Chyra menggigit kukunya menahan rasa cemas di hatinya.
"Coba lagi, Nak."
"Astaga!" Jantung Nathan rasanya akan jatuh saat itu juga. Tubuh istrinya itu hampir saja limbung ke belakang jika dia tidak datang menangkapnya tepat waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...