Sudah beberapa menit setelah hujan turun dengan derasnya membasahi bumi, Rindu tanpa sengaja melihat seorang lelaki yang tadi menjadi pusat pembicaraan kini dengan bodohnya berdiri di tengah lapangan tanpa perduli tubuhnya tercetak jelas karena memakai baju putih di tengah guyuran hujan. Rindu mulai heran apa yang dilakukan pria itu di sana tanpa ada niatan untuk beranjak sedikitpun.
Memilih untuk mengobati rasa penasarannya, Rindu beranjak turun dari lantai tiga untuk menghampiri lelaki itu. Meskipun dia adalah seseorang yang telah menyakiti hati sahabatnya, tetapi Rindu masih memiliki naluri tolong menolong sesama manusia.
Setelah sampai di lantai bawah dan baru saja Rindu ingin menghampiri Cean, seorang wanita lebih dahulu berlari mendahuluinya dengan sekejap mata. Awalnya Rindu biasa saja, tetapi setelah melihat wajah dari wanita itu, darahnya langsung naik ke ubun-ubun. Gadis itu merasa murka karena melihat dua orang itu adalah sumber dari masalah yang terjadi pada sahabatnya. Dia kepalkan tangannya sekuat tenaga ketika melihat kedua manusia tidak tahu diri itu malah bermesraan tanpa peduli orang-orang disekitarnya yang menatap penuh rasa benci.
Rindu menghentakkan kakinya lalu berniat pergi karena sudah tidak tahan lagi menahan rasa kesal di dalam hatinya. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika mendengarkan sebuah pembicaraan yang membuat hatinya sedikit tercubit. Gadis itu memilih menguping sembari bersembunyi di tempat yang tidak akan dilihat oleh kedua orang itu.
"Makasih Syil—"
Kalimat Cean seketika terhenti ketika sebuah suara membentaknya dengan keras. "Makasih buat apa, hah?"
Rindu ikut tersentak ketika mendengarnya, otaknya mulai memikirkan hal abstrak yang masih belum bisa diterjemahkan. Satu yang dia pikirkan, mengapa Syilla tidak tampak bahagia setelah drama yang terjadi beberapa waktu lalu. Padahal seharusnya gadis itu merasa senang karena kini Cean akan menjadi miliknya seutuhnya.
"Lo mau mati apa mau mempercepat kematian lo sendiri Cean?" Saat Cean sama sekali tidak melawan ketika dipukuli oleh Fajar dan pasrah menerima seakan itu memang salahnya membuat dada Syilla berdenyut nyeri. Padahal dulunya Cean tidak akan pernah mau kalah apalagi dengan lelaki banci seperti Fajar itu.
"Syilla, tanpa kamu ingetin itu pun enggak lama lagi aku bakalan pergi kan dari dunia ini, 'kan?"
Kalimat yang dilontarkan Cean itu pula yang membuat rasa penasaran Rindu bertambah dua kali lipat. Sebenarnya apa yang telah terjadi diantara mereka berdua? Mengapa percakapan mereka berdua terdengar seperti orang yang sedang bermusuhan?
"Lo itu cowok paling bego yang pernah gue temuin di dunia ini! Lo bodoh Cean karena cumin mikirin orang lain tanpa mikirin diri lo sendiri. Sebenarnya apa yang lo dapatkan dari semua ini, huh? Lo cumin nyiksa diri lo sendiri Cean." Syilla benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran dari sepupunya ini.
Sejujurnya Syilla tidak mau melakukan ini. Demi apa pun dia sudah menganggap Cean sebagai bagian dari keluarganya sendiri. Syilla akan melakukan apa pun untuk Cean, tetapi kali ini permintaannya terlalu menyakitkan. Syilla tidak tega melihat Cean hanya menanggung bebannya sendirian.
"Aku itu cuma duka bagi orang lain Syilla. Sampai kapan pun, hadirnya aku di dunia ini cuma sebagai pembawa masalah. Maaf Syilla karena sudah membawa kamu ke dalam masalah aku. Aku udah enggak tau lagi harus gimana. Seputus asa itu sama hidupku sendiri Syilla. Aku juga enggak mau lakuin ini—"
"Kalau dari awal lo enggak mau ini terjadi, kenapa lo maksa gue buat ngelakuin hal ini?" tanya Syilla masih dengan nada sinisnya.
Rindu mulai menarik kesimpulan bahwa yang terjadi hari ini hanyalah rekayasa, tapi apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuat Cean melakukan hal segila ini? Disaat kepalanya sibuk memikirkan berbagai dugaan, kalimat dari Cean berhasil menamparnya dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...