Setelah panggilan itu terputus, Chyra langsung membelalakkan matanya tidak percaya. Secara tidak sadar dia telah membentak Cean. Padahal, Chyra sama sekali tidak berniat mengatakannya, hanya saja pikirannya diliputi oleh emosi akibat kalah saat bermain game tadi.Chyra
Sorry, Cean
Gue kelepasan
Pesan yang dikirimnya langsung centang satu. Padahal beberapa detik lalu Cean masih terlihat online. Chyra berdecak lalu kembali menelpon Cean, tetapi tetap tak diangkat. Dia menggigit bibirnya dengan cemas, takut-takut jika Cean akan marah akibat perkataannya barusan.Keesokan harinya Chyra berusaha untuk menemui Cean di kelasnya. Akan tetapi, setelah bertanya-tanya mereka semua tidak mengetahui keberadaan Cean. Cowok itu tidak terlihat di mana-mana semenjak 4 hari yang lalu. Itu artinya hari di mana dia meninggalkan Cean sendirian di halte sekolah.
Hatinya ikut cemas mendengar penuturan itu. Chyra kembali menelpon Cean untuk yang kesekian kalinya. Bahkan beberapa pesan dari Samudra tidak ia hiraukan akibat menghawatirkan Cean. Suara cowok itu terdengar tidak baik tadi malam, tetapi dengan bodohnya ia malah mengacuhkannya.
Tutttt!
Nomor yang anda tuju tidak bisa dihubungi.Nomornya tetap tidak aktif. Chyra sudah mencoba berbagai cara, bahkan hingga ke seluruh media sosialnya, tapi remaja itu bagai hilang ditelan bumi.
"Lo kemana sih, Ceano? Jangan bikin gue khawatir gini." Chyra menggigit jemarinya sambil terus mengecek layar ponsel. Resah, gelisah, dan menyesal campur aduk jadi satu.
Chyra menarik rambutnya frustrasi. Ini salahnya juga karena tidak pernah menanyakan alamat Cean. Sekarang, ketika gadis itu merasa ada yang tidak beres ia tak bisa berbuat apa-apa.
Sepertinya dia harus menunggu hingga besok. Besar kemungkinan jika cowok itu akan datang ke sekolah karena akan ada acara pengambilan raport semester ganjil.
***
Ternyata perkiraan Chyra benar. Keesokan harinya Cean datang ke sekolah dengan penampilan acak-acakan. Kantung mata terlihat jelas di wajahnya. Kentara sekali jika cowok itu tidak tidur semalaman. Bahkan ia lupa memakai kacamata dan juga lensa mata. Hal yang sangat jarang terjadi untuk ukuran cowok rapi seperti Ceano. Dia berjalan lunglai dengan pandangan lurus ke depan.
Ijun langsung menghampiri Cean dan menatapnya dengan aneh dari atas hingga ke bawah. Baju pramukanya dikeluarkan dengan sangat berantakan seperti anak berandalan. Meskipun cowok itu memakai masker, Ijun bisa menerka ada yang tidak beres di wajahnya.
"Lo kenapa, No?" Ijun menepuk pundaknya pelan. Anehnya, Cean terlihat meringis menahan sakit. "Kenapa lo suka banget pake seragam panjang kayak cewek? Gue jadi enggak tau apa-apa kalau lo ada luka."
"Aku gapapa." Cean melanjutkan jalan—meninggalkan Ijun yang masih berusaha mencerna perkataannya.
Ijun mengepalkan tangannya karena merasa ada yang aneh dari Cean. Setelah lima hari tidak masuk sekolah, dia malah mengacuhkan Ijun. Tidak biasanya cowok itu begini. Biasanya dia akan menyapa Ijun dengan senyum lalu mereka akan berjalan dengan berdampingan sambil membicarakan tugas yang telah dikerjakan.
"Perasaan gue enggak ada salah," herannya sambil mengekori langkah Cean dari belakang.
Ketika sampai di dalam kelas, Ijun langsung menarik tangannya ke bangku yang berada di pojok kelas. Teman-teman mereka yang melihat kondisi Cean itu pun juga ikut kebingungan. Ijun meletakkan ibu jarinya di mulut untuk mencegah mereka bertanya-tanya tentang Cean.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Novela JuvenilChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...